Chapter 13

10.7K 1.7K 281
                                    

Draco POV

Aku seharusnya mencatat apapun yang sedang Binns suruh catat, tapi lagi lagi aku menemukan diriku sendiri melihati Y/N yang duduk di seberang ruangan. Aku masih terbayang bayang beberapa malam lalu, saat kami berdansa di tepian danau. Dia menginjak kakiku puluhan kali, tapi semuanya langsung terasa impas saat dia perlahan menyandarkan kepalanya ke bahuku. Jemarinya dingin di leherku, tapi badannya hangat, membuatku ingin menariknya lebih dekat terus sampai tidak ada jarak. Rambutnya bau buah buahan, lucu sekali. Biasanya rambut para gadis berbau bunga bungaan, dia malah fruity.

Aku benci mengakui ini, tapi Y/N entah bagaimana mampu membuatku peduli padanya. Terlalu peduli malah. Setiap melihatnya bersedih, aku rasanya ingin cepat cepat menemuinya, memastikan dia baik baik saja lalu aku ingin cepat melihat dia tersenyum. Kalau tersenyum masih terlalu berat untuknya, aku ingin dia minimal merasa lebih baik.

Setiap hari, waktu yang paling aku tunggu adalah malam hari. Bukan untuk istirahat, tapi untuk menghabiskan waktu bersamanya. Tiap menemuinya di menara astronomi atau danau hitam, semua lelah dan kesal karena apapun yang terjadi di hari itu akan menguap begitu melihat dia, tiap menghabiskan waktu bersamanya aku merasa seperti memiliki luapan kekuatan dan semangat. Bahagia. Rasanya ingin sekali memiliki dia untukku saja, agar aku bisa bahagia terus.

"Lihat, kepala Y/N bolong karena kau lihati terus." Daphne yang duduk di sampingku berbisik, lalu terkikik.

"Shut up, Daphne." tukasku, jengkel. Sialan aku baru ingat aku sedang di kelilingi teman temanku. Daphne hanya terkikik.

"Oh ayolah, jangan marah marah begitu." jawab Daphne. "Kau tahu, aku penjaga rahasia yang baik." bujuknya, mengangkat satu alis. Aku menatapnya tidak percaya.

"Aku tidak punya rahasia apapun." jawabku, mulai menulis di atas perkamen.

"Oh, benar." Daphne mengangguk. "Kalau begitu kau tidak keberatan kalau aku bilang pada teman teman yang lain kalau kau dan Y/N suka sekali pergi ke menara astronomi dan danau hitam untuk berpacaran?" Daphne tersenyum menantang, membuatku kelabakan.

Sial. Bagaimana dia bisa tahu? Meskipun konteks-nya salah - kami tidak berpacaran - tetap saja dia tahu aku dan Y/N suka menghabiskan waktu di tempat tempat itu. Daphne terkikik senang saat aku tidak menjawab, merasa menang. Syukurnya, setelah sejarah sihir jam Slytherin kosong. Tepat setelah Binns melayang pergi menembus tembok, aku langsung menyeret Daphne menjauh dari teman teman kami yang lain. Setelah sampai di salah satu sudut koridor yang lebih sepi aku menghentikan langkahku.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku, Daphne hanya tersenyum penuh kemenangan.

"Aku ini stalker handal, Dray." dia menyibak rambut penuh gaya, membuatku ingin menjitaknya.

"Kau mengikuti kami?" tanyaku kesal. Bagaimana bisa Daphne menggangggu ranah personalku begini. Daphne mengangkat bahu.

"Kau selalu pergi setiap malam entah kemana. Jangan salahkan aku kalau kau membuatku penasaran." akunya. "Jangan panik, aku belum memberitahu yang lain. Kau bisa menceritakan apapun padaku, Draco. Aku tidak seganas Pansy." dia menaruh tangan dibahuku, aku bernafas lega.

Daphne adalah satu satunya yang paling aku suka diantara teman temanku yang lain. Dia tidak terlalu clingy seperti Pansy, dia mungkin yang paling normal diantara kami setelah aku. Tapi bukan berarti Daphne tidak menyebalkan.

"Pertama, kau perlu tahu, aku tidak berpacaran dengan seorang keturunan muggle. Tentu saja, memangnya aku sudah sinting?" aku menggumamkan kata terakhir. "Kedua, kami cuma teman. Setiap malam kami bertemu karena, well, kami tidak bisa berteman terang terangan."

"Benarkah?" Daphne mengerutkan dahi. "Tapi cara kalian saling memandang satu sama lain penuh kasih sayang." gumamnya, aku rasa jantungku memompa 70% suplai darah ke wajahku.

"Well, tidak salah, kan? Memangnya tidak boleh saling menyayangi sebagai teman?" tanyaku, Daphne terkikik mendengarnya.

"Baiklah, Dray. Rahasiamu aman bersamaku." Daphne bertingkah mengunci mulutnya lalu menyerahkan kunci-nya padaku. "Cuma kau perlu mengurangi menatapnya dikelas dan aula besar. Mungkin kau perlu membawa fotonya kemana mana, agar kau tidak perlu terpesona terus." Daphne terkekeh, membuatku tertawa kecil.

"Terimakasih nasihatnya, Daph. Aku akan coba ingat." aku memeluk Daphne yang balas memelukku.

.

Author's note : gatau juga guna chapter ini apan. kenapa juga si crabbe ama goyle juga jadi terlupakan deh?

October 23rd, 2020

II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang