Chapter 17

12.6K 1.7K 288
                                    

Aku sedang duduk di meja Gryffindor di kelilingi teman temanku yang masih belum selesai membicarakan kemungkinan menghilangnya Crouch di Hutan Terlarang. Beberapa malam lalu Harry bertemu dengan Barty Crouch Sr di Hutan Terlarang, menurut pengakuan Harry dia meracau tidak jelas.

"Bisakah kau ulang lagi apa yang dia katakan waktu kau menemukannya?" tanya Hermione, dahinya berkerut.

"Merlin, Hermione. Kau sudah membuat Harry mengulang seribu kali. Dia bilang Crouch membicarakan anaknya, lalu Bertha - staff kementerian yang menghilang, lalu Weatherby, dia ingin memperingatkan Dumbledore dan terakhir Voldemort bertambah kuat. Setelah itu poof, dia menghilang." aku menusuk telurku sambil mencoba mengulang yang sudah diceritakan Harry berulang kali. "Apa aku kelewat sesuatu?" tanyaku pada Harry yang menerawang sebentar.

"Dia pikir Bertha Jorkins sudah mati dan dia berkali kali menyebut nama anaknya." ucap Harry.

"Nah, kalau itu memang salahnya!" Hermione berseru.

"Kenapa kalian menentang sekali tindakannya menegakan hukum?" ujarku, mereka bertiga memandangku terkejut. "Bukan berarti aku akan melakukan hal yang sama dengannya. Dia cuma menjalankan tugas menjadi kepala Wizengamot. Obsesinya pada karir memang tidak baik, tapi dia didesak dua kewajiban. Sebagai seorang ayah dan sebagai seorang kepala wizengamot, lagipula semua bukti keterlibatan anaknya dengan pelahap maut juga kuat kan? Dia memang sudah ditakdirkan gagal karena kurang memperhatikan anaknya. Kalau dia melepas seorang kriminal karena hubungan darah, dia akan hancur; dia memasukan anaknya ke Azkaban, dia juga hancur." jelasku, tiga temanku memandangku penuh kagum.

"Kau benar benar anak ayahmu, Y/N." ucap Hermione, aku tertawa, mengangkat bahu.

"Ngomong ngomong soal Voldemort." aku memandang Harry, mengabaikan Ron yang berjengit. "Apa kau pikir bekas lukamu yang sakit ada hubungannya dengan bertambah kuatnya dia?" tanyaku, Harry langsung cemberut.

"Entahlah." Harry menerawang. "Ayo kita bicara pada Profesor Moody. Aku ingin tahu kalau dia sudah menemukan Crouch." Hermione berdiri, aku merengut. Aku benci Moody.

"Aku tidak ikut." aku menggeleng. "Aku mau ke danau." aku membawa beberapa potong roti untuk dimakan disana.

"Bertemu Malfoy, eh?" Ron mengangkat alis menggoda, aku memutar bola mataku.

"Bukan urusanmu." aku menjulurkan lidah sebelum pergi menjauh dari mereka bertiga.

Beberapa minggu lalu kami berbaikan (dengan cara yang aneh sekali menurutku), dan sejak itu juga kami pertemanan kami sudah tidak terlalu bersifat rahasia. Teman temannya tahu, teman temanku juga tahu. Bukan berarti mereka bisa menerima satu sama lain. Teman temanku sering menggoda hubungan pertemanan kami, tapi masih tidak bisa berhenti menjelek jelekan Draco sesekali. Teman temannya sudah tidak terlalu dingin kepadaku, tapi juga masih belum sampai tahap bisa saling mengobrol dengan hangat.

Aku berjalan meniti jalan setapak menuju danau. Aku menghela nafas lega menghirup udara musim semi yang manis. Andai saja semua hal sekarang sedang normal, pasti musim semi ini akan makin menyenangkan. Aku tersenyum melihat seorang berambut blonde sedang duduk di tepian dermaga dengan kaki dimasukkan ke air, jubahnya tergeletak di sampingnya, dari belakang rambut Draco benar benar terlihat lembut.

"Hey." aku melepas sepatu dan jubahku begitu sampai di sampingnya. Draco sedang membaca buku, melipat ujung halaman.

"Hello." Draco tersenyum cerah melihatku. "Kau membawa bawa roti sepanjang jalan?" tanyanya, tertawa melihat roti di tanganku.

"Well, aku pikir kita mungkin akan lapar." aku duduk disampingnya, ikut mencelupkan kakiku di air.

"Kenapa pula kau lama sekali?" tanya Draco, merobek secuil roti, memakannya.

II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang