Aku tertawa, duduk disebelah Hermione yang menyeruput butterbear dari gelasnya. Ron baru saja berbaikan dengan Harry, membuat aku dan Hermione akhirnya bisa bernafas lega tidak perlu memperpanjang kecanggungan setiap waktu makan. Para Gryffindor membuat pesta untuk merayakan kemenangan Harry, aku diselundupkan oleh Fred dan George berbarengan dengan penyelundupan kudapan yang mereka dapat dari para peri rumah di dapur.
Aku yakin ruang rekreasi Slytherin juga sedang ramai sekarang, kudengar mereka menyumbangkan ruang rekreasi sementara untuk perayaan juara Durmstrang, Viktor Krum.
"Hah, kau keren sekali, Harry. Bahkan Krum yang pemain quidditch internasional saja tidak mempertimbangkan opsi terbang!" Ron masih tidak berhenti memuji muji Harry dan trik-nya di tugas pertama tadi.
Entah bagaimana semenit kemudian obrolan disekitarku berubah jadi membicarakan dapur. Fred dan George menceritakan cara menyelundupkan makanan dari dapur. Aku sudah beberapa kali memergoki peri rumah membersihkan ruang rekreasi tapi aku belum pernah mencoba minta makan langsung pada mereka ke dapur.
Pesta kemenangan Harry masih berlanjut sampai lewat tengah malam. Aku sedang berjalan pulang terseok seok menuju asramaku di bawah tanah. Para Gryffindor sudah mengusirku, memaksaku pulang, bersikeras aku tidak bisa bermalam disana, membicarakan tentang kemarahan McGonagall atau semacamnya. Aku yakin pesta untuk Krum di ruang rekreasiku belum selesai, Slytherin bisa mengadakan pesta semalaman kalau mereka mau, dan aku rasa rasanya tidak mau pulang dulu kesana sekarang.
"Ms Y/L/N!" sebuah suara mengagetkanku dari belakang, membuatku melompat terkejut.
Aku menoleh, melihat Draco yang tertawa puas melihat ekspresi kagetku, berjalan mendekat. Aku memukul dadanya begitu dia sudah cukup dekat. Aku memegang dadaku yang masih sakit karena kaget.
"Jangan begitu lagi, Draco! Aku kira kau Profesor Snape, tahu!" desisku, Draco makin ngakak. Dia berhenti setelah menyadari aku memegang dadaku.
"Baiklah, maaf." dia memendangku sebelum menepuk bahuku pelan. "Sudah selesai pesta membosankan di tempat teman temanmu?" tanyanya, menyandar ke dinding.
"Pestanya tidak membosankan, terimakasih, dan yeah, mereka mengusirku pulang." aku mengangkat bahu. "Bagaimana di Slytherin?" tanyaku.
"Masih ramai sekali disana." Draco menggaruk lehernya. "Mungkin baru selesai jam tiga atau empat pagi nanti." lanjutnya, memandangku. "Mau naik ke menara astronomi?" tawarnya, mengulurkan tangan. Aku memandangnya sebentar.
"Kau mau minggat dari pesta kemenangan Krum untuk naik menara astronomi bersamaku?" aku mengangkat alis, tertawa kecil.
"Entahlah, aku pikir kau bukan tipe orang yang tidak suka keramaian?" tanya Draco. "Lagipula aku rindu padamu." Draco mengangkat bahu dan hendak menurunkan uluran tangannya, aku langsung meraihnya.
Aku mengangguk mengiyakan tawarannya, Draco tersenyum lebar, menuntunku naik.
"Eh, keberatan kalau mampir dapur dulu? Rasanya aku ingin minta teh panas dan kudapan." tanyanya, tanpa menunggu jawabanku sudah menarikku ke sudut koridor dimana ada sebuah lukisan sekeranjang buah buahan.
Aku hanya menonton Draco saat dia menggaruk pir di lukisan, secara mengejutkan pir-nya terkikik pelan, membuka pintu menuju dapur. Oh! Tadi Fred membicarakan ini di pesta! Aku melongok ke dalam dan mendapati banyak sekali peri rumah menatapku. Ups, awkward.
"OH!" seorang peri rumah berteriak keras terkejut dan berlarian menjauh dari pintu begitu melihat aku dan Draco.
"DOBBY?!" jerit Draco begitu melihatnya. "Aku- aku tidak tahu kau bekerja di dua tempat?!" tanya Draco, masih penuh keterkejutan.
"Dobby sudah tidak bekerja di Malfoy Manor lagi, sir." jawab si peri rumah yang dipanggil Dobby.
"Hah?!" Draco terkesiap, terdengar sangat terkejut. "Sejak kapan?! Oh, pantas aku sudah lama sekali tidak melihatmu di rumah." ungkap Draco, membuatku menatapnya. Bagaimana mungkin kau tidak tahu peri rumahmu sudah tidak bekerja lagi di rumahmu?
"Sejak dua tahun lalu, sir." cicit Dobby lagi, takut takut melihatku.
"Okay, aku sebenarnya tidak peduli, sih." ucap Draco acuh, membuatku meremas tangannya. Apaan sih maksudnya? Padahal dia yang tanya barusan.
"Tapi bisakah aku minta teh panas dan entahlah, kudapan, di antar ke menara astronomi?" tanya Draco, sudah kembali tenang, menyuruh para peri rumah yang langsung berlarian sibuk.
"Kau mau teh juga?" tanya Draco, nada bicaranya berubah lebih lembut, menatapku. Aku hanya mengangguk.
"Well, kalian lihat, dua cangkir teh dan kudapan! Aku ingin semua di antar sesaat setelah aku sampai sana." Begitu saja Draco menarikku keluar dari dapur.
Kami naik ke menara astronomi, Draco mengoceh tentang kegilaan anak anak Durmstrang yang dilakukan selama pesta. Aku hanya mendengarkan sepanjang jalan.
"Huh, mereka seru sekali. Coba saja aku betulan masuk Durmstrang dulu." dia mengakhiri ceritanya, tepat saat kami menyandar ke pegangan besi di menara.
"Kau dulunya mau masuk Durmstrang?" tanyaku, menatapnya. Draco tertawa.
"Yeah, ayahku kenal kepala sekolahnya tapi ibuku tidak mau aku sekolah jauh dari rumah. Jadilah aku masuk ke sekolah payah ini." Draco mengangkat bahu.
"Ibumu pasti sangat menyayangimu kalau begitu?" tanyaku, Draco tertawa lagi. Dia tampaknya sedang dalam perasaan hati yang bagus sekali.
"Aku anak tunggal. Tidak heran."
Suara pop nyaring terdengar disudut lain menara, seorang peri rumah membawa nampan berisi dua cangkir, sepoci teh dan sepiring kue takut takut mendekat. Dia menunduk dalam sekali sampai sepertinya dia hampir jatuh tiap melangkah. Tampaknya dia familiar? Peri rumah yang kupergoki hendak membersihkan ruang rekreasi beberapa minggu lalu.
"Winky?" tanyaku, membuat si peri rumah terlonjak, tampak terkejut. "Winky, kan?" aku memberinya senyum, tapi dia malah terlihat ketakutan.
"Terimakasih, Winky. Sudah mengantar ini semua." lanjutku, dia tampak lebih tenang setelah aku mengucap terimakasih.
"Yeah, sudah sana sekarang kau minggat." Draco mendengus kasar, membuat si peri rumah langsung ber-disapparate.
Aku menatapnya kesal. Kenapa dia berbuat begitu?
"Oh, ayolah, darling, cepat duduk dan berhenti melihatiku begitu." dia menarikku untuk duduk di lantai yang dingin. Aku mendengus, tapi menurutinya.
"Jangan panggil aku begitu dan bisakah kau baik sedikit memperlakukan mahluk hidup?" keluhku, menuangkan teh di poci ke dua cangkir marmer.
"Dia cuma peri rumah." Draco menjawab acuh.
Aku rasanya ingin sekali melempar poci teh ke wajah bodohnya. Draco tampak tidak menyadari betapa kurang ajarnya dia malam ini, sibuk menyeruput tehnya. Kami hanya diam sibuk minum teh selama beberapa saat.
Aku selalu berfikir Draco sudah jauh lebih baik dan ramah sejak berteman denganku, ternyata dia hanya baik dan ramah padaku saja. Dia masih bertingkah kurang ajar dan mengganggu anak anak lain, rasanya aku ingin sesekali menimpuk kepalanya dengan buku sejarah sihir yang tebal agar dia bisa merasakan kesakitan yang dia sebabkan untuk para adik kelas dan semua mahluk yang sudah dia ganggu. Tapi mengingat kami sudah berteman mungkin sekarang seharusnya aku bukan lagi memakai kekerasan padanya.
"Y/N?" panggil Draco pelan, membuyarkanku dari lamunan. Aku hanya menjawab dengan hm.
"Aku barusan tanya, apa kau akan datang ke pesta dansa bersama teman teman bodohmu atau-"
"Datang kemana?" aku langsung menoleh pada Draco yang memutar matanya sebal.
"Pesta dansa." ulangnya. "Eits, aku cuma tanya bukan berarti mau menga-" sebelum Draco bisa menyelesaikan kata katanya aku memotongnya.
"Pesta dansa apa?"
.
Author's note : eh, tadi salah upload ke cerita sebelah 😭😪
aku setelah selesai nulis chapter ini dan re-read dari awal be like 👁👄👁 'paan nih anjm'.
October 22nd, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]
Fanfiction[sequel to ALTERATION] Tahun keempat, Draco dan Y/N merahasiakan hubungan pertemanan mereka dari para siswa siswi Hogwarts. Set time : GoF Reading guidance : Y/N : your name Y/L/N : your last name