Chapter 19

15.4K 1.6K 237
                                    

Aku duduk di tribun berdampingan dengan Hermione dan Ron. Ibu Ron, Molly Weasley juga hadir untuk mendukung Harry. Jujur saja aku sangat kagum pada hubungan kekeluargaan antara Harry dan keluarga Weasley. Charlie dan Bill, dua anak tertua keluarga Weasley juga hadir. Mereka berdua sangat cool, jauh berbeda dengan Ron (hai, Ron, maaf aku cuma bercanda).

Harry sudah berdiri dengan kaos juaranya, berdiri di samping Profesor Dumbledore. Dia melambai ke arahku, yang langsung dibalas kami bertiga - dan seluruh barisan anak Gryffindor dengan teriakan penyemangat. Ya ampun, mungkin kalau mereka berteriak lebih keras sedikit lagi kupingku akan tuli dibuatnya. Draco, duduk bersama teman teman Slytherin-nya, mendukung Krum. Pengkhianat sekolah, pagi ini aku mengatainya. Dia cuma tertawa kecil, mengacak rambutku yang sudah acak acakan.

Aku rasa kupu kupu di perutku semalam masih bersisa, kembali berterbangan ganas saat Draco dari tribun lain melambai singkat padaku. Semalam saat dia menanyakan kalau dia boleh mencium keningku, rasanya aku ingin mimisan saja saking panasnya wajahku. Aku ingin menghilang dari hadapannya agar tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Bagaimanapun, Draco terlihat sangat serius, menahan bahuku dan menunggu jawabanku dengan tenang. Aku tidak mampu berkata kata dan hanya mengangguk kecil. Mungkin kalian pikir ciuman di kening yang kedua ini akan jauh lebih biasa, karena ini kedua. Tapi nyatanya, tidak. Aku malah jauh lebih nervous semalam, aku mual karena kupu kupu yang memenuhi perut dan dadaku, lalu ada sesuatu yang juga ikut berlonjak kegirangan disana. Demi jenggot Merlin, itu cuma ciuman di kening!

"Setelah hitungan ketiga dan peluit dari Mr Ludo Bagman berbunyi, para juara akan masuk ke dalam maze yang sudah dipasangi beberapa rintangan. Barangsiapa yang bisa menyentuh piala juara berarti pemenangnya. Satu, dua, tiga."

Prit!

Para juara masuk ke dalam maze, semak semaknya menutup seketika begitu mereka sudah berjalan lebih jauh. Lalu apa sekarang? Kami menunggu sampai ada yang mengirim kembang api merah tanda minta tolong dan menunggu siapapun yang dapat pialanya lebih dulu? Okay.

"Jadi kita sibuk sibuk berkumpul disini untuk menonton satu sisi maze ini saja?" gumam Ron.

Aku dan Hermione terkekeh mendengarnya.

"Harusnya mereka memasang beberapa kamera pengintai di beberapa sisi agar kita bisa ikut nonton." ujarku, Hermione mengangguk setuju.

"Mungkin semua panitia-nya darah murni atau darah campuran yang tidak pernah mengenal teknologi muggle." jawab Hermione. "Lagipula alat elektronik di Hogwarts tidak bisa bertahan karena radarnya akan rusak karena banyak kegiatan sihir di sekitarnya."

"Well, seharusnya seseorang memadukan teknologi muggle dan sihir. Radio saja bisa kan dipadukan dengan sihir? Ayah Ron juga, memadukan mobil, teknologi muggle dengan sihir. Bukan tidak mungkin."

"Jangan bertengkar kalian berdua, sudah ada yang gugur tuh." Ron menyela obrolan kami, menunjuk Fluer yang sudah ditarik keluar dari maze.

Dia pingsan. Setelah sadar, dia terlihat panik menunjuk nunjuk ke dalam maze. Entah apa yang dia alami, tapi tampaknya sangat tidak baik. Karkaroff sampai berdebat dengan Madam Maxime di kursi juri. Mungkin Krum dan Fluer berebut piala di dalam sana atau apalah, tidak ada yang tahu. Beberapa saat kemudian, Krum juga ditarik keluar dari maze. Dia juga pingsan.

"Sisanya tinggal Harry dan Cedric." gumam Hermione.

"Jadi siapapun dari mereka yang menang, juaranya akan tetap dari Howagrts. Sudah ayo kita semua pulang." candaku, Ron terkekeh.

"Tidak seru sekali kau ini, kita tetap tunggu, dong. Harry atau Cedric yang akan menang." jawab Hermione, membuat aku dan Ron makin tertawa.

"Dia itu cuma bercanda, 'Mione."

II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang