BAB 13

505 64 5
                                    

Di tengah aksi gila Reivan mengerayangi tubuh Bella. Bella tersadar dan membuka matanya.

"Stop..!! ". Suara tegas Bella membuat Reivan mengeryitkan dahinya dalam dan menghentikan aktivitas nya.

"Bella ada apa? ".

"Bella bangkit dari pembaringan dan menatap tajam Reivan".

"Katakan.. Apa yang kau masukan ke dalam air yang aku minum? ". Bella menatap menyelidik ke arah Reivan.

"Aku tidak mamasuk kan apa pun..!!".

"Bohong kau pasti memasukan sesuatu ke dalam minuman ku. Kenapa tiba-tiba aku bisa bergairah begini". Reivan menghela nafas lelah dan bangkit dari tempat tidur menatap Bella dengan malas.

"Terserah jika kau tidak mempercayaiku". Reivan bangkit dari ranjang dan meninggalkan Bella yang masih terbaring dan menutup dirinya dengan selimut. Bella mengigit bibir bawahnya. Dia tidak tahu apa dia sudah salah menuduh Reivan.

"Shitt.. Hampir saja.. ". Gumam Bella mengambil pakaian nya yang berserakan. Reivan masuk ke kamar mandi dan memukul dinding dengan kesal.

"Shitt.. Bella mengapa kau susah sekali di taklukkan". Batin Reivan mengurutu. Reivan belum sempat memberikan apa pun ke dalam minuman Bella karena dia masih menghargai Bella. Tapi jika Bella saja tidak bisa mempercayainya jalan satu-satunya mungkin itu yang bisa dia lakukan.

Bella mengambil pakaian lain dalam lemarinya. Bella keluar dari Resort dan menatap matahari yang hampir tengelam. Bayangan akan aksi bergairah yang dia dan Reivan lakukan beberapa menit lalu masih terlintas jelas dalam ingatan nya. Bella gugup sekaligus bergidik ngeri meremang mengingat kejadian panas itu.

Bella memutuskan untuk duduk di gazebo dan membaca buku disana. Reivan baru saja selesai mandi dan menatap kamar yang terlihat kosong. Reivan kesal karena ulah Bella yang menghentikan aksinya. Baru saja mereka akan melakukan malam pertama dan Bella menghancurkan semuanya. Reivan harus menahan dirinya lagi dan lebih bersabar terhadap Bella.

Reivan keluar dari kamar berjalan menuju tempat makan malam yang telah dia pesan. Keinginan Reivan adalah dinner romantis bersama Bella malam ini. Tapi apa daya Reivan tidak bisa menutupi kekesalan nya karena ulah Bella.

"Mau kemana?". Sapa Bella ketika Reivan keluar dari kamar Resort mereka. Dengan acuh Reivan berjalan melintasi Bella yang duduk di gazebo.

"Makan malam, mereka sudah menyiapkan nya".

"Aku ikut". Bella beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti langkah Reivan dalam diam. Ini adalah pertama kalinya Balla melihat Reivan marah. Walau tak menujuk kan kemarahan secara langsung tapi dengan sikap dingin dan diamnya Reivan bisa Bella artikan jika pria yang kini berstatus suaminya itu sedang marah.

Mereka sampai di sebuah pantai dimana menjadi tempat dinner romantis malam itu. Di hiasi dengan lampu-lampu kecil yang bergelantungan di sekitar pepohonan. Meja yang bertaplak warna putih polos dan sebuah mawar dan lilin romantis diatas meja. Bella cukup suprise mendapati makan malam nan indah itu.

Tapi sayang nya makan malam romantis itu terasa hambar karena sikap dingin Reivan yang mengacuhkan dirinya. Pelayan datang membawa makanan yang telah di pesan Reivan. Bella hanya diam menatap para pelayan melayani mereka.

"Kau masih marah?". Bella mencoba mencairkan suasana dengan bertanya kepada Reivan. Tidak ada jawaban dari Reivan kecuali kalimat singkat yang dia ucapkan.

"Makan lah setelah itu kita akan istirahat". Bella menghela nafas. Ternyata Reivan yang dingin dan datar lebih menakutkan sekaligus menyengkelkan dari pada dirinya yang selalu menggoda Bella.

"Aku minta maaf". Cicit Bella pelan sembari menatap reaksi Reivan. Namun lagi-lagi Reivan hanya membalasnya datar dan dingin.

"Hmm.. ". Bella mendesah prustasi dia bingung bagaimana cara membujuk Reivan.

"Bagaiman jika besok kita travelling mengelilingi bora-bora, aku pikir itu akan menyenangkan". Tidak ada jawaban dari Reivan kecuali suara dentingan garpu dan sendok yang terus berbunyi menyuapi makanan ke mulut Reivan.

Bella menutup mulutnya dan tidak bicara lagi. Percuma saja bicara dia seperti bicara dengan angin lalu. Angin pantai menerpa kulit mulus Bella malam itu. Seharusnya dinner malam itu menjadi sangat romantis tapi Reivan benar-benar kehilangan mood dan semangat nya ketika mengingat making love yang gagal.

"Reivan". Panggil Bella lagi yang kini di sahut Reivan sekedarnya.

"Ada apa?".

"Jika kita mencobanya lagi apa kau mau melakukan nya". Reivan menghentikan aktivitas makan dan menatap Bella sejenak.

"Kau yakin siap? ". Pertanyaan yang langsung menohok ke hati Bella. Bella mengingit bibir bawahnya merasa tidak yakin.

"Entahlah.. Sejujurnya aku sangat gugup dan takut". Aku Bella jujur kepada Reivan dengan wajah menahan malu. Reivan menghela nafas dan menatap Bella seksama.

"Bella".

"Iya".

"Aku ingin kau mempercayai ku,aku tidak akan melakukan nya jika kau belum yakin dan percaya sepenuhnya kepadaku". Bella terpaku mendengar ucapan Reivan yang terasa sangat gentelman sebagai seorang pria.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan penerus? ".

"Iya mungkin aku harus membuat ayah menunggu sedikit lebih lama" . Bella merasa tidak nyaman. Seolah beban berat itu hanya di pikul sendiri oleh Reivan. Bella mengambil tangan Reivan dan mengengam nya pelan.

"Beri aku waktu. Aku akan mencoba menerima mu sepenuhnya". Ujar Bella menatap ke manik biru Reivan. Reivan tersenyum lembut dan mengangguk perlahan.

"Iya akan aku tunggu". Bella tersenyum lega karena kini Reivan tidak lagi marah kepadanya.

"Terima kasih. Ngomong-ngomong dinner ini sangat romantis".

"Oh ya? Tapi lebih romantis lagi jika kau tidak membuat gagal acara tadi sore". Bella menatap menyesal dan menatap Reivan.

"Maaf aku hanya takut kau benar-benar menaruh obat perangsang disana".

"Seburuk itu kah reaksi obat itu? Sampai kau merasa takut".

"Iya itu bisa membuat kita tidak tertahankan".

"Hmm patut di coba".

"Reivan..!! Jangan macam-macam". Reivan terkekeh geli dia tidak bisa mencueki istrinya itu terlalu lama. Dia tidak tega melihat wajah bersalah Bella.

"Hanya bercanda. Habiskan makanan mu setelah itu kita istirahat".

"Hmm baiklah". Diam-diam Reivan menatap Bella dan berkata dalam hatinya.

"Tunggu saja tanggal main nya Bella, aku pasti akan menakluk kan mu dengan atau tanpa obat"

To be continue.. Bella hadir gagal pecah telor nya 😁 dont forget vote thnk you

Royal PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang