BAB 15

510 60 2
                                    

Bella terbangun dari tidur lelapnya ketika mendengar suara burung berkicau merdu dan deru ombak di sekitar resort. Dia membuka matanya dan mendapati Reivan sedang tidur pulas di samping nya. Bella mengingat percintaan panas yang mereka lewati kemarin dan pipinya seketika memerah malu.

Reivan benar-benar menjadi pria yang berbeda ketika di atas ranjang. Semakin Bella mengingatnya dia menjadi malu sendiri dan bergidik ngeri. Dia tidak menyangka pada akhirnya dia melakukan hubungan percintaan dengan Reivan.

Bella menatap wajah Reivan yang tertidur dan bulu mata lentik nya yang menggoda. Bella baru menyadari jika dirinya bertelanjang tubuh di selimuti oleh selimut yang membungkus tubuhnya. Bella menutup wajahnya karena malu dan berniat turun dari ranjang namun kemudian lengan nya tertahan oleh tangan Reivan.

"Mau kemana Sayang". Bella melihat Reivan yang kini membuka matanya.

"Mau mandi Reivan". Reivan memeluk tubuh Bella membuat Bella menegang.

"Ini masih terlalu pagi. Tidurlah lagi". Bella menghela nafas dan melepaskan pelukan Reivan.

"Reivan ini sudah pagi aku butuh mandi".

"Mandi bersama saja bagaimana?". Bella membelalak kan matanya menatap Reivan.

"No jangan gila. Aku tidak akan membiarkan kau meniduri ku di kamar mandi". Reivan terkekeh dan semakin memeluk erat Bella.

"Mengapa tidak aku pikir itu menyenangkan. Patut di coba". Bella menjewer telinga Reivan membuat pria itu kesakitan.

"Awww Bella apa yang kau lakukan.. Sakit..!! ". Bella menyeringai dan melepaskan tautan tangan nya di telinga Reivan.

"Awas jika kau berani masuk". Bella berlalu masuk ke kamar mandi. Reivan mengusap telinganya yang terasa memerah karena jeweran Bella.

"Awas kau Bella". Reivan memasang wajah masamnya sebelum akhirnya membenamkan dirinya kembali ke dalam selimut untuk melanjutkan tidurnya.

****

Semantara itu Ferdinan sedang sibuk di istana mengurus semua keperluan untuk penobatan Reivan dan Bella yang akan diadakan dua minggu lagi. Ellen datang ke istana dan menghampiri Ferdinand yang sedang mengatur dekorasi Aula istana.

"Apa kau sedang sibuk? ". Sapa Ellen ke arah Ferdinand yang terkejut akan kedatangan nya.

"Lady Ellen ada perlu apa? ". Ellen menatap Aula istana yang sedang di dekorasi dan kemudian beralih menatap Ferdinand.

"Aku hanya datang berkunjung. Apa Bella ada disini? ".

"Puteri dan Pangeran sedang berbulan madu. Ada apa anda mencari yang mulia Puteri? ". Ellen mengeryitkan dahinya dan cukup suprise mendengar kabar itu.

"Oh jadi sepupu ku sedang berbulan madu. Dimana? Aku tidak mendengar berita itu."

"Itu bukan sesuatu yang bisa saya beritahukan. Bulan madu mereka private". Ellen terkekeh dan menatap Ferdinand lagi.

"Kau benar-benar abdi setia Reivan. Padahal jika tahu mereka dimana aku dan kekasihku akan mengujungi mereka". Ferdinand mengeryitkan dahinya dan menatap Ellan lekat.

"Lady Ellen saya harap anda bisa menjaga prilaku anda mulai hari ini. Di karenakan Puteri Bella adalah calon Ratu untuk negeri ini. Siapa pun tidak di ijinkan untuk mengusik kehidupan sang Puteri. Itu adalah perintah langsung dari Pangeran Reivan". Ellen terdiam dan mencoba bersikap tenang dan tersenyum masam ke arah Ferinand.

"Well aku tahu justru karena dia calon Ratu aku hanya ingin memberi sedikit penghormatan untuk sepupu iparku. Tapi sepertinya semua orang di istana ini sudah menjadi pengikut sang Puteri".

"Tentu saja kami bekerja melayani Raja dan Ratu negeri ini. Seharusnya anda pun begitu sebagai seorang bangsawan My lady". Sindiran pedas dari Ferdinand membuat Ellen kesal dan melangkah kan kakinya pergi dari Aula.

"Ciih dasar sombong. Apa bagusnya wanita itu sampai bisa menjadi istri sepupuku".

"Dia lebih dari bagus yang mulia. Puteri Bella menakjubkan. Jika tidak ada hal lain saya harus permisi banyak pekerjaan yang harus saya urus. Selamat siang Lady". Ferdinand pergi dari hadapan Ellen. Ellen mengeram kesal dan berlalu dari Aula. Niatnya berkunjung ke Istana ingin membuat kesal Bella tapi tidak disangka malah dirinya yang dibuat kesal oleh asisten Reivan.

****

Bella dan Reivan sedang bermain Jet Ski yang membuat Bella ketakutan. Dia memeluk erat Reivan dan memejamkan matanya.

"Reivan aku mohon berhenti". Reivan tertawa mendapati Bella ternyata sangat takut bermain Jet Ski

"Aku pikir kau sudah terbiasa dengan ombak. Mengapa bermain Jet Ski kau malah ketakutan sekali".

"Bukan begitu aku trauma. Aku pernah jatuh dari Jet Ski dan semenjak itu aku tidak pernah bermain lagi".

"Oh ya tapi bukan kah tidak terlalu menakutkan jatuh dari Jet Ski dari pada bermain Sky di tengah ombak".

"Ayolah itu keahilian ku bermain Sky. Aku tidak pernah gagal berbeda dengan ini". Reivan menyudahi permainan nya dan membawa Bella ke tepi pantai.

"Well jadi itu ada perbedaan nya? ".

"Tentu saja. Ya tuhan akhirnya". Bella membuka pelampung nya. Dan hanya mengenakan bikini seksi di tubuhnya. Dia berbaring di kursi malas dan mengambil minuman di samping nya.

"Jadi apa yang akan kita lakukan selanjutnyan?". Reivan duduk di sebelah Bella dan menikmati keindahan lautan di depan mereka.

"Menikmati matahari terbenam. Dan tidak ada adengan percintaan lagi". Reivan tertawa dan duduk di kursi malas menatap matahari di depan mereka.

"Lusa kita sudah kembali. Bagaimana jika malam besok kita dinner".

"Bukan ide yang buruk".

"Aku akan meminta pelayan menyiapkan semuanya".

"Okee".

Reivan tersenyum dan dia menatap sunset bersama Bella. Di balik Dinner yang akan Reivan siapkan dia ingin melihat Bella menjadi cukup gila dan berani di ranjang. Dia akan mencoba obat yang Cristian berikan kepadanya. Ini tidak termasuk dia memaksa Bella untuk bercinta. Karena mereka sudah melakukan nya jadi ini adalah ronde selanjutnya dengan aksi yang lebih gila. Setidaknya itulah yang Reivan pikirkan untuk membuat bulan madu dirinya dan Bella menjadi tidak terlupakan.

To be continue.. Dont forget to vote thank you 🌹

Royal PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang