29

100 8 0
                                    

"Habis dari mana?" tanya Airin saat dirinya berada di ambang pintu kamar Kenzo.

Baru saja ia ingin terpejam, tetapi kehadiran Airin menganggu rencananya. "Bukannya gua yang harusnya nanya kayak gitu?"

"Laksa di bawah, katanya baru pulang abis ngajak lo jalan. Jeruk makan jeruk lo berdua?" ejek Airin tersenyum mengejek.

Kenzo geleng-geleng kepala, gadis ini semakin hobi mengejeknya. "Mentang-mentang udah jadian, enak banget lo ngejek gua."

"Kata siapa gua jadian?"

"Lo nolak Abi?"

"Pengen tahu banget urusan orang."

"Elo kali yang mau tahu urusan gua ama Laksa."

Airin terkekeh kencang. "Berarti benar dugaan gua, jeruk makan jeruk lo berdua."

"Enak aja!" Wajahnya memerah, menahan kesal.

"Lo takut?" tanya Airin merubah topik obrolan mereka.

"Takut sama Tuhan? Ya jelas, gila aja lo kalau gua berani, belum mau gua dikubur."

Airin berdecak, ia lupa sifat mereka sedikit mirip. Emosian, tetapi suka bercanda tanpa sengaja. "Maksud gua, lo takut bahwa kehadiran Sakura ngebuat lo ditemani kesendirian?"

"Maksud lo apa sih, Ai?" tanya Kenzo kembali merebahkan badannya di atas kasur, mencoba tertidur untuk menghindari obrolan mereka.

"Lo takut kalau mereka tahu lo anak buron? Takut masa kanak-kanak lo terulang, dijauhi, dikucilkan, dan dirundung."

"Masa sih? Enggak tuh," elak Kenzo mengganti posisi tidurnya ke arah dinding, membelakangi tempat Airin berpijak.

"Bohong aja terus, digigit kambing ompong aja baru tahu rasa," canda Airin berjalan mendekat ke arah kasur Kenzo.

"Elo kambingnya. Udah jangan deket-deket Ai, bisa digebuk Abi gua."

"Kalau mau liatin tembok, liatin aja, enggak usah ngintip-ngintip gua jalan ke arah lo apa enggak."

"Berasa Goblok, bukan ngintip. Badan lo kayak kebo, kalau jalan berasa," ledek Kenzo masih mempertahankan posisinya.

"Enak aja, lo kali kebonya." Airin berdecak kesal, bisa-bisanya topik obrolan yang ia bangun dialihkan begitu saja oleh Kenzo. "Gua tahu semuanya, tahu kalau lo takut dengan pandangan orang."

"Pasti si Abi mulutnya kayak ember bocor. Besok-besok gua steples aja deh," ucap Kenzo sudah tahu tersangka pertama yang membocorkan rahasianya.

"Tanpa Abi, gua enggak tahu alasan lo kenapa bantu Sakura diam-diam, tanpa langsung terjun ke TKP." Airin sedikit merinding, kalimat yang baru ia ungkapkan sangat berbeda dari biasanya. "Jadi, alasan cantik apa yang lo sembunyiin atas sikap kasar lo ke gua?"

Kenzo mengubah posisinya, duduk di atas kasur menilik keberadaan Airin. "Enggak ada alasan khusus. Mungkin emang sifat gua kasar."

"Dulu lo enggak kayak gitu," balas Airin tak puas dengan jawaban yang diberikan.

Kedua bahunya mengedik, alasan yang Kenzo simpan sedikit kekanak-kanakan, ia malu bila Airin akan menertawakannya habis-habisa.

"Karena lo mau ngebalas atas sikap kasar gua pas kecil? Bikin lo dan Sakura sakit hati, benar?" tanya Airin sembari mengulum senyumnya.

Kenzo berdecak kesal, gadis itu pura-pura bodoh. Sudah tahu, tetapi tetap saja bertanya. "Abi yang ngasih tahu lo lagi?"

Melihat rona merah karena menahan keki di wajah Kenzo, ia tertawa kencang. "Menurut lo siapa lagi?" tanya Airin setelah tawanya reda.

Kenzo berdecak gemas, ia mengambil bantal dan melemparkannya ke Airin. Dengan sigap gadis itu menangkap sebelum mendarat di wajahnya. "Dendam banget lo jadi orang. Lo udah tahu alasan gua kenapa bersikap kasar?" Kenzo mengangguk, kalau bukan karena fobia Airin.

"Terus kenapa lo masih dendam?"

"Awalnya cuman coba-coba, karena mau balas dendam. Akhirnya malah mendarah daging. Sama kayak lo, awalnya cuman mau melindungi diri, sikap kasar lo malah kebablasan," jawab Kenzo diakhiri kekehannya.

"Lagi arisan apa ngerumpi, nih?" tanya Laksa yang tiba-tiba saja datang di kamar Kenzo.

"Lo datang mulu, padahal enggak ada yang ngundang, balik sono lo," usir Kenzo tak tahu diri.

Laksa mencebik kesal, "Kalau bukan kita-kita siapa yang bakalan nemenin lo?"

"Abi mana, minta digorok tuh cowok, mulutnya minta dilakban!" Kenzo turun dari kasur, menemui Abi yabg sembunyi di balik badan Laksa.

"Cowok gua mau lo apain, heh?!" Airin menarik kaus yang dikenakan Kenzo.

Manusia yang berada di kamar Kenzo menganga tak percaya, kecuali Abi yang bersorak kegirangan.

"Kok lo bisa narik kaus gua? Enggak pingsan?" tanya Kenzo benar-benar kaget.

"Gua kira lo kaget karena gua pacaran," ucap Abi yang salah server.

"Tanya Abi, dia yang ngajarin."

Kenzo menilik Abi, meminta penjelasan pada sahabatnya. "Selama dia pakai sarung tangan, dia enggak akan bersentuhan secara langsung."

Airin memang belum menanggalkan apa pun yang ada di tubuhnya, termasuk sarung tangan pemberian Abi.

"Lo maksa dia buat bisa pegangan tanpa bersentuhan?!" geram Kenzo.

Jika seperti itu proses Airin menjauhkan dirinya dari fobia tentu saja salah di mata Kenzo. "Kalau kayak gitu, dia akan ketergantungan sama sarung tangan dan enggak bisa berkembang pola pikirnya atas ketakutannya sendiri," lanjut Kenzo membuat Abi yang semula santai ikut kebakaran jenggot.

"Kalau dia enggak dipancing, malahan enggak bisa berkembang. Mau sampai kapan Airin takut sentuhan terus? Setidaknya dia masih mau bersentuhan dengan orang yang dia percaya, walau dilapisi dengan sarung tangan!"

"Bisa diam enggak? Roboh lama-lama ini rumah kalau lo berdua adu mulut pakai toa!" lerai Airin ikut-ikutan teriak.

Laksa yang tak paham dengan inti masalah kebingungan. "Ini lagi diskusi apaan?"

Kenzo, Abi, dan Airin serentak menilik keberadaan Laksa. Cowok itu benar-benar tak paham dengan situasi apa pun.

Airin kembali menatap Kenzo, mencoba untuk tak memedulikan kebingungan Laksa. "Apa salahnya gua nyoba, enggak ada yang tahu kemajuan gua ke depannya kayak gimana."

Kenzo menggeleng tak setuju. Ia khawatir bila Abi tak lagi memiliki hubungan dengan Airin, gadis itu akan membenci sarung tangan.

"Gua enggak setuju Ai. Pokoknya gua enggak setuju."

"Oke, beri gua alasan, kenapa lo enggak setuju?!"

Kenzo menatap Abi dan Airin bergantian, alasannya pasti akan membuat mereka sakit hati, tetapi ia tak mau bila Airin lebih merasakan sakit hati di masa yang akan datang.

"Jika Abi pergi dari kehidupan lo, apakah lo akan tetap memiliki semangat untuk mengenyahkan fobia sentuhan?"

***

Don't Touch✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang