20

78 10 0
                                    

"Kenzo ada enggak?" Pemilik nama yang dicari Airin segera menilik keberadaan gadis yang berada di ambang pintu kelas, terhalang oleh Laksa yang berniat pulang bersama dengan Abi.

"Punya urusan apa lagi sama Kenzo?" tanya Laksa ingin tahu.

"Kepo." Singkat, padat, dan nyelekit sudah menjadi kebiasaan Airin, tentu Laksa tak kaget lagi. Cowok itu akan kaget bila Airin berbicara panjang dan lebar tanpa nada judes di dalam kalimatnya.

"Kenzo mau pulang bareng gua, makanya gua nanya."

"Oh, tapi gua enggak nanya," balas Airin polos, sontak tawa Abi yang mendengarkan obrolan mereka meluncur.

"Ya ampun, gua paham kenapa lo ngenes banget, gebetannya kayak dia sih," ledek Abi menertawai nasib sahabatnya.

"Emang kenapa kalau dia jadi gebetan gua, Bi?" tanya Laksa sedikit sewot.

Abi geleng-geleng kepala, sedikit gemas ingin menjitak kepala Laksa. "Udah tahu Airin nolak mentah-mentah, kok masih aja lo maksa."

"Kalian berdua ngomongin gua?" tanya Airin, jari telunjuknya mengarah ke dirinya sendiri, tak lupa wajah lugunya yang keliatan bego di mata Abi, tetapi di mata Laksa, gadis itu sangat menggemaskan minta dikarungi dan dibawa pulang.

"Berisik banget lo semua," sewot Kenzo menyampirkan tasnya di pundak, ingin segera bertemu dengan kasur, karena kepalanya pusing semenjak obrolan yang tercipta di kantin sekolah.

***

Kenzo pulang dengan aura tak ramah, tetapi mampu membuat Natasya dan Pram lega karena kepulangan anaknya setelah minggat semalam.

"Syukurlah kamu pulang, Nak." Natasya menyambut Kenzo dengan pelukan hangat.

"Capek, mau tidur," ucap Kenzo tanpa merasa bersalah.

"Kalau begitu, istirahat ya. Nanti kalau sudah makan malam, Mama panggilin." Kenzo hanya mengangguk dan langsung pergi menuju kamarnya.

Badan Sakura membeku, kala matanya tak sengaja bertemu dengan sepasang mata milik Kenzo saat mereka berada di atas tangga.

"Sakura mending siap-siap buat makan malam atau ..., mau bantu Mama buat makan malam?"

Sakura menatap Natasya dari atas tangga, ia membalas tawaran Natasya, "Tunggu sebentar Ma."

"Airin siap-siap buat makan malam," ucap Pram membuat Airin mengangguk kecil.

Kaki Airin mulai melangkah menuju tangga, tetapi baru beberapa langkah, Pram berkata dengan senyum di bibirnya, "Terima kasih sudah membawa Kenzo pulang, Ai."

Badan Airin berputar 180 derajat, ia sedikit terperanjat. Kesibukan, kesedihan, luka, membuat hubungan mereka memang tak sedekat dulu, maka dari itu Airin sedikit tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Sama-sama, Yah." Airin tersenyum senang lalu melanjutkan lagi kakinya menuju kamar.

Sedikit demi sedikit, Airin memiliki kepercayaan bahwa waktu akan menyembuhkan luka dan membalikkan keadaan seperti semula. Walaupun mamanya tak bangkit dari kubur, tetapi Airin yakin bahwa kondisi mereka akan jauh lebih baik dari hari ini.

"Hati-hati kesambet, Kak." Ledekan Sakura membuat Airin merubah raut wajahnya.

Dengan sedikit terpaksa, Sakura terkekeh, keadaan hatinya masih merasa bersalah, tak bisa berpura-pura bahagia dengan hubungan kusutnya dan cowok yang selalu mengaktifkan mode senggol-bacok bila melihat kehadirannya.

"Makasih Kak, sudah bawa Kak Kenzo pulang."

"Dia bukan tumbuhan, dia manusia, kalau merasa butuh pulang, dia akan pulang."

"Tapi, tetap saja. Kak Kenzo luar biasa keras kepala, pasti harus dibujuk dulu."

Airin merasa obrolan mereka tak terlalu penting, ia mengedikkan kedua bahunya, berkata pura-pura setuju, "Mungkin."

***

Makan malam tak dihadiri oleh Kenzo, cowok itu mengunci pintu kamar dari dalam, tak ingin diganggu gugat oleh siapa pun.

"Kak Kenzo baik-baik aja?" tanya Sakura saat mereka telah selesai makan malam.

Natasya dibantu Airin membersihkan piring-piring kotor yang berada di atas meja. Pram masih menyesap air mineral di gelasnya hingga tandas.

"Sepertinya tidak," jawab Airin setelah menyelesaikan tugasnya.

"Ada apa dengan Kak Kenzo?" Sakura menelungkupkan kepalanya di atas meja, bersiap menangis.

Airin mengedikkan kedua bahunya, seolah-olah tak tahu menahu. "Coba tanya aja."

"Kak Airin masa ngomong setengah-setengah?" tanya Sakura menegakkan kembali badannya.

"Aku bukan cenayang, mana aku tahu." Natasya dan Pram sontak tertawa mendengar pernyataan Airin yang membuat Sakura merengek.

"Sudah, kalian masing-masing kembali ke kamar. Ayah sama Mama mau ada urusan," ucap Natasya dengan rona merah di pipi.

"Urusan atau kencan, Ma?" tanya Airin memasang wajah tanpa dosanya.

Natasya yang ditanyai oleh Airin langsung menutup wajahnya, malu. Berbanding terbalik dengan Pram yang terkekeh kecil melihat kembali sikap usil Airin.

"Jangan menggoda mamamu, Ai. Ayo balik ke kamar," usir Pram membuat Sakura dan Airin patuh dan langsung berjalan ke arah tangga.

"Kencan mama dan ayah seperti apa Kak?" Airin mendengus kesal atas pertanyaan Sakura, adiknya itu seperti Dora, selalu bertanya.

"Aku enggak pernah kencan, Ra."

Dahi Sakura mengerut bingung. "Jadi?"

Airin bersungut kesal, "Jadi aku enggak tahu, Sakura. Nanya mulu ih kayak tamu."

***

Don't Touch✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang