5

91 23 45
                                    

Pinggir lapangan menjadi tempat pilihan Airin untuk duduk menyendiri, mengelap peluhnya setelah pemanasan yang dilaksanakan secara bersamaan.

Mata pelajaran PENJAS tahun ini dilaksanakan secara bersamaan dengan kelas Kenzo. Keberadaan Kenzo sebenarnya tak berpengaruh apa-apa untuk Airin, gadis itu tetap saja pasif, lebih memilih menarik diri dari keramaian. Teman-teman sekelasnya pun tak perlu repot-repot mengajaknya untuk bermain bola besar bersama, takut bila mereka akan tertular penyakit kulit yang sama dengan yang diderita Airin.

"Rin? Enggak main bareng?" tanya Laksa menghampiri Airin.

Gadis itu tak memiliki niat barang sedikit pun untuk menjawab pertanyaan basa-basi yang sudah basi di telinga Airin. "Gua nanya loh," protes Laksa ikut duduk di samping Airin.

"Lo gak takut kena penyakit yang sama kayak gua?" Laksa tertawa nyaring, bahkan murid-murid yang lain memperhatikan kedekatan Laksa dan Airin dari tempat mereka berdiri.

"Percuma kalo otak gua rangking satu, tapi mata gua katarak, Rin. Kulit lo kayak gini, mana mungkin kena penyakit kulit kan?"

Airin bungkam, cowok di sampingnya memang jenius, tapi sayangnya dirinya tak tertarik dengan pesona seorang Laksa. Matanya masih memandang lurus ke depan, memperhatikan setiap manusia yang memperhatikannya diam-diam.

Airin tersentak kala Laksa menyentuh tangannya, rasa panas seperti tebakar membuat Airin menjerit. Semua pasang mata yang berada di lapangan segera memperhatikan Airin yang sudah tumbang dalam dekapan Laksa. Gadis itu pingsan.

Bahkan Kenzo sudah lari mendekati Laksa dan Airin, wajahnya panik melihat adiknya yang jatuh pingsan, sudah lama sekali ia tak melihat Airin pingsan karena fobia yang Airin derita.

"Minggir lo, Lak. Sentuh dia lagi, mati lo sama gua!" teriak Kenzo membuat Laksa kaget seketika.

Sahabatanya itu tak pernah semarah ini, bahkan lemparan sepatu yang mengenai wajah Kenzo, tak mampu membuat Kenzo semurka saat melihat Airin jatuh pingsan.

Kenzo menggendong Airin, walaupun sedikit kesusahan, ia tetap berusaha lari secepat mungkin agar adiknya bisa berbaring di ranjang UKS. Kenzo tak tahu kapan Airin akan siuman, dirinya takut bila Airin siuman dalam gendongannya, dan gadis itu akan kembali pingsan karena sentuhan Kenzo.

***

Kelopak mata Airin perlahan terbuka, matanya mengedar ke sekeliling, menemukan Laksa yang menatapnya dengan tatapan menyesal bercampur khawatir.

Airin berusaha bangun dari tidurnya, merubah posisi menjadi duduk. Laksa yang melihat Airin yang kesusahan berusaha membantu gadis itu. "Jangan sentuh gua," desis Airin sedikit menghindar saat Laksa sudah terlanjut mengulurkan tangannya.

"Gua di sini mau minta maaf. Janji enggak bakal ganggu lo lagi," ucap Laksa, kepalanya tertunduk lesu.

Laksa tak mendengar suara Airin, dengan ragu ia mengangkat kepalanya sedikit demi sedikit. Matanya membola, tak melihat Airin yang berada di atas ranjang.

"Gua dengar janji lo, awas kalau sampai enggak ditepatin," ancam Airin, gadis itu berada di ambang pintu, menatap Laksa tajam.

"Iya, gua janji." Laksa menatap wajah Airin, menyelidik setiap bagian wajah Airin.

"Ngapain lo?"

"Lo ada hubungan apaan sama Kenzo?" tanya Laksa membuat Airin bingung.

"Kenzo siapa?" tanya Airin pura-pura bodoh.

"Lo enggak kenal?" Airin menggeleng, Laksa semakin dibuat bingung.

Kalau dilihat-lihat, wajah Airin memang tak mirip dengan Kenzo, berarti gadis itu memang tak ada hubungan darah dengan sahabatnya.

"Lo kenapa sih? Sampai marah banget sama Laksa, cuman gara-gara dia nyentuh Airin." Abi ikutan sewot saat melihat kemarahan Kenzo yang tak juga reda.

Kenzo gusar, ia menyugar rambutnya yang berantakan. "Anggap aja tadi gua kerasukan."

Laksa dan Abi menghela napasnya lega, kemarahan Kenzo sudah mereda setelah pintu toilet cowok dibuat penyok akibat bogem mentah yang Kenzo layangkan.

"Tapi gua serius, kalau lo nyentuh Airin lagi, lo mati di tangan gua."

"Airin siapa lo, sih? Saudara? Perasaan lo anak tunggal," heran Abi membuat Laksa ikut berpikir tentang hubungan di antara Kenzo dan Airin.

"Pengen tahu banget lo hubungan orang," ucap Kenzo yang akhirnya keluar dari toilet cowok, tempat mereka bertiga merumpi.

"Lama amat lo bertiga, ngerumpi ya? Kagak ngajak-ngajak gua," protes Rama saat kembali masuk ke dalam toilet cowok. Rama sedari tadi menunggu di luar sangking sesaknya di dalam.

"Jangan-jangan Airin mantannya Kenzo?" tanya Abi membuat Rama yang baru bergabung dibuat kebingungan.

"Airin yang kena penyakit kulit menular itu?" Laksa menimpuk Rama dengan baju olahraganya yang bau keringat.

"Ngaco lo, gua udah sentuh dia, enggak ada efek samping, kulit gua masih biasa aja."

"Bau, Goblok." Rama kembali melempar baju olahraga Laksa kepemiliknya.

"Lo kesambet?" tanya Airin melihat Laksa yang diam saja.

Laksa menggeleng-gelengkan kepalanya, ia semakin ingin tahu tentang Airin lebih jauh lagi, tetapi masalah terbesarnya saat ini adalah Kenzo. Cowok itu tak lagi membolehkan Airin menyentuhnya, Laksa juga kadung berjanji kepada Airin untuk tak mengganggu gadis itu lagi.

"Terserah," jengah Airin, ia akhirnya memutuskan meninggalkan Laksa yang masih termenung di tempat.

***

"Jangan berani dekat-dekat sama manusia, lo tuh cuman bisa ngerepotin orang tahu enggak?!" bentak Kenzo saat melihat Airin yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Airin tersentak kaget, matanya menatap Kenzo yang tengah duduk di atas sofa. Seragam Kenzo masih ia kenakan, tetapi setiap kancingnya sudah Kenzo lepaskan.

"Elo enggak gagu kan? Kalau ditanya tuh jawab!"

Badan Airin bergetar hebat, bentakan Kenzo membuat Sakura dan Natasya menghampiri keberadaan mereka.

"Enggak ingat lo pernah hampir ngebunuh adik lo sendiri hah?! Dia jatuh dari tangga gara-gara elo, Bodoh!"

Kejadian masa lalu kembali terekam dalam ingatan Airin, bulir matanya yang ia tahan sekuat tenaga, perlahan meluruh.

"Masih belum puas lo bikin Sakura hampir mati, sekarang elo mencoba untuk berinteraksi sama manusia dan ngebuat Laksa kerepotan?"

"Gua enggak deketin dia, Ken."

Kenzo tertawa sumbang, ia menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak percaya. "Jadi maksud lo Laksa yang ngejar-ngejar elo gitu? Lo ngaca sana Rin, wajah lo itu enggak mampu buat Laksa terbuai, yang ada enek liat muka lo!"

"Kenzo! Sudah, Nak. Kamu ini selalu berantem terus sama Airin, masalah apa lagi sekarang?" Natasya mencoba menghentikan Kenzo, agar anaknya itu tak lagi membuat luka di hati Airin.

"Tanya aja sama anak pembawa sial itu!"

***

Don't Touch✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang