Caitlyn terbangun dari tidur lelapnya, ia melihat ke samping Yura masih tertidur. Caitlyn teringat kejadian semalam, dengan segera Caitlyn turun dan melihat lantai kamar. Boneka semalam sudah tidak ada lagi.
Ia berjalan menuju toilet yang berada di kamar, lima belas menit ia habiskan hanya di kamar mandi. Saat ia keluar Yura masih tertidur pulas, untung hari libur. Caitlyn berjalan mendekati Yura, ia menggoyangkan lengan Yura pelan. Yura masih memejamkan matanya, Caitlyn menggoyangkan dengan kuat Yura tetap lelap.
"YURA, BANGUN!!" teriak Caitlyn, Yura terbangun ia menatap Caitlyn kesal.
"Berisik, gue ngantuk," kesal Yura.
"Udah pagi, cepat mandi." Caitlyn menarik tangan Yura membawanya ke kamar mandi. Setelah Yura sudah berada di kamar mandi, Caitlyn berjalan menuju balkon kamarnya. Caitlyn mengambil cairan kental yang berada di lantai, bau amis, kental dan berwarna merah pekat merupakan ciri-ciri darah.
"Darah siapa?" Caitlyn menatap sekeliling, matanya terbelalak menatap boneka jelangkung yang di letakan di pojok dinding balkon. Caitlyn berdiri menghampiri boneka tersebut, dengan sedikit ragu ia mengambilnya. Yura keluar dengan rambut basah, ia menatap Caitlyn yang berada di luar.
"Astaga!! Boneka siapa lo curi," ucap Yura.
"Apaan, sih, gue juga enggak tau kenapa ada boneka di sini."
Yura menghampiri Caitlyn, Yura menatap boneka tersebut takut. Caitlyn masih berfikir kenapa boneka yang ia mainkan pada malam itu selalu datang tiba-tiba. "Cait, buang aja deh, bonekanya. Seram tau."
"Udah sering kali gue buang, bonekanya balik lagi," jelas Caitlyn.
"Eh, bentar deh." Caitlyn mengangkat alisnya, Yura menatap Caitlyn lalu ia berkata, "Ini boneka yang lo pake untuk main jelangkung?" tanya Yura.
"Iya."
"Astaga!! Bahaya ini," panik Yura.
"Bahaya kenapa?" tanya Caitlyn bingung.
"Kayaknya hantu yang lo panggil kemaren udah datang untuk gangguin lo," jawab Yura.
"Bodo amat, gue mau sarapan." Caitlyn meninggalkan Yura bersama boneka yang sudah ia letakan kembali di lantai. Yura menatap boneka tersebut takut, ia segera berlari mengejar Caitlyn. Caitlyn sudah berada di meja makan, di sana ada Rafa, Aryo, dan Mama, Papanya.
Caitlyn duduk dan memulai acara sarapannya, Yura datang dengan nafas tak beraturan. Ia segera mengambil air putih, diminumnya tanpa memperhatikan sekeliling. Setelah itu ia duduk dengan santai seperti tidak terjadi sesuatu. Mereka memulai sarapan dengan tenang, Caitlyn kembali merasakan ada yang berlari di belakangnya.
Caitlyn merasakan ada sesuatu di kakinya ia terus saja bergerak tidak nyaman. "Kenapa, Cait?" tanya Mamanya.
"Yura, kaki lo jangan nendang kaki gue, dong," ucap Caitlyn.
"Apaan, sih, kaki gue dari tadi diam, aja."
Caitlyn mengangkat kakinya, kaki putih Caitlyn di penuhi darah. Mereka menutup hidung, bau busuk dan juga amis menjadi satu. Caitlyn mengambil air minum dan menyiramnya di kaki, Caitlyn menatap semua. Mereka masih menutup hidung, Caitlyn juga melakukan hal yang sama.
"Kok bisa ada darah?" tanya Caitlyn bingung.
Mereka saling menatap, mereka juga bingung kenapa bisa ada darah. Kaki Caitlyn tidak terluka sama sekali, dari mana asal darah tersebut.
"Mama sama Papa ke kamar dulu."
"Iya, Mama enggak nafsu makan, lagi."
Tinggal lah Caitlyn, Yura, Rafa dan Aryo. "Cait, kayaknya ini efek lo main jelangkung, deh," ucap Yura tiba-tiba.
"Aneh banget, dari tadi jelangkung terus."
"Yura benar," ucap Rafa, ia menatap Caitlyn tajam.
"Kalian tuh kenapa, sih? Gue udah bilang gak perlu percaya sama hal seperti itu." Caitlyn meninggalkan meja makan, ia berjalan menuju kamarnya. Caitlyn menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, ia menutup matanya menggunakan telapak tangan.
"Cait, teman kamu mau pulang," teriak Dira.
Caitlyn berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga, ia menatap para sahabatnya. Wajah Yura tampak khawatir dan takut, Caitlyn tidak peduli dengan hal yang di katakan sahabatnya.
"Kita pulang ya, Cait. Hati-hati," kata Yura.
"Kalian yang harus hati-hati."
Mereka meninggalkan rumah Caitlyn, setelah para sahabatnya pergi Caitlyn berlari ke kamar. Ia menutup tubuhnya menggunakan selimut.
•••
Malam sudah tiba, Caitlyn sudah selesai makan malam, sekarang saatnya ia mengerjakan tugas sekolah. Karena besok adalah hari Senin, Caitlyn mematikan lampu kamarnya, menyisakan lampu dari meja belajar. Ia mulai membuka lembar buku, membaca dan memahami isi buku tersebut.
Angin bertiup kencang, jendela kamar Caitlyn terbuka kemudian tertutup kembali. "Caitlyn ..." suara lirihan seseorang membuat Caitlyn tersentak.
"Caitlyn ..." Suara tersebut kembali terdengar.
"Mama!" Panggil Caitlyn, tidak ada sahutan.
"Papa!" Caitlyn memanggil Mama dan Papanya tapi tidak ada sahutan. Suara lirihan seseorang kembali ia dengar, Caitlyn memberanikan diri mengikuti asal suara, suara tersebut berasal dari balkon kamarnya. Saat ia membuka pintu balkon tidak ada siapa-siapa, hanya angin yang berhembus kuat.
Matanya tak berhenti mengawasi setiap sudut rumah, di taman tepatnya di ayunan ada seorang anak kecil duduk di atas ayunan sambil memegang boneka. Caitlyn memperjelas penglihatannya, ia tidak salah melihat itu anak kecil. Anak kecil itu melihat ke arah Caitlyn dengan mata tajam, mata yang di penuhi putihnya saja.
Karena belum percaya Caitlyn mengucek matanya, dan anak kecil itu memang ada di sana.
Anak kecil itu terbang menuju arah Caitlyn, tentu saja Caitlyn kaget ia dengan cepat masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkon. Caitlyn tampak tidak berani membuka gorden kamar, ia masih memegang dadanya dan bersandar di pintu kaca balkon.
Caitlyn masih tidak percaya apa yang ia lihat, rupanya sangat mengerikan. Terdengar suara gedoran dari pintu kamar Caitlyn, ia menatap pintu tersebut.
"Caitlyn ..." lirih seseorang.
"Ayuk main sama aku, hihihihihi ..."
Gedoran semakin kuat, suara tawa anak kecil terus menggema. Caitlyn sudah keringat dingin, ia menatap engsel pintu, anak kecil tadi berusaha membukanya secara paksa. Suara gedoran, engsel pintu yang dipaksa untuk terbuka dan suara tawa anak kecil menghilang bersamaan angin yang bertiup kencang. Caitlyn masih berdiri di tempat, kakinya kaku untuk digerakkan. Hingga ia merosot dan terduduk memeluk lututnya, pikiran Caitlyn masih mencerna hal yang barusan terjadi.
"Apa itu? Kenapa anak itu mengganggu ku?" tanya Caitlyn pada dirinya sendiri.
"Semua ini tidak masuk akal," ucapnya pada diri sendiri.
Caitlyn menatap sekeliling kamarnya, ia menatap lampu yang hidup dan kemudian mati. "Tanggung jawab, Caitlyn." Suara itu menggema di kamar Caitlyn, suara yang serak dan berat itu membuat Caitlyn menatap ke atas. Lampu sudah kembali mati, dengan langkah tertatih ia berjalan menuju tempat tidurnya.
Caitlyn sudah berbaring, matanya sedari tadi tidak bisa tertutup. Pikiran-pikiran aneh mulai menghantui dirinya, Caitlyn bergerak gelisah, hawa panas mulai ia rasakan. Caitlyn akhirnya menyerah untuk tidur, ia mendudukkan tubuhnya. Caitlyn mengambil handphone yang ia letakan di nakas, ia mulai mencari akibat dari bermain permainan jelangkung.
______________________________________
Aku bukan indigo update, nih. Ayo buruan dibaca, semoga suka, ya. Kalau ada salah kata atau typo tandai, ya. Dan kalau enggak menarik maaf, ya.
Jangan lupa tinggalin jejak kalian, ya. Terima kasih.
Salam hangat dari author.
![](https://img.wattpad.com/cover/238209872-288-k571494.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Indigo[SELESAI]✔
HorrorMohon Follow terlebih dahulu sebelum baca "Aku udah nunjukin kalau apa yang ku katakan itu benar, tidak ada setan lah apa lah itu, aku udah bermain permainan yang kalian anggap bisa mendatangkan makhluk-makhluk gaib, tapi apa nyatanya gak ada sama s...