9

2K 232 59
                                    

Suasana kamar rawat menjadi begitu senyap selepas pertanyaan terakhir Namjoon. Ada tangan tak kasat mata yang menghentikan ruang dan waktu sehingga hanya bunyi monitor menggema yang menjadi latar belakang suara di antara mereka. Namjoon mengamati perubahan raut wajah Seokjin, semula keterkejutan jelas tercetak di wajah yang selalu tampan itu. Tapi perlahan selarik garis yang samar terlukis di bibirnya, terus mekar melengkung menjadi sebuah senyum yang menampakkan deretan gigi rapi dan mengalunkan suara tawa yang terlalu dipaksakan.

"Kau ini terlalu merindukanku sampai mengigau begitu ya, Namjoonie?"

"Lalu bayi siapa itu kalau bukan milikmu?" Nada bicara Namjoon semakin serius, tatapannya jauh dari kata main-main.

"Bayi siapa yang menangis saat Taehyung video call dengan ibumu? Bayi siapa yang muncul di ponselmu sehingga kau memandanginya dengan penuh cinta? Kenapa kau sangat marah ketika ponselmu direbut Jimin dan Jungkook? Kenapa kau sampai tidak pulang ke dorm selama seminggu? Kini aku sudah tahu jawabannya." Namjoon mengalihkan irisnya pada buntalan manis yang berada di pangkuan Seokjin, "Itu karena di dalam ponselmu terdapat rahasia, berupa sesuatu yang meringkuk di pangkuanmu sekarang, Hyung," Lalu dipakunya kembali sepasang iris jernih yang sekarang bergerak kemana-mana, "benarkan?"

Tawa Seokjin lenyap, menyisakan seringai amat tipis yang hanya bisa disadari dari jarak dekat. Dia menunduk, membelai penuh kasih surai tebal makhluk mungil di pangkuannya. Tanpa kembali menatap lawan bicaranya, dia berucap, "Kalau ini memang anakku, kau mau apa?"

"A-apa?" Namjoon tidak siap akan pengakuan Seokjin yang begitu cepat. Padahal dia mengharapkan semacam pembelaan dari Seokjin atau sanggahan untuk semua tuduhannya. Tapi mendengar secara langsung begini, seperti ada arus listrik yang bersumber dari dadanya menyebarkan gelenyar aneh yang merambat ke seluruh tubuhnya. Tanpa sadar Namjoon mundur selangkah, menabrak tubuh Yoongi.

Seokjin menoleh kepada dua pria yang masih mematung dengan ekspresi tidak percaya itu. Kedua alisnya bergerak, menampilkan sebentuk raut nanar yang Namjoon dan Yoongi tidak pernah lihat sebelumnya.

"Hyung ...," panggil Yoongi. "Kau sungguhan?"

"Aku tidak percaya." Meski menjadi otak dari semua analisanya, Namjoon masih berpikir itu tidak masuk akal.

"Bukankah semua sudah terangkai jelas di kepalamu, Namjoon-ssi? Pastinya kau juga telah membagikannya pada Yoongi. Lalu kenapa kalian malah tidak percaya?"

Namjoon dan Yoongi saling bersitatap, semula keduanya datang dengan penuh rasa khawatir akan keadaan Seokjin. Lalu ketika disajikan dengan kejutan mahadahsyat, pikiran mereka menjadi nge-blank.

"Aku sangat bosan menonton drama kalian. Hentikanlah akting menjijikanmu itu, Seokjin!" Seperti belum cukup, seruan Seokjung semakin menambah beban pada proses reload otak mereka.

Seokjin memegangi dadanya, dengan suara tertahan dia tertawa sepenuh hati. Kini proses reload otak Namjoon dan Yoongi yang sudah mencapai 65% terpaksa terjun lagi menjadi 0%. Mereka sangat kebingungan.

"Tentu saja anak Seokjung Hyung ini juga seperti anakku. Kalian benar-benar sangat lucu."

"Hah?"


***


Yoongi dan Namjoon pulang dengan tatapan kosong. Di dalam mobil, mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. Yoongi fokus menyetir dalam diam, sementara Namjoon tidak punya keinginan untuk mengobrol apapun karena pikirannya sedang sangat sibuk. Seharusnya itu dipenuhi dengan berbagai keruwetan lirik dan komposisi lagu yang akan dia ciptakan, namun sekarang terdistraksi oleh prasangka dan spekulasi rumit tentang Seokjin dan bayinya. Ah, entah anak siapa itu, Namjoon belum memutuskan untuk mempercayai yang mana.

Struggle • KSJ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang