18 • Penance

678 142 19
                                    

Lagi- lagi Raisya pingsan sesaat setelah mendengar teriakkan Haeya yang cukup kencang. Jimin tidak tahu apakah Namjoon bisa menyelesaikan telinga-telinga yang mendengarnya atau tidak. Tapi Jimin percaya pada Namjoon.

Jimin kini kembali mengerahkan seluruh tenaganya untuk sang istri. Ia tahu jika Raisya akan sangat tertekan setelah ini, apalagi informasi yang berhasil merangsek pada telinganya adalah informasi utama di mana itu adalah semua hal yang membuat semuanya dalam keadaan seperti ini.

Pintu ruangan kantor terbuka dan dengan cepat Jimin menutupi perut Raisya yang terekspos dengan jasnya. Memelototi Seokjin yang dengan serampangan masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi.

"Maafkan aku, Jim, aku tidak tahu jika dirimu sedang transfer energi," ucap Seokjin yang kini membelakangi Jimin.

Sebenarnya Jimin ingin marah, hanya saja ia rasa itu tidak akan ada gunanya saat ini. Maka dari itu, daripada ia marah dan menghabiskan lebih banyak energinya, Jimin memilih menghembuskan napasnya berusaha menetralkan emosinya.

"Ada apa Hyung kemari? Di mana Yoongi Hyung?" Tanya Jimin.

"Boleh aku berbalik?" Tanya Seokjin.

"Ya, Hyung."

Seokjin berbalik dan kini berjalan mendekat ke arah Jimin yang bersimpuh di samping Raisya yang sedang tidak sadarkan diri.

"Istrimu kenapa, Jim?" Tanya Seokjin.

"Haeya memberitahu semuanya pada Raisya, Hyung," jawab Jimin.

Seokjin membelalakkan matanya terkejut. Bukankah sekarang belum saatnya Raisya untuk mengetahui semuanya?

"Lalu keadaan keduanya bagaimana?" Tanya Seokjin. Bisakah Seokjin berkata jika ia berharap tidak ada apapun yang terjadi? Seokjin lelah terus bereinkarnasi dan menemukan hidupnya tidak pernah berakhir mengulangi penderitaan yang sama.

"Healer sudah diamankan, tapi Raisya masih Syok dan detak jantungnya cepat. Aku butuh Yoongi Hyung dan tadi aku sudah meneleponnya," ucap Jimin.

Seokjin menganggukkan kepalanya. Ingatkah kalian jika Seokjin adalah dokter dulunya? Sebenarnya Seokjin bisa saja memeriksa keadaan Raisya, hanya saja untuk saat ini Yoongi lebih bisa diandalkan.

"Apakah Raisya tidak akan apa-apa?" Tanya Seokjin.

"Kurasa begitu, aku tidak tahu. Jika dia tidak bisa menenangkan dirinya sendiri, kemungkinan yang terjadi adalah Raisya akan mengidap Kleine Levin syndrome selama 30 hari dan membuat Healer itu melemah."

Seokjin terdiam. Semuanya terdengar mengerikkan ditelinganya.

"Aku tahu ini sangat berisiko Hyung, maka dari itu aku meminta kalian untuk kembali lebih dulu, kalian tidak terikat, hanya aku dan Raisya, jadi kalian bisa kembali."

Seokjin kembali terhenyak, rasanya seperti terlempar ke dalam dasar jurang ketika Jimin berucap demikian.

Jimin memang selalu menyarankan agar semuanya kembali ke micasa terlebih dahulu, hanya saja eksistensi Jimin di micasa lebih penting karena dia adalah pimpinan dan seseorang yang membangun micasa itu sendiri.

Jika diibaratkan dalam konteks kepercayaan manusia, Jimin itu seperti Tuhan di micasa, bagaimana suatu alam itu akan terjaga jika Tuhannya tidak ada? Sama  seperti micasa yang begitu merindukan Jimin dan membutuhkan eksistensinya kembali.

"Jim, micasa membutuhkan dirimu dan Raisya. Pohonnya sudah mulai mengering dan kau tahu apa yang akan terjadi jika pohonnya mati?"

"Aku dan Raisya akan ikut mati."

.

.

.

Yoongi tengah memeriksa denyutan nadi Raisya dan juga memeriksa tanda vital lainnya. Kondisinya membaik setelah Jimin mentransfer energi hingga kini pria itu terkulai lemas di sofa yang ada di seberang sofa yang Raisya tempati.

THE REINCARNATION ✴Pjm✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang