14 • Healer

795 159 33
                                    

Raisya terbangun dengan keadaan yang sudah cukup lebih baik dari biasanya. Raisya nampak menghembuskan napas lega dan menarik napas panjang.

Tidur dalam pelukan Jimin adalah hal yang paling menyenangkan. Melihatnya masih tertidur dengan deru napas tenang membuat Raisya tergelitik.

Jimin itu seperti anak kecil jika sedang tidur. Pipinya mengembung dan juga bibirnya maju. Jika di bandingkan, tentu saja gaya tidurnya tidak seimut wajahnya.

Jimin masih memiliki kebiasaan tidur yang sama. Yaitu, kaki yang tidak bisa diam dan posisi tidur yang serampangan.

Tapi pagi ini, Jimin tidur dengan posisi tubuh yang memeluk dirinya, dengan kaki yang juga menimpa pinggul. Menjadikan Raisya seperti sebuah guling tidur.

Raisya memandangi kelopak manik Jimin yang masih terpejam erat seakan tidak ingin terbuka dalam waktu cepat. Memandangi bibir plum Jimin yang sedikit terbuka menampilkan gigi depan Jimin yang cantik.

Pemikiran seperti, Sudah berapa lama dirinya dan semua yang terlibat bereinkarnasi? Atau Kapan semua ini akan berakhir mendadak bermunculan dari pemikiran Raisya.

Pada akhirnya, Raisya menghembuskan napasnya dan beralih menatap Jimin kembali. Meletakkan telapak tangannya pada pipi Jimin yang hangat dan mengusap permukaan kulit wajah suaminya dengan ibu jari.

Jimin membuka kelopak matanya dan menemukan presensi Raisya yang kini tengah menatapnya dengan telapak tangan bertengger di pipinya.

Rasanya hangat dan Jimin selalu menyukai kehangatan.

"Sudah bangun. Ingin sarapan apa pagi ini?" tanya Raisya pada Jimin.

Jimin mengeratkan pelukannya hingga kedua wajah mereka saling berhadapan dengan hidung yang sedikit lagi akan menempel.

"Masak apapun. Kau yakin ingin ikut ke kantor?" tanya Jimin.

Kejadian tadi malam sebenarnya cukup membuat dirinya khawatir. Ia takut jika pagi ini Raisya akan terbangun dengan rasa mual. Tapi sepertinya healer yang ada di dalam perut Raisya sudah mengambil alih hingga semuanya tampak seperti yang di ekspetasikan.

"Iya. Kemarin hanya keram biasa. Tidak parah."

Jimin mengecup lembut bibir Raisya dan mendudukkan dirinya juga sang istri.

Dalam benak, Raisya girang. Jarang sekali Jimin bersikap semanis ini sebagai pembuka hari yang baru.

"Baik. Tapi jika kau merasakan sesuatu, katakan dan jangan pernah memendam atau menahan rasa sakitnya, mengerti?" tanya Jimin lagi dan Raisya kembali menganggukkan kepalanya.

Memangnya sejak kapan Raisya tidak mengikuti apa yang Jimin katakan. Apapun yang Jimin katakan akan ia lakukan, termasuk dalam konteks yang sekecil apapun.

Terkecuali beberapa hal yang menyangkut hidupnya dan juga rasa ingin tahunya.

Raisya mengikuti Jimin keluar dari kamar dan berjalan ke dapur. Jimin selalu meminta Raisya yang memasak karena takut jika makanannya tidak sesuai selera jika dibuatkan oleh para maid.

Di meja makan, ada Seokjin dan Yoongi yang tengah memotong sayuran. Keduanya menoleh ke arah Raisya dan juga Jimin yang baru saja datang.

"Kalian sudah bangun? Raisya? Bagaimana keadaanmu?" tanya Seokjin yang kini memindahkan potongan wortel ke dalam mangkuk.

Raisya berjalan mendekat ke arah Seokjin dan berdiri di sebelah pria jangkung yang kini beralih mengambil daun bawang guna diiris tipis.

"Baik. Terima kasih. Tapi, apa yang kalian lakukan padaku?" tanya Raisya yang kini melihat panci yang berisi nasi yang tengah di campur dengan air.

THE REINCARNATION ✴Pjm✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang