24 • he is present

650 154 18
                                    

Keringat bercucuran, ada sedikit darah yang menempel di bawah hidungnya. Semua yang ia mimpikan kini tidak dapat dirinya pahami.

Tentang dirinya yang bersayap, terbang, bermahkota dan juga baju putih yang sangat panjang hingga rasanya dapat membersihkan lantai sekali berjalan.

Deru napasnya tersengal bahkan Raisya tidak bisa bernapas lega yang membuat Jimin terbangun dan langsung membawa istrinya dalam dekapan.

"Tenanglah, aku ada di sini, jangan takut."

Raisya ikut mengeratkan pelukannya pada pinggang Jimin. Menempelkan pipinya pada dada bidang Jimin dan mencoba menetralkan kembali detak jantungnya.

"Apakah, aku bisa terbang?" Tanya Raisya yang maish mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Tentu sayang. Kau punya sayap yang indah," jawab Jimin.

"Mahkota itu? Apakah semua guardian wanita memilikinya?" Tanya Raisya lagi.

"Tidak. Hanya dirimu yang memilikinya. Tidak ada wanita lain di micasa yang memiliki mahkota seindah milikmu, sayang."

Raisya terdiam. Ada satu hal lagi yang belum ia ceritakan pada Jimin karena dirinya bahkan tidak tahu harus menceritakannya bagaimana.

Raisya terlalu bingung dan terlalu takut untuk sekedar kembali mengingat hal yang satu itu. Auranya begitu berbeda dan sedikit menyeramkan di matanya. Belum lagi kata-kata yang keluar begitu terdengar aneh namun mampu membuat Raisya menyimpulkan sesuatu yang hampir terwujud.

"Dia dewi Aphrodite, dia yang datang ke dalam mimpimu. Dia yang memberikan kutukan ini dan dia juga yang bisa mencabut kutukannya."

Raisya terhenyak, terlempar dalam sebuah keadaan yang terasa tak nyata. Siapa dirinya memang sampai bisa bertemu dengan seorang Dewi?

"De... Dewi Aphrodite?"

Jimin menganggukkan kepalanya seraya mengelus Surai bagian belakang milik istrinya.

"Dia datang karena kita hampir berhasil. Maka dari itu, satu hal lagi yang harus kau lakukan," ucap Jimin lagi.

Raisya melepaskan pelukannya. Membiarkan Jimin kini menyeka darah segar yang keluar dari hidungnya dengan ibu jari.

Menatap suaminya dengan tatapan bertanya. Banyak sekali hal yang tidak ia mengerti. Semuanya terasa seperti kepingan puzzle yang tidak kunjung menemukan titik temu.

"Apa itu?" Tanya Raisya.

Jimin menatap manik Raisya dalam. Desiran yang kini semakin tak mampu untuk Jimin tahan makin menggebu begitu saja.

Jimin sudah sepenuhnya memiliki rasa cinta itu dalam dirinya. Ia hanya harus memastikan jika Raisya melakukan tugasnya tanpa hambatan dan semuanya akan selesai.

Jimin mendekatkan kepalanya  ke arah Raisya lantas menempatkan bibirnya di permukaan bibir Raisya.

Menahan tengkuk istrinya agar dapat memperdalam keinginan Jimin yang tiba-tiba saja menggebu.

Raisya mencoba mengimbangi apa yang Jimin lakukan. Mencoba agar dirinya mampu membuat Jimin puas dengan apa yang dirinya balas.

Namun perlahan Jimin menyadari jika tidak seharusnya ia melakukan hal semacam ini saat ini. Maka dari itu, Jimin melepaskan ciumannya dan beralih kembali merengkuh Raisya dan meleyakkan kepala gadisnya di bahu.

"Maaaf, harusnya aku tidak melakukan hal ini."

Raisya tersenyum. Meski tidak tahu kenapa Jimin tiba-tiba menginginkan hal seperti ini dikondisi yang seperti ini, Raisya tetap akan menurut sebenarnya.

THE REINCARNATION ✴Pjm✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang