27 • Back

612 138 34
                                    

Jimin bergerak untuk membantu Raisya yang kini sudah bangkit dari alam bawah sadarnya dan tengah memegang kepalanya yang terasa luar biasa pening.

Jimin mengambil bantal dan meletakkannya di belakang punggung istrinya agar Raisya bisa bersandar dengan posisi setengah duduk.

"Akhirnya kau sadar, sayang. Kau tahu? Aku menunggumu sangat lama," ucap Jimin yang kini menyerahkan air minum untuk Raisya.

Raisya menerimanya dan meneguknya beberapa tegukan lantas maniknya mengelilingi ruangan yang agaknya masih terasa familiar di pandangannya.

"Ada apa?" Tanya Jimin bingung.

Raisya beralih menatap Jimin, "Di mana anak kita?" Tanya Raisya kalut yang kini mencekal dua tangan Jimin erat.

Maniknya menyiratkan rasa khawatir yang membumbung hingga Jimin kini tersenyum manis.

"Hyeseung!!!" Panggil Jimin yang sedikit berteriak membuat Raisya sedikit menutup matanya.

"Hyeseung? Siapa Hyeseung?" Tanya Raisya bingung. Namanya cukup aneh ditelinganya, hanya saja daripada memikirkan nama, Raisya malah memikirkan siapa presensi dibalik nama Hyeseung itu.

Pintu kamar terbuka dan seorang anak laki-laki kini menyembulkan kepalanya dari sana.

Raisya menelisik, meneliti wajah anak laki-laki itu dalam diam. Rupanya ada yang  tidak asing baginya.

"Hyeseung, kemarilah. Tidak ingin menyapa ibumu?" Tanya Jimin yang kini meminta agar Hyeseung masuk kedalam kamar.

"Ibu? Ibu ingat aku?" Tanyanya polos.

Raisya mengangguk. Menitikkan air matanya lantas menarik Hyeseung dalam dekapannya.

Jimin tersenyum melihat Raisya yang kini sudah memiliki tingkat kepekaannya kembali meski belum memilikinya dengan penuh.

Jimin mengusap surai cokelat anaknya lembut. Membiarkan Raisya memeluk healer mereka erat dengan beberapa butir air mata yang jatuh mengenai pipinya.

"Kau anakku?" Tanya Raisya yang kini mendekap wajah anaknya dalam dua telapak tangannya.

Anak laki-laki itu mengangguk seraya tersenyum ke arah sang ibu. Menatap maniknya yang sama seperti sang ibu.

"Ibu, aku menunggu ibu sadar lama sekali. Kupikir ibu tidak mau melihatku lagi," ucapnya lugu.

Raisya tersenyum lantas mengecup pipi kanan dan kiri Hyeseung yang berdiri dihadapannya.

"Mana mungkin ibu tidak ingin melihat putra ibu yang tampan ini? Tapi, apakah kau lahir dengan keadaan seperti ini?" Tanya Raisya bingung.

"Tidak Bu. Aku bayi dalam beberapa menit. Setelah itu aku tiba-tiba besar dan tahu apa masalah yang sedang kita hadapi. Kurasa sebentar lagi kita bisa kembali, aku sedang latihan memanah sekarang."

Raisya terdiam. Senyumannya hilang begitu saja membuat Hyeseung bingung. Ibunya menatap dirinya dengan tatapan kosong dan sulit untuk dirinya mengerti perasaan apa yang sedang ibunya rasakan sekarang.

"Hyeseung-ah, bisa kau keluar sebentar dan lanjutkan latihan panahmu dengan paman? Ayah harus bicara pada ibumu," pinta Jimin.

Hyeseung dengan menurut kini mengangguk. Menyempatkan diri untuk mengecup pipi kanan dan kiri ibunya sebelum pamit keluar dari kamar.

Jimin kini mengelus sayap yang tertutup di belakang punggung Raisya. Mengelus Surai lembut sang istri sebelum akhirnya membawa Raisya kembali dalam dekapannya.

"Misi kita di dunia hampir berakhir. Saat kita kembali ke micasa nanti, namamu berubah, bukan Raisya Prameswari Park lagi, melainkan Park Cheonsa."

THE REINCARNATION ✴Pjm✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang