14

14 2 1
                                    

Dua, dua, dan dua

♫♫♫

“Mengapa dia berada disini? Apakah dia sakit? Tunggu, gue khawatir sama dia?” Pertanyaan-pertanyaan itu muncul begitu saja. Kevin heran sendiri sama dirinya, kenapa dia jadi aneh ketika berada dekat dia. Ingin rasanya Kevin menghampirinya.

“Kalau gue hampiri pasti mereka bakalan heran sama gue,” batin Kevin.

Tak lama, Sila berbicara pada Chaca untuk kembali ke kelas saja. Lalu, Chaca keluar UKS.

♫♫♫

Setelah itu, kita sudah sampai di rumah.

“Syalom,” ucap Felix memberi salam kepada Mamahnya yang sedang menonton tv.

“Eh koko, dede, kok udah pulang?”

“Nih mah, anak gadis mamah sakit.”

Mendengar hal tersebut mamah Yua langsung beranjak dari tempat duduknya.

“What! Sick? What is it, Honey? Where is the pain? Do you need to call a doctor?” ucap mamah Yua begitu khawatir.

Khara memeluk Mamah Yua. “No need, Mom. Khara is fine. Khara take a break okay?”

“Oke. Mom will make porridge for you.”

Khara tersenyum. “Iya mah.”

“Koko, antar dede ke kamar dulu ya?”

“Siap mah,” ucap Felix langsung merangkul Khara dan mereka menuju kamar.

“Anak tomboi kok sakit,” bisik Felix dengan nada bercanda.

“Anak tomboi, kan juga manusia. Jadi, bisa sakit jugalah,” ucap Khara tak mau kalah.

“Iyain. Sana masuk, ganti baju, baru istirahat.”

“Iya koko.”

Kemudian, Khara menutup pintu kamarnya. Terlihat sekali Felix sangat menyayangi Khara, dia menjaga Khara layaknya berlian. Tak boleh jatuh atau akan hancur berkeping-keping.

Line!

Grub Yeonjanya Oppa

Sila Lopi: Lo sudah sampai?

Udah.

Sila Lopi: Lo langsung istirahat ya,
jangan lupa minum obatnya.

Perhatian banget sih sahabat gue.

Sila Lopi: Khar! Lo itu sahabat kita
dan kita sayang sama lo.

Cha Lopi: Benar tuh! Lo masih
nggak paham juga.

Hehe iya. Thanks.

Sila Lopi: Yaudah kita mau lanjut belajar
dulu, ini ada tugas dari guru. Get well soon baby.

Cha Lopi: Lopyu.

Line off

Khara mulai memejamkan matanya. Lalu, terlintas genggaman tangan yang hangat menggenggam tangan Khara. Dua detik kemudian, Khara terbangun dan duduk di sudut kasurnya.

“Kok gue merasa tadi ada yang seperti mengenggam tangan gue, ya? Begitu hangat,” ucap Khara melihat tangannya.

“Arghhh! Kenapa gue harus perduli,” ucap Khara lagi.

Aku dan kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang