Perlahan Anin mendapatkan kesadaran. Lemah! Perempuan itu berusaha bangkit dari rebahannya. Nyeri dan denyut di kepala terabaikan.
"Mas Andre." Anin berucap lirih. Manik mata mengitari ruangan mencari sosok yang dirindu.
"Istirahat dulu, Nak. Tubuhmu masih lemah." Mak Odah — pemilik kontrakan — muncul dari pintu depan yang terbuka.
"Apa yang terjadi, Mak?" tanya Anin pelan.
"Tadi, Nak Anin pingsan. Mungkin kaget mendengar berita yang disampaikan oleh temannya Mas Andre." Perempuan paruh baya itu mendekat. bersimpuh di samping Anin yang terlihat lemah.
"Astaghfirullah, Mas Andre bagaimana kabarnya, Mak?" Anin memaksakan badannya bangkit. Kondisi tubuh yang lemah membuat perempuan muda itu kembali duduk sembari memegang kepala yang berdenyut.
"Alhamdulillah Mas Andre masih dilindungi Allah. Terperangkap di kobaran api karena menyelamatkan si anak bos. Semalam ia dilarikan ke rumah sakit dan sudah mendapatkan pertolongan dari dokter.” Mak Odah berhenti sejenak, menelan ludah membasahi tenggorokan.
“Mas Andre tahu kamu khawatir, makanya ia mengutus temannya untuk mengabarkan ke sini. Kemungkinan karena syok dan kondisi fisik yang lemah kamu pingsan saat mendengar berita tersebut.”
"Anin harus ke rumah sakit, Mak! Kasihan Mas Andre sendirian.” Anin kembali berusaha bangkit. Lagi-lagi kondisi fisik yang lemah, sekedar mengangkat bokong pun ia tak mampu.
"Istirahatlah! Tidak usah khawatir! Di sana ada teman dan perawat yang menjaga Mas Andre.” Mak Odah berusaha membujuk Anin. Menenangkan kegalauan perempuan muda nan keras kepala. “Tadi, induk semang Mas Andre ke sini membawakan makanan. Makanlah! Agar badanmu lebih kuat. Nanti sore, suamimu sudah diizinkan pulang. Mereka yang akan mengurusi semua," jelas Mak Odah.
"Terima kasih, Mak! Maaf, kami sudah merepotkan." Anin menatap perempuan paruh baya itu. Matanya berbinar, mengucapkan syukur yang tak terucap lisan.
"Itulah gunanya tetangga, saling tolong-menolong. Tak usah sungkan! semua warga di sini mempunyai solidaritas yang tinggi. Akan sigap bergerak dan membantu jika diantara kita ada yang tertimpa musibah ataupun membutuhkan bantuan lainnya."
"Baik, Mak! Sekali lagi terima kasih," ucap Anin tulus.
***
Sore itu, Andre pulang diantar oleh bosnya. Mereka membawa aneka sembako sebagai wujud syukur dan terima kasih atas pertolongan laki-laki itu.
"Mas."
Anin memeluk dan membenamkan kepala di dada Andre. Seketika, tangis pun pecah. Ketakutan dan kekhawatiran semalam sirna setelah melihat suami terkasih pulang dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Terbuang
SpiritualSegala cara dilakukan oleh keluarga Andre menentang dan menghancurkan pernikaha nnya dengan Anindya. Mulai dari percobaan pembunuhan sampai menggugurkan bayi yang ada dalam kandungan Anin. Menghadirkan madu di tengah pernikahan mereka. Fitnah keji...