Tangisan Anin

4K 126 6
                                    

🌷Tangisan Anin

" Tinggalkan, Andre! Pergi jauh dan jangan pernah kembali!"

Ratih terus mengintimidasi. Memberikan perintah yang selalu dipatahkan Anin. Wajah yang berpoles itu semakin memerah.

"Seorang istri dilarang keluar rumah tanpa izin suami. Jadi, tidak ada alasan bagi saya pergi dan menjauh dari Mas Andre. Jika tetap dilakukan, maka malaikat akan melaknat perbuatan tersebut. Sebaiknya anda pergi, sebentar lagi suamiku pulang. Jangan sampai dia mengetahui apa yang telah nyonya lakukan . Atau, anda memang ingin berjumpa dengan Mas Andre?"

Anin berusaha tenang dan tak terpancing dengan segala ucapan Ratih. Walaupun dada bergemuruh, ia berusaha agar tidak terpengaruh.

Kemarahan Ratih memuncak mendengar lontaran aksara    Anin. Matanya menatap tajam dan senyuman sinis tersungging dari bibir. Tanpa bicara, Ratih keluar dan berlalu dari hadapan Anin.

Setelah kepergian Ratih, Anin melipir ke pojokan. Kepala menunduk bertopangkan kedua lutut sembari menyembunyikan wajah yang bercucuran air mata. Cairan bening mengalir dari hidung bangir Anin. Tangisan lara itu berhenti, menyisakan kenangan pada satu masa.

Lelaki gagah bermata elang itu hampir setiap minggu menyambangi panti. Tangan yang tidak pernah kosong, dua kantong plastik selalu menjadi alasan utama    dan berhasil menjadi    rebutan para penghuni panti yang sebagian besar terdiri dari anak-anak.


Anin pun terusik dan menjauh. Ada udang di balik batu. Laki-laki itu selalu mencuri pandang dan tersenyum, membuat ia deg-degan. Sadar akan jati diri, dan jurang yang menganga lebar.

Anin selalu menghindar saat Andre menyambangi panti. Menyadari sang pujaan hati yang tak nyaman, ia pun seperti tak kehabisan akal.

"Assalammualaikum."


Andre melangkah melewati pintu yang menganga lebar seraya mengucapkan salam. Tak butuh waktu lama, lima orang anak panti menyerbu dan antri menyambut tangan kanannya.

"Waalaikumsalam, Mas Andre ...." Usai salaman, mereka pun berebut memeluk pinggang Andre.

"Kalian nggak sekolah?" tanya Andre sembari menelisik satu persatu wajah mereka.

"Libur, Mas. Kemarin penerimaan Raport," sahut Nisa, gadis kecil    berbaju merah.

"Libur, Berapa lama?"

"Dua minggu." Gadis itu mengacungkan jari telunjuk dan tengah.

"Mau liburan?" Andre memberikan penawaran.

"Mau ...," jawab mereka serentak.

"Nilai raportnya bagus nggak?"

"Aku juara satu," sahut Adi.

"Aku peringkat kelima," ucap Yanto

"Good, mau liburan?" tawar Andre lagi.


Andre mengedipkan matanya pada anak-anak. Sementara Anin hanya diam, tak menyahut.

Istri yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang