Perlahan Anin mendapatkan kesadarannya. Lemah, berusaha bangkit dari rebahan.
"Mas Andre," lirih Anin.
"Istirahat dulu, Nak. Tubuhmu masih lemah," anjur mak Odah pemilik kontrakan.
"Apa yang terjadi, Mak?" tanya Anin pelan namun masih bisa di3dengar Mak Odah.
"Tadi, Nak Anin pingsan. Mungkin kaget dengar berita yang disampaikan oleh temannya, Mas Andre."
"Astaghfirullah, Mas Andre bagaimana kabarnya, Mak?"
Anin memaksakan badannya bangkit dari rebahan, walaupun kondisi tubuh masih lemah.
"Alhamdulillah Andre masih dilindungi Allah. Sempat terperangkap di kobaran api karena berusaha menyelamatkan anak bosnya. Semalam Andre dilarikan ke rumah sakit. Setelah siuman, dia menyuruh temannya untuk mengabarkan padamu, agar tidak khawatir karena semalaman tidak pulang. Kemungkinan karena syok dan kondisi fisik yang lemah kamu pingsan. Teman Andre tak bisa menungguimu sampai sadar, makanya sekarang mak yang ada di sini," jelas Mak Odah.
"Anin harus ke rumah sakit, Mak. Tak mungkin membiarkan, Mas Andre sendirian di sana."
"Tak usah khawatir! sudah ada yang menjaga Andre di sana. Tadi induk semang, Andre ke sini membawakan makanan. Makanlah! Agar badanmu lebih kuat. Nanti sore, suamimu sudah diizinkan pulang. Mereka yang akan mengurusi semua," jelas Mak Odah.
"Terimakasih. Maaf, kami sudah merepotkan, Mak Odah," lirih Anin.
"Itulah gunanya tetangga, saling bantu membantu. Tak usah sungkan, semua warga di sini mempunyai solidaritas yang tinggi. Akan sigap bergerak dan membantu jika diantara kita ada yang tertimpa musibah ataupun membutuhkan bantuan lainnya."
"Baik, Mak. Sekali lagi terimakasih," ucap Anin tulus.
Sore itu, Andre pulang diantar oleh bosnya. Mereka membawakan aneka sembako sebagai wujud syukur dan terima kasih pada Andre.
"Mas."
Anin memeluk dengan erat serta membenamkan kepala di dada bidang Andre. Tangis Anin pecah seketika, ketakutan dan kekhawatirannya semalam sirna sudah melihat suami terkasih pulang dengan selamat.
Sedikit memberi jarak dengan Andre, Anin menangkup dan membingkai wajah yang dirindukan dengan kedua tangannya. Menelusuri setiap lekuk wajah tampan milik lelakinya, bulu-bulu halus mulai menghiasi dagu dan rahang. Terasa gatal saat tapak tangan halus itu menelusuri setiap incinya.
Anin meraih dan menggenggam tangan suaminya. Mengarahkan tangan ke bibir dan menciumnya dengan takzim. Dilepaskan genggamannya lalu membalikkan telapak tangan Andre, ditelusuri tapak tangan lebar itu dengan telunjuknya. Terasa kasar dan kapalan dibeberapa tempat. Sesak berasa di dada, sungguh dia telah membuat pria tampan ini menderita karena telah menikahinya.
Bahu ringkih milik Anin berguncang. Isak tertahan di tenggorokan. Hancur hati Andre mendapati wanitanya menangis pilu begini. Tak ada kata yang terucap, lidah terasa kelu. Diraihnya wajah polos itu, diciuminya kedua pipi Anin bergantian.
Andre menyapu air mata yang membasahi pipi Anin dengan lembut. Senyum terukir di wajah Andre, mencoba memberi kekuatan untuk kekasih halalnya. Sungguh Andre tak menyesali semua ini, walaupun hidup dengan keterbatasan namun cinta masih bermekaran.
Andre mengalami cedera pada kaki, akibat tertimpa reruntuhan. Belum bisa bergerak bebas, sehingga segala kebutuhannya dilayani oleh Anin.
Satu minggu lamanya Andre istirahat di rumah demi memulihkan kondisi kesahatannya. Stok sembako mulai menipis, Andre mulai memutar otaknya agar dapur tetap ngebul. Timbul penyesalan di hati, uang yang selama ini dihambur-hamburkan dalam jumlah yang tak terhitung digitnya, berbanding terbalik dengan keadaan sekarang. Sekedar lima puluh ribu saja harus menguras keringat dan tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Terbuang
SpiritüelSegala cara dilakukan oleh keluarga Andre menentang dan menghancurkan pernikaha nnya dengan Anindya. Mulai dari percobaan pembunuhan sampai menggugurkan bayi yang ada dalam kandungan Anin. Menghadirkan madu di tengah pernikahan mereka. Fitnah keji...