"Apa kamu tidak apa-apa?" tanyaku saat menyadari mata Genevieve yang memandang kosong jalan di depan kami.
"Kenapa memangnya, Ayva? Apa ada yang salah dari wajahku?" kata Genevieve dengan cepat meraba wajahnya yang flawless.
"Maksud aku, kamu tidak apa-apa jika hadir di pesta pernikahannya? Begini, Gen, kalau aku berada di posisimu, aku tidak mau menghadiri acara pernikahan lelaki sialan seperti dia," jelasku masih menatap lekat wajah Genevieve. Raut wajahnya berubah lesu. Matanya berkaca menahan tangis. Aku sudah tahu dia akan seperti ini.
"Sungguh, aku sebenarnya sedih. Bagaimanapun pria itu pernah mengisi hariku dulu. Tapi aku tidak apa-apa, Ayva," Genevieve mengedipkan matanya yang diikuti hilangnya air yang sudah terbendung di kelopak matanya. Dia tersenyum. Membuatku sedikit terhenyak karena perkataannya.
"Lagipula, aku sarankan kalau kamu terjebak di situasi yang sama, kamu harus menghadiri acara itu! Demi apapun dirimu menang saat kamu menginjakkan kaki di pesta pernikahan seorang mantan. Dan usahakan untuk tidak melakukan hal bodoh," Genevieve mengedipkan matanya sebelah berbalik sebentar ke arahku. Anak ini benar-benar. Aku mengira selama ini dia memiliki sifat kekanakan yang tidak ada habisnya. Namun siapa sangka dia bisa berpikir serealistis itu.
"Ayo, turun. Sudah sampai," Genevieve merapikan baju dan rambutnya. Keluar dari mobil. Aku memeriksa penampilanku di cermin mobil. Juga merapikan anak rambut yang sedikit berantakan karena tertiup angin.
"Wah, sudah banyak teman-temannya Jacob," Genevieve menunduk mematut sepatunya.
"Kan, aku sudah bilang kalau kamu tidak usah hadir di sini," aku mengejek Genevieve.
"Ih, kamu suka banget, ya, ngejek!" Genevieve sudah menatapku dengan garang yang kusambut dengan tawa terkekeh. Kami beranjak keluar dari mobil. Sontak aku mengitari pemandangan yang disuguhkan dengan mata berbinar.
Sebuah hotel yang memiliki nuansa hangat dan asri. Aku menyukainya. Disebelah Genevieve juga sudah berdecak kagum. Matanya berbinar cerah.
"Wah, hebat juga Jacob," katanya kagum.
"Jadi kamu menyesal, nih, ngga ngejar dia lagi?" aku tertawa pelan. Tidak ada habisnya menggoda Gen.
"Ssh! Shut up, Ayva! Aku ke sini untuk melancarkan rencanaku, kamu tahu, kan!" Genevieve melotot seram. Membuatku mengatupkan bibir menahan tawa. Ah, iya. Rencana Genevieve. Makan sebanyak-banyaknya, menyapa pengantin, dan terlihat lebih bahagia.
"Ayo, masuk," ujarnya memantapkan langkah. Kami masuk ke tempat acara yang berada di taman hotel ini. Sungguh, waktu yang sangat tidak tepat. Kami masuk bertepatan sesaat sebelum pengantin wanita seharusnya masuk.
Membuat semua tamu acara menoleh dan membuat orchestra salah mengartikan. Mereka sudah memutar lagu. Kami berdiri kikuk. Aku melihat Gen yang sedang menatap lurus ke depan.
Genevieve mengunci pandangannya pada Jacob. Aku menyingkir setelah menoleh ke belakang. Bodoh, kami membelakangi pengantin perempuan. Aku mengutuk diriku sendiri.
Dengan segera menarik lengan Genevieve. Mengutarakan beberapa kata maaf pada pengantin perempuan yang dibalas dengan senyum canggung. Aku menoleh ke arah Gen yang masih bertatapan dengan Jacob.
"Please, blink. So I know you're in there," aku berbisik. Menyadarkan Genevieve. Dia menoleh ke arahku dengan senyum pelan. Aku menghela napas.
Membimbing Gen untuk duduk di sisa kursi yang tersedia. Aku memperhatikan ijab kabul dengan tenang. Tak lama kemudian aku sudah melihat Gen mengangkat wajahnya. Aku rasa dia sudah lebih tenang daripada sebelumnya.
Setelah semua prosesi acara selesai, Genevieve tidak banyak berbicara. Aku hanya bisa menepuk bahunya pelan, sekedar memberikan semangat tidak berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Anggrek Bulan (Tamat)
Romance"Aku terlalu mencintainya hingga mengatakannya saja sudah sangat sulit sekali," itu yang dikatakan Darrell padaku dan ketika itu aku berusaha menutupi perasaanku darinya. Dilihat dari penampilan, aku, adalah seorang perempuan mandiri, dingin, dan se...