Kami sampai di pusat perbelanjaan sekitar dua puluh menit kemudian. Aku menyarankan untuk makan siang terlebih dahulu karena mengetahui Gen yang sangat suka belanja, perjalanan ini akan memakan waktu yang sangat lama. Ketika perut kami sudah terisi penuh, kami melanjutkan misi perburuan hadiah. Aku dan Gen berjalan lebih dulu dari Gavyn dan Darrell yang tertinggal beberapa langkah di belakang kami.
Kami memasuki gerai apa saja yang bisa menarik perhatian Gen. Pusat perbelanjaan sudah dipenuhi dengan pengunjung lainnya. Tujuan pertama kami adalah sebuah department store. Tidak mengejutkan karena ini adalah akhir pekan.
Gen dengan segera berpisah dari kami. Matanya sudah berbinar sejak melihat sebuah tas yang menarik perhatiannya. Meninggalkan aku, Darrell, dan Gavyn.
"Va, boleh aku minta saran? Kamu kenal Olive, bukan?" aku yang tadinya mengedarkan pandangan ke sekeliling segera menoleh ke arah suara berat itu. Darrell membalas tatapan mataku dalam.
"Kenal. Tapi aku sebenarnya juga tidak tahu apa yang dia suka," kataku dengan pikiran bercabang. Berpikir keras hadiah apa yang akan kuberi untuk pernikahan Olive nantinya.
"Kamu juga bingung, Va?" tanya Gavyn. Gavyn sudah bilang jika dia tidak akan membeli hadiah hari ini. Gavyn belum lama ini mengenal Gen dan dia belum pernah bertemu Olive. Jadi dia berniat untuk memberi amplop saja nantinya.
"Kamu ada saran, Vyn?" tanyaku antusias. Siapa yang tahu jika Gavyn berpengalaman dalam memberi hadiah. Lagipula dia pria yang penuh dengan segudang saran untukku selama ini. Sepertinya pria itu sudah terlalu banyak membaca buku.
"Jika kamu bertanya, adik-adikku suka belanja baju," setelah berpikir cukup lama Gavyn kembali membuka suara. Darrell daritadi hanya memperhatikan percakapan kami, dengan wajah datar tentunya.
"Tapi ini bukan untuk hadiah ulang tahun. Ini hadiah pernikahan," Darrell menyahut perkataan Gavyn dengan nada rendah. Aku mengangguk setuju dengan Darrell. Aku harus mencari hadiah yang bermanfaat untuk kedua mempelai. Selang beberapa menit sebuah ide muncul di otakku.
Aku memantapkan diri untuk membeli sebuah seprai. "Darrell mau beli hadiah juga?" aku bertanya ketika kami berjalan menuju bagian perlengkapan rumah. Darrell mengangkat bahu. Kami berkeliling sebentar karena tidak kunjung mendapati dimana tempat seprai berada.
"Ayva! Sudah dapat hadiah apa saja?" sosok Genevieve tiba-tiba muncul di depan kami. Dua tangannya menenteng tas belanja transparan yang sudah terisi beberapa pakaian dan tas wanita. Melihat itu aku dan Darrell menghela napas serentak. Kami sudah menduga akan menjadi seperti ini.
Genevieve tidak pernah main-main jika belanja. Gavyn yang baru pertama kali melihat perangai Gen hanya bisa tertawa kecil.
"Banyak bangat, Gen," aku menegur. Tapi teguran itu tidak akan pernah cukup untuk Gen. Dia hanya bisa cengengesan memasang wajah tidak berdosanya.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Kak Olive menikah seumur hidup satu kali. Jadi aku ingin memberinya hadiah terbaik!" Gen berseru senang. Kalau sudah beralasan seperti itu aku tidak bisa menanggapi dengan hal lain.
"Aku mau beli seprai. Belanjamu pasti belum selesai, kan?" tanyaku, bermaksud untuk mengajak Gen bergabung dengan kami. Setidaknya jika dia ikut kami, aku masih bisa mencoba untuk sedikit menegurnya jika dia ingin mengambil barang tidak berguna lagi. Gen mengangguk dengan semangat. Kakinya melangkah mendekati kami.
Kami menelusuri bagian perlengkapan rumah dengan pelan sambil melihat-lihat barang yang menarik. Sudah beberapa kali aku menghentikan Gen untuk tidak mengambil barang tidak penting. Tapi tetap saja tangan Gavyn memegangi barang yang akan Gen ambil penuh. "Bima kesurupan apa, ya, Va? Kok, bisa suka sama makhluk seperti itu?" Darrell berkata pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Anggrek Bulan (Tamat)
Romance"Aku terlalu mencintainya hingga mengatakannya saja sudah sangat sulit sekali," itu yang dikatakan Darrell padaku dan ketika itu aku berusaha menutupi perasaanku darinya. Dilihat dari penampilan, aku, adalah seorang perempuan mandiri, dingin, dan se...