Aldo meletakkan satu gelas kimia yang sudah tercuci bersih ke dalam lemari kaca. Sedangkan dua temannya yang lain masih sibuk membereskan beberapa alat yang biasa ditemui di ruang laboratorium sekolah.
"buset, panas bat hari ini!" ujar Aldo sembari melepas jas laboratorium berwarna biru yang merangkapi seragamnya.
"Nyebur ke kolam ikan di belakang aja sono!" ujar pemuda lainnya sembari memakan keripik kentang dengan nikmatnya.
Ia masih duduk di bangku sekalipun laboratorium ini hanya tinggal beberapa anak saja yang masih ada di dalam untuk merapikan perlengkapan praktek yang baru saja mereka pakai.
Sedangkan satu orang lagi dari kelompok mereka, hanya terdiam tanpa berniat merespon pembicaraan mereka."Eh, btw nentar lagi 'kan ada Ujian Nasional," ujar seorang pemuda yang masih sibuk dengan keripik ditangan nya saat mereka bertiga berjalan menuju ke kelas.
Aldo melirik kesal pada temannya itu. Ia mencibir sinis,
"Oh ya? Emangnya kenapa? Lo gak khawatir pada Ujian Praktikum? Lo tadi bahkan gak berbuat apa-apa selain ngemil sepanjang jam pelajaran, goblok!"
akhirnya tertumpahkan juga unek-unek dalam hati Aldo. Menjadi satu kelompok dengan Jaya adalah hal yang memberatkan baginya tentu saja. Karena selain makan, Jaya terkenal akan kepasifannya yang terlalu pasif dalam kegiatan bersama."Ck diem dah. Orang yang kerjaannya hanya bertanya sudah kelihatan objeknya, belum? Kayak lo gak pantas banyak bicara begitu, Do," ujar Azizi setelah menghela nafas lelah.
Memang, suhu udara sudah agak mendingan. Daripada beberapa hari yang lalu. Kulit rasanya bisa terbakar begitu berada di luar ruangan. Tetapi tetap saja, mendengar ocehan orang menyebalkan macam Aldo adalah solusi tepat untuk memperparah keadaan selain rasa panas.
"Kalian gak mau nyoba Bimbel?" tanya Jaya saat mereka melewati perpustakaan.
"Buat apaan?" tanya Aldo dengan wajah bodoh yang begitu membuat Jaya ingin menyantapnya jika ia adalah seorang kanibal.
"Lo tanya gitu seolah-olah lo bisa lulus aja dalam tiap ulangan, Do," cibir Jaya yang membuat Aldo mengerutkan dahi tak senang, "Untuk persiapan ujian nanti lah. Hih"
"Ah, iya!" Aldo terhenyak seakan menyadari sesuatu, "Benar juga. Eh, emang lo udah dapet Bimbel, Jay?" tanya Aldo menoleh ke Jaya.
"Sudah!" Jaya mengeremus keripik kentang dalam mulutnya, "Baru dua minggu, kok."
"Oh ya? Boleh lo ajak gue kesana juga gak?" ujar Aldo.
"Tentu saja! Asal lo bayar biaya administrasinya. Yah...minimal nyicil 30 persen lah," ujar Jaya, "Sepulang sekolah nanti gue juga mau ke sana."
Azizi hanya memutar bola matanya. Jengkel dan merasa berada di lingkungan para makelar perdagangan. Apalagi saat mendengar ucapan Aldo yang menyatakan akan ikut bergabung di Bimbel tempat Jaya berada. Bodoh sekali! Baru kali ini Azizi tahu ada orang yang mengambil keputusan dengan mudah tanpa meneliti lebih jauh. Bahkan Aldo tak menanyakan apakah Bimbel itu bagus atau tidak!
"Lo ikut juga ya Zee?" ujar Aldo saat mereka baru saja memasuki kelas.
Jaya sudah kembali ke bangkunya. Tetapi Aldo masih mengikuti Azizi hingga pemuda itu terduduk di kursinya.Azizi memandang Jaya dengan raut lelah.
"Sudahlah Do." ujarnya bosan, "Gue gak mau mengikuti rencana apapun dari lo""Rencana? Bukan! Ini tentang masa depan, Zee! Lo gak pengen lulus ujian dengan nilai bagus?" tanya Aldo membujuk Azizi.
"Ya, tapi gak dengan mengikuti cara lo ini."
"Ayolah, Zee," ujar Aldo, "Mentang-mentang baru dapet peringkat satu di Try Out kemarin, lo jadi sok."
KAMU SEDANG MEMBACA
True Friend
FanfictionSaat makin kuatnya tautan tangan itu, saat makin eratnya Azizi menggenggam jemarinya, Chika menunduk dalam sambil merasakan debaran rasa di dalam dadanya. Akhirnya ia biarkan. Kalah akan dorongan kuat dalam dadanya. Biar saja tetap seperti ini. Chi...