Bab 8 - The Midnight Embrace The Star

13 6 1
                                    

Desember, pada akhirnya Sabda menginjakkan kakinya di atas tanah Antarserka berhadapan dengan Savior. Sabda dinantikan semua warga Zerka. Pasalnya, inning sudah memasuki ketujuh dan skor keduanya masih sama kuat. 12 vs 12. Dan semua memprediksi bahwa Savior akan mengalahkan Serka secara memalukan. Pasalnya, sudah dua deadball dilakukan Diramu dan membuat Savior mencetak angka banyak di inning kelima. Belum lagi banyak lemparan Diramu yang membuahkan home run untuk Savior. Hal itu benar-benar membuat Serka kehilangan taringnya.

Seakan satu demi satu punggawa Serka tumbang, meski demikian Sabda masih memasang kuda-kudanya. Ia tak terlihat mau kalah meskipun mungkin kemenangan atau kekalahan kali ini jaraknya seperti selembar tisu. Sabda masih berharap banyak jikalau Tuhan berpihak padanya saat ini.

Sementara itu, Kuton terlihat damai. Sejuk angin yang menggoyangkan dahan kelapa yang tinggi menjulang. Kanata Axel, remaja laki-laki itu tengah sibuk memungut bola-bola bisbol yang Binoda lempar sebagai pemanasan sebelum bermain laga persahabatan bersama tim dari Kuton Raya.

Sudah lebih dari seratus sembilan puluh delapan lemparan yang dilakoni Binoda dengan rata-rata kecepatan di antara 145-158km/jam. Binoda memang dikenal dengan manusia tangan mesin. Semua memandangnya sebagai manusia kuat, mesin berjalan yang tampan dan gagah dengan semua tenaga dalamnya. Ditempa ombak dan dinginnya badai di lautan. Binoda juga dikenal sebagai manusia tak kenal mati. Sebanyak apa pun latihannya melempar, sebanyak apa pun rasa lelah yang menumpuk di bahunya karena tanggung jawab yang pelatih berikan padanya, Binoda selalu memberikan lemparan hebatnya pada setiap pertandingan.

Axel menjatuhkan semua bola yang dipungutnya ke keranjang. Ia memandang Binoda yang melakukan juggling bola sambil melamun ke arah pantai. Axel bersiul, ia pun berkata, “Bin, sampai kapan akan melempar? Kau tidak takut otot bahumu kelelahan?”

Binoda menoleh masih dengan tangan men-juggling bola bahkan lebih cepat dari sebelumnya. “Meskipun lawan kita kali ini hanya tim kecil. Bukannya kita mungkin saja akan menghadapi Serka dan Victhory di kemudian hari?” jawab Binoda tanpa ekspresi.

“Tapi kau juga harus menjaga bahumu, bisa saja kau cedera karena terlalu banyak latihan. Siapa tau?” Axel menggulirkan matanya jemu.

“Aku tidak akan berhenti di detik itu. Ketika semua lemparanku terpukul dengan rapi oleh anak-anak Serka terutama Benuwa. Kau tau, lemparanku membuatnya mendapatkan home run.”

Binoda tidak mampu melepaskan atensinya dari sisa ingatan pertandingan lalu bersama Serka. Berdiri di atas pitching mount, berhadapan langsung dengan Benuwa, sosok pemukul andalan Serka. Bukan tanpa sebab ia masuk dalam daftar pemukul inti dan jantung hati Serka. Benuwa, nama itu hampir setiap waktu menghiasi line-up serta clean-up Serka. Sebagai pemukul nomor lima, yang kadang kala menggantikan posisi Sabda sebagai pemukul nomor empat dengan tanggung jawab penuh membawa tiga rekannya di setiap plat ke home. Batting result Benuwa tidak diragukan. Home run selalu lahir dari tangannya.

Kedua manik mata merah bata Binoda yang bersinar penuh keyakinan membuat Benuwa tersenyum remeh. Binoda mengembuskan napasnya perlahan-lahan. Kuda-kuda andalannya mulai ia pasang. Kaki kiri terangkat hingga menyentuh pusat, sedang kaki kanannya menjadi tumpuan. Sementara itu, tangan kanannya terayun ke belakang sambil memegangi bola bisbol yang ia sembunyikan di balik sarung tangannya.

Sementara itu, Benuwa memandang dengan tatapan tajam ke arah Binoda yang berdiri cukup berani, gagah, dan penuh tekad. Meskipun demikian, Benuwa tidak berhenti tersenyum remeh. Ia merasakan aura ketegangan di antara sarung tangan dan bola di baliknya.

[TERBIT] The Midnight Embrace The Star | [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang