[TERBIT] The Midnight Embrace The Star | [SELESAI✔]

Bab 12 - The Midnight Embrace The Star

Sejak awal dibentuknya Trojan, sebuah ajang bergengsi bertarungnya tim-tim bisbol terkuat seantero Tora yang menjadi wakil dari tiap-tiap blok yang ada dari ujung Barat ke Timur, Utara ke Selatan sampai pusat Kota Melawa. Trojan selalu menjadi mimpi tersendiri bagi para atlet sebelum melebarkan sayapnya ke kancah internasional.

Selain itu, Trojan adalah gerbang awal menuju The 20th Golden Toras Baseball Academy. Sebuah akademi bisbol yang menaungi para atlet dengan usia 20-27 tahun untuk menjadi atlet profesional. GotBall, orang-orang mengenalnya adalah akademi bisbol terbaik Tora yang langsung bekerja sama dengan salah satu kampus olahraga di Jepang juga New Delhi dalam hal latih-tanding perbisbolan.

Hampir semua atlet punya mimpi menjadi bagian dari Trojan dan mendapatkan undangan untuk bergabung dengan GotBall. Sayangnya, tidak semua anak bisa mendapatkan langkah emas nan langka tersebut. Hanya mereka yang istimewa dengan kemampuannya yang bisa merasakan berapa hebat GotBall dalam mengeksekusi bakat-bakat alami atlet Tora.

Sabda, satu dari sekian anak yang mendambakan hal itu. Binoda, ia pun berharap menjadi satu-satunya anak Kuton yang bisa berkarir di GotBall dan tinggal di Melawa sebagai atlet profesional.

Kedua remaja itu saling menatap satu sama lainnya. Sebagai tim yang mendapatkan kesempatan menyerang lebih awal, Sabda sudah bersiap membawa tiga rekannya kembali ke home plat. Serka kontra Albathcroas, pada laga awal Trojan yang diadakan akhir Juni selepas perhelatan tandang antar tim blok selesai.

Menjadi tim pertama blok Timur dan Selatan di Trojan membuat kedua tim ini agaknya ketir. Dengan sistem gugur, baik Serka dan Albathcroas benar-benar tidak berniat menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

Sabda berdiri dengan posisi rapat ke area catcher dari tim lawan. Tampak Binoda memandang dengan waspada, pasalnya dari kuda-kuda Sabda yang begitu tangguh, Binoda meyakini bahwa Sabda akan mengambil pukulan dalam dan kuat. Dikenal dengan julukan pemain nekat. Binoda yakin, apa pun jenis lemparannya Sabda pasti akan memukul bola-bola yang datang padanya.

Binoda mengembuskan napasnya, tampak dengan jelas kalau bahunya begitu naik dan kaku. Anak-anak Albathcroas berteriak agar ia tetap santai. Namun, ucapan mereka malah membuat Binoda terlihat lebih tegang. Di sisi lainnya, Sabda malah mendesis sambil tersenyum meremehkan Binoda. Ketenangan Sabda yang memancing raut wajah frustrasi Binoda sukses membuat lauatan pendukungan Serka menggila.

Sorak-sorai menggema di lapangan Trojan. Meski langit tidak terlihat cantik, mereka tetap percaya kalau Serka datang untuk mengangkat matahari dari pembaringan ke singgasananya. Tidak mau kalah, para pendukung Albathcroas pun menggila membuat adrenalin dari masing-masing tim membara.

Binoda mengembuskan napasnya dengan perlahan-lahan. Ia mulai melakukan wind-up andalannya. Dengan pergerakan yang cepat dan  tangguhnya, bola putih melesat ke arah Sabda. Sayangnya, belum sempat Sabda menggerakkan tongkat memukulnya, ia terhempas ke belakang. Helm pelindung kepalanya terlepas bersamaan dengan percikan darah di udara.

Bola putih menggelinding di tanah, semua orang mendekati Sabda yang terbaring meringkuk dengan tulang pipi dan kelopak mata yang terpejam dipenuhi darah segar.

“Sabda!” Semua orang berteriak histeris.

Sementara itu, papan skor mencatat 168km/jam lemparan Binoda. Dead ball paling gila yang pernah disaksikan Sabda ketika ia melihat Binoda berdiri di depannya sambil tersenyum puas.

“Tandu! Tandu!”

Hanya kalimat itu yang terakhir Sabda dengar sebelum semuanya menghilang dan senyap.

*****

Sabda terbangun dengan kepala yang terasa berat. Ia mendapati rekan satu timnya juga anak-anak Albathcroas termasuk Binoda berdiri mengelilingi dirinya. Sabda memegangi kepalanya, terasa lembab, berserat dan sakit bukan kepalang. Sabda mengerutkan dahinya sambil menatap pada Hakku dengan was-was.