Babak baru dari hari kemarin sudah tiba, bersama mentari yang mengemudikan langit ke titik mendung. Sudah empat bulan rasanya, hujan terus mengguyur Zerka. Sabda duduk di dalam sasak panggung tepian sungai Sanghareupan. Wajahnya memucat, sebab dingin yang menyerbu. Ia hanya meniup-niup udara kosong sambil melamun jauh ke arah langit.
Mei, tak sebiasanya sejak Januari hujan terus turun. Biasanya di awal tahun keceriaan dan cerahnya langit selalu menjadi bagian dari kaleidoskop. Sabda memeluk lututnya, ia mengenang bagaimana Desember lalu Serka membawa kemenangan bagi Zerka. Namun, sesuatu terus mengganjal hatinya. Perasaan kalut itu membuat Sabda sulit bernapas. Terasa seperti dicekik rantai panas. Jiwanya menjadi abu setiap waktu. Air mata Sabda jatuh membasahi lantai anyaman.
"Kakek rindu, Kakek merindukan Sabda. Sanghareupan masih menunggu dirimu pulang, Sabda."
Kalimat yang Saheda bisikkan itu membuat Sabda gila. Hanyut dalam ombak antara benci dan bertanya-tanya. Apakah ucapannya omong kosong atau benar-benar keluar dari dasar hatinya yang terpancar melalui mulut rentanya? Sabda menggelengkan kepalanya. Ia masih percaya kalau Saheda hanya mencintai Saga sepanjang sisa umur yang Tuhan berikan padanya.
"Kakak menolak untuk percaya?" lontar seseorang pada Sabda. Alhasil, remaja laki-laki itu menoleh ke arah datangnya suara tersebut.
"Saga?" panggil Sabda dengan terkejut. Saga, anak laki-laki itu menyeka wajahnya yang sudah dibasahi air mata langit. Sabda seketika membalik tubuhnya tak mau melihat. "Aku ingin duduk sendirian!"
"Aku mendengarnya. Aku mendengarkan apa yang Kakek katakan padamu. Kalau ia merindukan dirimu!" kata Saga sambil meringis pilu. Wajah anak-anak laki-laki itu menjadi murung, kedua bola matanya menatap sendu. "Kakek memang merindukan dirimu."
"Aku tidak peduli."
"Kau juga rindu. Rindu bermain di Sanghareupan, rindu bermain bersamanya, bermain dengan Ayah juga Khota. Rindu menemani Ibu memetik sayuran, merawat buah-buahan yang selalu Kakek berikan sebagai oleh-oleh untuk koleganya. Kau rindu semuanya!" cecar Saga mendaratkan tangannya di bahu Sabda.
Sabda mengembuskan napasnya pelan. "Lalu apa maumu jika aku rindu? Jika benar aku merindukannya, apa untung untukmu? Apa untungnya? Atau kau merugi?" balas Sabda mulai tak mampu mengendalikan pandangan matanya yang menajam bak mata pisau yang baru saja diasah.
Saga memandanginya semakin sendu, kepalanya menggeleng dengan pelan. Bibir anak laki-laki itu seperti kehilangan fungsinya. Ia tak sanggup mengangkat senyum atau menguarkan suaranya. Saga menggelengkan kepalanya lagi lebih frustrasi. Sabda melepaskan tangan Saga dari bahunya. "Jangan sentuh aku, menjijikkan!" perintah Sabda dengan suara membentak. Rona wajahnya pun mendadak memerah dengan seluruh otot wajah menegang.
"Aku juga bingung kenapa Kakek merindukan Kakak tapi ia malah pergi. Aku lebih bingung ketika Kakek malah meminta aku untuk memandikan Khota. Katanya, itu bisa membuatmu senang. Nyata, sejak Rollicking berakhir kau tidak pernah mengunjungi kandangnya," ujar Saga dengan tubuh membeku, wajahnya pun terlihat kaku dengan pandangan mata waspada.
"Enyahlah dari hadapanku!" titah Sabda dengan suara mendesis.
"Akhirnya aku berpikir, apakah Kakek ingin memberimu waktu untuk merasakan kerinduannya? Rasa rindumu pada apa yang pernah kau miliki!"
Sabda beranjak dari tempatnya duduk, ia berjalan ke arah Saga. Sabda mendaratkan tangannya di leher kecil sang adik. Keduanya berpandangan, seakan tidak mau kalah dengan isi pikiran masing-masing. Saga memeluk Sabda dengan erat. "Aku menonton dirimu, kau selalu hebat dan tidak pernah mengecewakan. Ibu bilang, ketika kau pulang mungkin semuanya akan baik-baik saja. Makan seperti biasanya," ucapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/238012241-288-k104069.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] The Midnight Embrace The Star | [SELESAI✔]
Teen FictionBeberapa part akhir 360° beda antara buku dan wattpad. PRE-OEDER NOW 5th-15th June 2024 Cek di akun IG @Stora.media, ya. Jangan lewatkan kesempatan buat peluk Sabda, Saga dan Binoda. Juara 🥇 Writora : Take Your World. Cerita ini sedang mengikuti...