Bab 20 - Ending : The Midnight Embrace The Star

23 0 0
                                    

Binoda berlari sekuat tenaga, berharap bisa segera tiba di kediaman Sabda setelah melakoni perjalanan dari Kulipa ke Zerka. Tak ada yang lain dalam pikirannya kini. Ia hanya ingin Sabda menebus mimpinya, mimpi kecil yang Binoda rebut dengan cara yang begitu kejam.

Binoda tidak lagi peduli pada janji lima tahun lalu, atau ceritanya yang pernah menyerah sampai benci bisbol. Binoda yakin seribu persen, jikalau Sabda memang dilahirkan untuk Zerka, ia lahir untuk bisbol dan Serka.

“Saga!” panggil Binoda pada remaja laki-laki berambut biru yang tengah asyik memetik bunga pada kantong-kantong hidroponik di pelataran rumahnya.

“Oh, Kak Binoda!” Saga menyahut agaknya terkejut.

“Sabda … di mana kakakmu? Aku harus memberitahu Sabda soal pendaftaran tim bisbol Tora Gen II! Generasi bisbol baru!” ujar Binoda dengan antusias.

“Kakak sudah pergi ke Gutas sejak kemarin malam.”

Binoda mendesis lalu membelai pusat kepala Saga. “Kakakmu … baiklah aku pun akan pergi ke sana. Kuharap kepergiannya dapat membawa kembali kejayaan Serka!” tandasnya.

Binoda segera melanjutkan perjalanannya, ia benar-benar tak memedulikan seberapa banyak uang yang telah keluar dari dompetnya. Untuk saat ini … Sabda adalah hal terpenting dalam dirinya.

*****

Perhelatan akbar yang digadang-gadang menjadi titik balik perbisbolan Tora membuat distorsi di negara kecil yang sedang merebahkan sayapnya menuju negara maju ini memanas. Pasalnya, tak sedikit media asing yang akhirnya turur menyororti olahraga Tora, terkhusus bisbol dan sepak bola. Berbagai media membuat comparing menohok yang mana memicu kisruh.

Bukan tak menghasilkan, sejak awal terbentuknya perbisbolan Tora nyaris tak sedipuja-puja keberadaannya. Bak Cinderella dan dua kakak tirinya. Keberadaan sepak bola lebih dihargai sebab sepak terjangnya di kancah internasional. Namun, begitu sejarah mengukir perbisbolan Tora diresmikan secara langsung dan menjadi satu dari sekian banyak olahraga yang diakui oleh pihak kerajaan, bahkan Putra Mahkota, menjadi garda terdepan bisbol Tora maju hingga mengalahkan Raja Bisbol Negeri Sakura.

Binoda menyusuri setiap lorong gedung olahraga yang begitu megah di tengah ratusan ribu orang yang berharap bisa kembali meraih mimpinya. Binoda merasa kerdil, mungkin ini yang dirasakan Sabda hari itu ketika masa depannya tenggelam?

Apakah ini yang Aghra rasakan ketika perbisbolan Tora juga nyaris mati dan tak hidup kembali? Apakah semua kesedihan terasa menyakitkan?

Di antara perasaan kalang kabut, Binoda mencoba untuk tersenyum. Sudah bukan saatnya menyesal, ia harus membawa Sabda kembali pada masa depannya. Meraih posisi tim reguler. Binoda tidak peduli akan satu tim dengan siapa, akan dilatih dan dibidik dengan berbagai materi dan teori seperti apa, ia hanya ingin kembali ke tim, berlatih dan berjuang menjadi suara.

Binoda juga tidak peduli seasing apa nanti ia dan rekan-rekannya yang akan dibentuk dalam The Great Tora-ST 1997. Dalam benaknya, asalkan bersama Sabda, Binoda akan tetap maju membawanya berlari pada mimpi-mimpi hari lalu. Menguasai Zerka, Tora, dan bisbol yang ada di bawah kakinya.

Kilauan cahaya biru yang terpancar di bawah terik matahari membuat kaki Binoda berhenti melangkah. Senyuman manis yang tampak mengembang di depan kaca semakin menahan langkah Binoda. Rasa sakit lagi-lagi menyisir bilik-bilik hatinya.

“Sabda!” panggil Binoda, rambutnya yang biru khas membuat Binoda rindu. “Sabda!”

“Bin?” sahut Sabda dengan suara kecil. “Sedang apa kau di sini?”

[TERBIT] The Midnight Embrace The Star | [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang