21. Ancaman

223 43 1
                                    

Happy reading hyung

.

Hening terasa di dalam mobil Aksa saat ini. Ketiga orang itu sepertinya tidak berniat memulai obrolan.

Aksa yang fokus pada jalanan. Bella yang sedang memainkan ponselnya dan Vina yang sedari tadi terus menatap Aksa.

"Sayang, nanti mampir ke toko buku ya?" ucap Bella. Sengaja di lembut-lembutkan. Berniat sedikit memanas-manasi cewek yang sedang duduk di jok belakang.

Bella berkata seperti itu supaya menyadarkan Vina bahwa cowok yang sedang dia tatap itu miliknya. Ia sungguh tidak rela pacarnya di tatap seperti itu oleh cewek lain.

Matanya memang fokus pada ponsel tapi ia sadar bahwa Vina terus saja menatap Aksa penuh minat

Aksa sedikit terkejut, tapi ia keburu menyadari bahwa Bella memang sengaja. "Iya pacar."

Di belakang Vina mengepalkan tangannya kesal. Terlihat dari wajahnya bahwa ia sedang menahan amarah.

"Kak, belok kiri," ucap Vina datar.

Aksa mengangguk. Melajukan mobilnya sesuai perintah Vina tadi.

Lima menit mereka sampai di depan rumah Vina.

"Makasih kak," ucap Vina setelah turun dari mobil Aksa.

Aksa hanya mengangguk kemudian pergi tanpa peduli dengan Vina yang sempat menawarkan untuk mampir terlebih dahulu.

Di tengah perjalanan Bella mendapat telfon dari Shaka bahwa Papa nya masuk ke rumah sakit karna kecelakaan.

Buru-buru Aksa membawa mobilnya menuju rumah sakit tempat Papa Bella di rawat.

"Buru Sa!"

"Iya tenang Bell, ini juga udah cepet kok."

"Sa, gue takut," kata Bella lirih. Jantung nya berdebar saat ini. Takut terjadi apa-apa dengan sang Papa.

Tangan Aksa menggenggam tangan Bella yang bergetar. Berharap supaya Bella lebih tenang.

"Tenang yah, Bokap lo gak papa kok," kata Aksa lembut. Sesekali matanya melirik Bella yang duduk dengan cemas, membuat Aksa semakin mengeratkan genggamannya.

Mungkin rencana Bella untuk ke toko buku harus ia tunda terlebih dahulu. Papanya lebih penting saat ini.

Lima belas menit mereka habiskan untuk menuju rumah sakit.

Tanpa menunggu lama lagi, Bella langsung berlari menuju UGD di ikuti dengan Aksa di belakangnya.

Tampak dari jauh dapat Bella liat Mamanya tengah menangis di pelukan Shaka.

"Ma," ucap Bella lirih kemudian langsung merengkuh tubuh rapuh sang Mama.

"Papa Bell."

"Iya, Papa pasti baik-baik aja. Mama tenang ya," kata Bella berharap sang Mama lebih tenang. "Shak, tolong beliin minum di kantin ya."

Shaka mengangguk. Menerima selembar uang duapuluhribuan dari sang Kakak.

Melihat Mama yang begitu rapuh, Bella sudah tidak kuat untuk menahan air matanya. Rasanya sakit melihat orang yang kita sayang rapuh seperti ini.

Dalam hati ia terus berdoa, semoga Damar baik-baik saja. Memori tentang kenangan-kenangan bersama Damar berputar begitu saja di dalam pikirannya. Sungguh ia tidak mau terjadi apa-apa dengan Damar.

Usapan di kepala membuat Bella mendongak. Dapat ia lihat Aksa yang tersenyum hangat. "Gak papa. Bokap lo pasti baik-baik aja," ucap Aksa lembut.

Bella tersenyum. Tangannya semakin erat memeluk Mamanya.

[end] AKSABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang