16. Pacar

317 47 6
                                    

Happy reading hyungg

.

Bella melongo kala melihat seorang cowok nangkring di atas sepeda polygon. Tau kan? Itu lo sepeda yang di depannya ada keranjang dan di belakangnya terdapat boncengan.

"Hai," sapa Aksa seraya melambaikan tangannya.

"Ngapain sih?" tanya Bella bingung. Tadi saat ia sedang asik menonton drama korea yang belum ia tamatkan, bibi datang mengatakan bahwa di bawah ada teman Bella yang sedang menunggu.

Karena penasaran, buru-buru Bella mempause film kemudian berlari kecil keluar rumah.

"Ayo sepedaan," jawab Aksa dengan cengiran khasnya.

"Ya ampun Sa! Rumah lo kan jauh. Ini sepeda siapa lagi di pake"

Aksa menampilkan cengiran bodohnya. "Sepeda Putri, udah ah yuk jalan."

"Gue ganti baju bentar." Baru saja Bella akan masuk, perkataan Aksa mengurungkan niatnya.

"Udah gausah, kelamaan Bell keburu malem."

Bella tercengang mendengarnya, pasalnya saat ini ia mengenakan piyama karakter stitch dengan sendal jepit berwana biru. Masak iya, dia harus keluar dengan penampilan seperti itu?

"Lo gila? Gak liat penampilan gue apa?" sungut Bella.

Aksa menatap penampilan Bella dari atas hingga bawah. "Masih cantik kok, udah sih Bell."

"Bego!"

Aksa berdecak, ia melepaskan jaket nya kemudian melemparkannya tepat mengenai wajah Bella membuat cewek itu mendelik kesal.

"Pake itu kalo malu, udah ya, yuk."

Tak mau memperpanjang masalah, akhirnya Bella menuruti ucapan Aksa. Ia memakai jaket cowok itu yang nampak kebesaran.

Melihatnya Aksa bertepuk tangan dengan mata berbinar. "iihhh lucunyaaaa."

Bella memutar bola matanya jengah, ia menghampiri Aksa kemudian duduk di boncengan sepeda.

Sebelumnya ia sudah bilang pada Pak Sukri bahwa ia pergi bersama Aksa, jadi saat Mamanya mencari,  Pak Sukri tidak kebingungan mencari alasan

Di sepanjang perjalanan mereka terus saja mengobrol. Sebenernya hanya Aksa saja yang terus saja mengoceh, sementara Bella hanya sesekali menimpali.

"Kita mau kemana?" teriak Bella, suaranya sedikit samar akibat terbawa angin malam.

"Ke bukit yang dulu pernah kesana." Aksa balas berteriak.

Senyum Bella terbit kala mendengar tempat yang akan mereka tuju. Tempat itu memang terlihat keren bila dilihat ketika malam hari. Selain itu angin yang terus berhembus membuat Bella merasa tenang.

Tak lama mereka sampai, Aksa memarkirkan sepeda milik Putri di bawah pohon. Untung saja di dekat situ berdiri sebuah lampu jadi tidak terlalu gelap. Aksa menggandeng tangan Bella, kemudian menariknya perlahan menaiki bukit.

Mata Bella menatap gemerlap lampu dari rumah-rumah penduduk dengan binar bahagia.

Aksa tersenyum, ia menuntun Bella untuk duduk di atas rerumputan.

Angin malam membuat poni Bella yang sedikit memanjang beterbangan.

"Bel."

Bella menoleh menatap Aksa, dahinya berkerut kala melihat Aksa yang tampak tegang. "Kenapa?"

"Mau ngomong."

"Ya ngomong aja sih, biasanya juga nyerocos mulu."

"Ah, iya iya." Tampak Aksa menarik nafasnya perlahan, jantungnya sudah berdegup dengan kencang. Mungkin sekarang waktunya.

[end] AKSABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang