34. Koma Yang Tak Lama

373 36 1
                                    

Happy reading hyungg

.

Aksa memarkirkan mobilnya asal. Segera membopong Bella membawanya kedalam rumah sakit. Rasa khawatir terpatri di wajahnya.

"Sus tolong sus," teriak Aksa. Rumah sakit sepi karena memang sudah malam, membuat suara Aksa menggema ke seluruh penjuru rumah sakit.

Suster menghampiri Aksa dengan cepat lantas menuntun Aksa memasuki ruang UGD.

Perlahan-lahan Aksa membaringkan tubuh lemah Bella ke atas brankar.

Dokter datang lantas menyuruh Aksa dan yang lainnya untuk keluar terlebih dahulu supaya bisa memeriksa keadaan Bella.

Karin duduk di kursi tunggu bersama Sandra. Gadis itu terus saja memeluk Karin yang menangis.

Semua menunggu dengan cemas. Khawatir akan keadaan Bella.

Aksa duduk menunduk lesu. Senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang karena Bella dapat di temukan dan sedih karena Bella tertusuk pisau.

Tak lama Damar datang bersama Liana. Gadis kecil itu semula berada di rumah bersama dengan Bi Inah. Damar yang menyuruhnya, karena kalau Liana ikut mencari akan menjadi bahaya tersendiri bagi gadis mungil itu. Mengingat ini juga sudah larut malam.

"Ma."

"Mass." Karin memeluk tubuh suaminya erat. Untung saja Liana sudah berpindah ke pelukan Shaka.

"Abang," cicit Liana yang hampir saja menangis. Gadis kecil itu sungguh merindukan kakak perempuannya.

Shaka tersenyum, memeluk Liana erat. "Nanti Liana bisa ketemu kakak kok."

Liana mengangguk patuh. Membalas pelukan Shaka tak kalah erat

"Gimana Bella?" tanya Damar.

"Masih di periksa " balas Karin lirih.

Aksa? Cowok itu sekarang hanya mondar mandir di depan pintu UGD dengan wajahnya yang terlihat cemas.

Tak lama pintu terbuka menampilkan seorang pria paruh baya ber jas dokter.

"Keluarga pasien?"

"Gimana anak saya dok?" Damar menghampiri dokter dengan Karin di sebelahnya.

"Lukanya tidak terlalu dalam. Untung tusukan itu tidak sampai pada nadi pasien, karena kalau sampai itu terjadi bisa berakibat buruk. Lukanya juga sudah saya jahit beberapa tadi"

"Udah bisa di jenguk dok?" kali ini Karin yang bertanya.

Dokter mengangguk kecil. "Akan di pindahkan ke ruang rawat dulu. Satu lagi, mungkin pasien akan kehilangan kesadaran nya beberapa waktu"

"Berapa lama?" tanya Aksa lirih.

"Saya juga tidak tau, tunggu saja sampai pasien sadar." dokter lantas pergi setelah menjelaskan semuanya.

Pintu UGD terbuka dan keluarlah tubuh lemah Bella di atas brankar yang di dorong suster.

Semua orang berkumpul di dalam ruang rawat Bella, menunggu gadis itu sadar. Terhitung sudah tiga hari gadis itu belum sadarkan diri.

Sepertinya, Bella betah dalam tidur panjangnya. Dokter memang mengatakan kalau Bella akan tak sadarkan diri, tapi tidak memberi tahu kapan pasti Bella sadar. Menunggu dengan sabar adalah suatu pilihan yang tepat.

Aksa sedari tadi duduk di sisi brankar Bella dan terus menggenggam tangan gadis itu. Matanya terus tertuju pada kedua mata Bella yang tertutup. Bibirnya komat-kamit membacakan doa untuk Bella supaya pacarnya itu cepat sadar. Sesekali Aksa mencium punggung tangan Bella.

[end] AKSABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang