3. Di anter pulang

513 75 3
                                    

Happy Reading Hyungg!


Setiap pulang sekolah, Aksa, Gavin, dan Davi selalu menghabiskan waktu di Cafe milik Bunda Aksa.

"Gimana Sa?" tanya Gavin menatap Aksa.

Aksa menyesap cappucino nya. "Gimana apanya? Ngomong jangan setengah-setengah dong."

"Ya gimana sama Bella?"

Aksa mendengus "Susah! Tapi tenang aja, gue gak bakal nyerah," katanya seraya menepuk dadanya.

Davi berdecak "Udah sih Sa, cari yang lain aja."

"Enggak ah, mau Bella aja" ujar Aksa dengan senyum yang mengembang.

Bunda datang menghampiri Aksa "Bang, beneran gak mau makan?" tanyanya.

"Enggak Bun, udah kenyang. Tadi sebelum kesini makan dulu di kantin sekolah."

"Yaudah, Gavin sama Davi juga gak makan"

Gavin nyengir. "Kita semua tadi udah makan Tante."

"Iya Tan" ujar Davi.

Bunda mengangguk, ia pergi untuk melayani pembeli lain.

Bunda emang gitu, walaupun ia bos nya tetap saja ia melayani para pembelinya.

"Tante Hesti baik banget Ya Allahh" ujar Davi.

Aksa tersenyum, ia membusungkan dadanya "Nyokap gue"

Gavin mengambil tisu, ia membentuknya menjadi gumpalan lantas melemparkannya pada Aksa. "Sombong lo emang udah mendarah daging ya."

Aksa berdecak, raut mukanya terlihat kusut. Sontak Gavin dan Davi meledakkan tawanya.

Beberapa menit kemudian Davi di telfon abangnya. Disuruh pulang, adiknya masuk rumah sakit katanya.

"GWS buat adik lo, Dav" ujar Aksa pada Davi.

Davi mengangguk. "Gue cabut dulu," katanya lantas menyambar kunci motornya yang berada di atas meja. Ia berlari tergesa-gesa, sungguh Davi khawatir dengan adiknya.

"Yaudah gue juga cabut aja deh, thanks ya, Sa!" pamit Gavin pada Aksa. "Salam buat Tante Hesti" sambungnya.

Lagi-lagi Aksa mengangguk.

Setelah kedua temannya pulang, ia menghampiri Bundanya. Pamit ingin pulang, ada tugas rumah katanya.

Padahal itu hanya alibinya saja. Boro-boro ngerjain tugas rumah, dia tau ada tugas rumah aja tidak.

Aksa menaiki motor vespa kesayangannya dan beranjak meninggalkan Cafe.

Di tengah perjalanan, ia melihat seorang wanita tengah berjongkok tepat di sebelah motor maticnya.

Sepertinya ia mengenali motor matic berstiker stich itu.

Ya, motor itu milik Bella. Beberapa minggu mengenal Bella membuat ia hafal dengan motor perempuan itu. Karena beberapa kali gadis itu membawanya ke sekolah.

Senyum Aksa mengembang di balik helmnya, ia menepikan motornya. "Motornya kenapa?"

Mendengar suara bariton itu, Bella menoleh. Betapa terkejutnya ia melihat Aksa di belakangnya.

"Mogok," jawab Bella dengan muka datarnya.

Aksa mematikan mesin motornya, ia ikut berjongkok di sebelah Bella "Ini mesinnya Bell, harus di bawa ke bengkel."

[end] AKSABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang