Lembar Kedua Belas || Suami Sempurna

5.4K 417 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Selamat membaca💛

Lembar Kedua Belas || Suami Sempurna

Suami sempurna bukan dia yang pandai menggombal dan  membuatmu berbunga, tapi suami sempurna adalah dia yang ketika kamu mencintainya mampu menambah kecintaanmu pada Allah.

- (Bukan) Imam Impian -
Written by AayuuSR

🍂🍂🍂

Semenjak dari mobil menuju rumah sakit, aku tak henti-hentinya tersenyum. Rasanya ada kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan dalam diriku, sepertinya memasak makan siang untuk Mas Irsyad akan menjadi kegiatan favorit yang akan aku lakukan setiap hari. Putri dari tadi juga tidak berhenti bercerita tentang Mas Irsyad, gadis itu selalu senang bercerita tentang kakaknya menunjukkan betapa bahagianya dia menjadi adik dokter muda itu. Taksi yang kami tumpangi sudah berhenti di rumah sakit Syuhada—tempat Mas Irsyad bekerja. Aku dan Putri langsung keluar, tidak lupa juga dengan paper bag berisikan makan siang untuk Mas Irsyad.

Rumah sakit Syuhada terletak tidak terlalu jauh dari rumah kami, hanya sekitar 30 menit sudah sampai di sana. Kemarin sebenarnya Mas Irsyad ingin membawaku ke sini dan mengenalkanku pada teman kerjanya, namun karena ada urusan lain membuat kami tidak sempat mengunjungi rumah sakit. Aku berjalan beriringan bersama Putri yang ternyata sudah cukup dikenal di rumah sakit ini karena dari awal Putri sudah dikenalkan oleh Mas Irsyad kepada beberapa petugas rumah sakit. Putri mengajakku untuk pergi ke kantin rumah sakit dan menunggu Mas Irsyad di sana, aku menurut.

"Tunggu bentar ya Mbak, tadi aku udah chat temennya Mas Irsyad kok. Katanya Mas Irsyad lagi check up pasien." Putri memberi tahu.

Aku mengangguk.

"Put, Mbak mau nanya deh."

"Nanya apa, Mbak?"

"Kenapa Mas Irsyad pindah tugas? Kenapa gak di Surabaya aja?" tanyaku penasaran.

"Itu karena Mas dapat tawaran kerja di sini, sekaligus aku kan mau kuliah di sini juga. Makanya ayah nyuruh Mas terima aja tawarannya sekaligus jagain aku, eh malah jagain istrinya juga di sini."

"Kamu ini!"

Putri terkekeh. Gadis itu memang mengambil S2 jurusan ilmu komunikasi sama sepertiku dulu, tapi aku tidak melanjutkan S2 karena memilih menikah.

"Assalamualaikum lagi gosipin saya, ya?"

Suara itu membuatku menoleh. Dua orang dengan jas bewarna putih lengkap dengan stetoskop bergantung di leher keduanya sedang berjalan mendekat. Satu dokternya aku kenal, dan yang tadi mengucapkan salam aku tidak mengenalnya. Mas Irsyad langsung mengambil posisi untuk duduk di sampingku, sedangkan satu dokter lainnya mengambil kursi di meja lain dan duduk di samping Mas Irsyad.

"Waalaikumussalam. Dih geer banget nih Aa'" Putri membalas.

"Yah kirain, Teh. Kan biasanya Teteh sering gosipin saya sama teman-temannya." Dokter yang aku masih belum tau namanya kembali menjawab dengan nada menggoda.

"Gak ada, Aa'!"

Mas Irsyad tertawa. Sepertinya sudah biasa melihat interaksi sang adik dengan dokter itu, melihat wajah Putri juga aku bisa menebak kalau mereka berdua cukup dekat.

(Bukan) Imam Impian✓ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang