Lembar Kesepuluh || Jatuh Cinta Paling Indah

5.3K 451 11
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Lembar Kesepuluh || Jatuh Cinta Paling Indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lembar Kesepuluh || Jatuh Cinta Paling Indah

Tidak ada jalinan kasih lebih indah dibandingkan kasmaran setelah hubungan itu sah. Setiap tatapan, senyuman, dan sentuhan terasa begitu manis. Tidak ada resah atau pun gelisah melainkan pahala yang terus mengalir untuk keduanya.

- (Bukan) Imam Impian -
Written by aysbri_28

🍂🍂🍂

Jatuh cinta paling indah adalah ketika rasa itu hadir setelah menikah. Dimana semuanya yang dulu dosa, kini menjadi pahala. Seperti kata orang-orang jika menikah adalah ibadah paling lama, juga dianggap sebagai penyempurna setengah agama. Tidak ada jalinan kasih lebih indah dibandingkan kasmaran setelah hubungan itu sah. Setiap tatapan, senyuman, dan sentuhan terasa begitu manis. Tidak ada resah atau pun gelisah melainkan pahala yang terus mengalir untuk keduanya. Semuanya tidak ada lagi larangan, bahkan yang dulu dilarang menjadi kewajiban.

Aku juga merasa beruntung karena tidak pernah terlibat dalam hal yang Allah larang untukku lakukan. Aku tidak pernah pacaran dan sekarang aku merasakan betapa nikmatnya ketika semuanya menjadi kesan pertama. Bagaimana indahnya melihat tatapan seseorang yang kita cintai untuk pertama kalinya. Merasakan getaran aneh ketika pertama kali bersentuhan dengannya. Sungguh, itu benar-benar indah.

"Kha, menurutmu apa baju ini cocok untukku?"

Suara Mas Irsyad membuatku menoleh. Aku yang tadi duduk di atas kasur berdiri dan menghampirinya. Mas Irsyad memakai celana jeans panjang dan kemeja bewarna dongker dengan lengan pendek. Aku baru tau jika Mas Irsyad hanya menyukai warna-warna gelap, di dalam lemarinya juga hanya ada baju bewarna hitam, dongker, cokelat. Baju Mas Irsyad yang bewarna terang hanya warna putih saja.

"Cocok kok, Mas." Aku mengangguk setelah melihat dirinya.

"Oke, aku pakai yang ini aja. Kamu udah siap?" Mas Irsyad balas bertanya, tangannya mengelus kepalaku lembut.

"Udah kok, Mas."

Mas Irsyad tidak lagi menjawab, dia langsung mengenggam tanganku dan mengajakku untuk segera pergi. Hari ini kami akan mengunjungi satu kafe milik Mas Irsyad, katanya dia ingin aku yang melanjutkan untuk mengelola kafenya. Awalnya aku menolak karena aku bukan seseorang yang terlalu paham dengan bisnis, namun Mas Irsyad memaksa dan berkata akan membantu jika aku kesulitan. Dia juga bilang jika kemungkinan akan lebih sibuk di rumah sakit dan jarang mengurus kafe karena itu akhirnya aku setuju.

"Kha, kamu tau kafe itu semuanya serba putih loh." Mas Irsyad mulai bercerita.

"Kenapa gitu, Mas? Bukannya Mas sukanya warna dongker?" Aku bertanya. Karena kemarin Mas Irsyad bilang jika warna favoritnya adalah warna dongker.

(Bukan) Imam Impian✓ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang