Lembar Keempat || Gombalan

5K 520 23
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Lembar Keempat || Gombalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lembar Keempat || Gombalan

Rasanya manis sekali ketika melihat wajahnya memerah dengan senyuman yang dia tahan dengan raut wajah datarnya. Aku yang terlalu baperan atau cinta memang seindah ini?

- (Bukan) Imam Impian -
Written by aysbri_28

🍂🍂

Hari ini sesuai yang Papa katakan Mas Irsyad akan  datang menjemputku untuk membeli baju pernikahan dan juga cincin. Dari tadi subuh rasanya jantungku sudah berdetak sesukanya. Setiap kali bertemu Mas Irsyad memang membuatku hilang akal. Senyumanku bahkan tidak bisa ku hentikan ketika mengingat setiap momen-momen sederhana aku bersamanya, sepertinya cinta ini memang membuatku benar-benar gila. Pantas saja Rasulullah menganjurkan untuk menyegarkan pernikahan karena cobaan cinta memang begitu dahsyat.

Satu kali saja salah melangkah, maka langkah selanjutnya akan membawa kita ke sebuah jurang dosa yang dihias dengan penuh kenikmatan. Rasa cinta bukan sebuah rasa yang patut disepelekan. Jika awalnya hanya sekedar menghayalkan dirinya, lalu ketika bertemu mulai mencari perhatian. Jika sudah mendapatkan perhatian, mencoba memberi kode untuk ke hubungan yang lebih serius lagi. Jika sudah seperti itu tentu saja laki-laki tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, maka akan terjadilah hubungan pacaran. Banyak yang mengatakan jika tidak macam-macam selama pacaran, namun siapa yang bisa menjamin setan akan berhenti menggoda?

Aku rasanya begitu sedih ketika melihat dua orang yang berpacaran memamerkan kebahagiaannya pada dunia, lebih parah lagi respon orang-orang yang banyak mendoakan agar hubungan mereka langgeng. Aku tidak tau bagaimana cara pikir mereka, apalagi para orangtua yang mengizinkan putra putrinya berpacaran. Bahkan ada beberapa orangtua mendesak anaknya untuk segera mencari pacar. Tidak sadarkah jika itu menjerumuskan sang anak pada jurang neraka?

"Kha, apa kamu sudah siap?"

Lamunanku terhenti ketika Mama mengetuk pintu kamar sembari memanggilku. Aku mengambil tas selempang kecilku dan tidak lupa memasukkan dompet serta ponselku ke dalamnya. Aku mengulas senyuman ketika Mama menyambutku di depan pintu. Aku melirik Mama yang hanya memakai daster polos dan hijab sedada.

"Mama gak nemenin Kha?" tanyaku heran.

Mama menggeleng sambil menarik tanganku untuk turun tangga karena kamarku memang berada di lantai atas. Aku menatap Mas Irsyad yang sudah menungguku di sana dan di sampingnya ada Putri–Adik Mas Irsyad.

"Putri!" aku memanggil semangat.

"Mbak Kha!" Putri balas berteriak, lalu berlari  ke arahku dan memelukku.

(Bukan) Imam Impian✓ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang