BAB 4

5.9K 831 17
                                    

03. Big News, Good Thing or Not?

          Makan malam kali ini berlalu dengan tenang. Tapi, sepertinya Duke memiliki sesuatu untuk dibicarakan.

" Ayah dengar, kau sudah menyerah terhadap Pangeran Mahkota, " tanya Duke tiba-tiba.

" Bukankah itu hanya rumor? Livina tidak mungkin benar-benar sudah menyerah terhadap Pangeran Mahkota, " sanggah Duchess dengan raut tidak percayanya.

Semua yang ada di meja makan menatapnya. Livina tersenyum sambil mengusap ujung bibirnya dengan sapu tangan. Gerakan anggun khas wanita bangsawan. " Itu benar, Bu. Aku sudah menyerah terhadap Pangeran Mahkota. "

Duke dan Duchess sedikit terkejut. Sementara Charles seperti sudah menduga hal ini. " Mengapa kalian terkejut? Charles bahkan baik-baik saja. "

Charles mendongak. Dia menatap Duke dan Duchess kemudian menatap Livina. " Kakak tidak mungkin masih menginginkan pria yang tidak mencintainya padanya. "

Livina tersenyum. Alasan Charles sepenuhnya benar. Selain itu, dia juga punya alasan lain yang hanya diketahui dirinya sendiri. Yaitu, dia tidak ingin mati.

" Tapi, Kaisar sangat ingin kau yang menjadi menantunya, Livina. "

Livina diam sebentar. Dia memikirkan jawaban yang bagus untuk itu. Kalau Kaisar yang menginginkannya, dia tidak bisa menjawab dengan mudah.

" Ayah, walaupun aku tidak menjadi istri Pangeran Mahkota, aku masih bisa membantu Yang Mulia Kaisar. "

" Maksud mu, kau... "

Livina mengangguk, " aku akan bersedia jika kau meminta bantuan padaku sewaktu-waktu. "

Duke tersenyum. Sepertinya setelah upacara pendewasaan Livina, putrinya itu sudah semakin dewasa.

" Ayah akan menghargai keputusan mu, Livina. "

Livina mengangguk dengan senyum manisnya.

* * *


           Dua hari sudah berlalu.

Kaisar sepertinya sudah mengetahui rumor yang beredar di kalangan bangsawan.

" Ada yang mau ayah bicarakan. "

Keempat pangeran yang sudah berada di meja makan menoleh.

" Kau bisa mengatakannya, ayah. " Elgard sebagai Pangeran tertua mengatakan apa yang ada dipikiran saudara-saudaranya.

" Apa kau sudah mendengar kalau Livina sudah menyerah padamu, Elgard? "

Pangeran kedua hingga keempat otomatis menoleh pada Elgard. Mereka seolah bertanya lewat tatapan mata, ' Apa itu sungguhan? '

" Aku sudah mendengarnya. Tapi, aku tidak mendengarnya dari Livina langsung. Bukankah itu hal bagus? "

" Bagus? Menurutmu bagus? Kau membuat calon menantu ayah menyerah karena kelakuan mu! "

Kaisar menatap Elgard dengan pandangan lelahnya. Dia sangat menginginkan Livina untuk jadi ratu di masa depan. Gadis itu punya potensi. 

" Aku punya Berlina. "

" Ya. Bela lah gadis mu yang hanya mengandalkan kecantikannya saja. "

Elgard nampak tidak terganggu. Dia malah menyuapkan makanannya ke mulut.

" Tapi, "

Kaisar menggantung kalimatnya. Dia sudah menyusun rencana agar dia tidak jadi kehilangan Livina. Bagaimana mungkin dia membiarkan gadis pintar seperti Livina lepas begitu saja?

Fall For The Prince ( FORSEN SERIES KE-1 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang