7. Ruang Terkunci Oleh Waktu.
SEKONYONG-KONYONG kaki Aryo berkedut, beberapa detik kemudian kakinya terasa jatuh dari kasur serta badannya bergetar hebat seperti sedang terjadi lindu berkekuatan sangat besar. Kontan pemuda itu mengerjap dan sangat terkejut saat menyadari saat ini sedang berada di dalam kamarnya.
Gelap gulita.
Udara terasa sangat sesak seperti mencekik kerongkongan. Menjulur ke arah nakas lalu beberapa detik kemudian cahaya dari lampu tidur menyala, samar-samar dapat melihat bayangan diri di langit-langit atas tempat tidur. Peluh tentu saja membanjiri sekujur tubuh seperti yang dia alami ketika bertemu dengan tiga orang tak dikenal itu.
Ah, Aryo menarik napas gusar seraya menyeka peluh di kening. Lagi-lagi dia bermimpi aneh sejak sepuluh tahun terakhir ini mimpi-mimpi aneh selalu saja menjadi bunga tidurnya.
Pernah suatu ketika dia bermimpi Mas Yudis menjadi seorang pemimpin dengan mengenakan pakaian kebesaran ala zaman kerajaan terdahulu sementara dia menjadi salah satu prajurit pengawal Mas Yudis. Atau pernah Aryo bermimpi berbincang-bincang dengan seseorang lalu pada akhirnya bisa membuat karya tiga dimensi. Banyak mimpi yang pernah Aryo alami seolah-olah itu semuanya adalah nyata.
Anehnya, mimpi-mimpi tersebut terasa sangat nyata. Seperti mimpi yang baru saja dia alami bukan sekadar ilusi belaka.
Et tu Brute?
Sebuah kalimat yang sangat tidak asing bagi Aryo, pasalnya dia pernah menemukan istilah tersebut di dalam buku harian peninggalan Eyang Kakung serta percakapan yang dilakukan tiga orang asing itu sama persis seperti yang ditulis dalam buku harian itu.
Apakah alam bawah sadarnya membawa semua hal yang pernah dia alami ke dalam mimpi-mimpinya selama ini, tetapi Aryo tidak terlalu memikirkan hal-hal yang tertulis dalam buku harian Eyang Kakung hanya perihal mesin waktu yang dia pikirkan selama ini, atau jangan-jangan mimpi yang baru saja dia alami bukan sebatas ilusi?
Tidak ingin membuang-buang waktu lagi, dia segera bangkit dari tempat tidur untuk menuangkan apa yang baru saja dialami dalam buku harian. Sepanjang menuju meja belajar tiada henti mulutnya bergumam melontarkan kalimat yang sama ‘Et tu Brute.’
Begitulah dia membubuhkan tinta itu di atas kerta buku bersampul bunga sakura sebelum beranjak mengambil wudu untuk sembahyang tahajud. Rasanya bersikap pasrah tanpa mengadu kepada siapa pun dan berkeluh kesah tentang mimpi-mimpi aneh itu tidak akan ada artinya.
*
MARKUS Yunius Brutus (85 - 42 SM) atau Quintus Servilius Caepio Brutus adalah senator Romawi yang dikenal oleh dunia modern sebagai pemimpin konspirasi pembunuhan Julius Caesar. Ada kisah tragis pembunuhan di zaman Romawi kuno, hingga dikenang sebagai pengkhianatan Brutus terhadap Julius Caesar, sedangkan kalimat Et tu Brute yang dikatakan oleh pria muda di dalam mimpinya itu adalah kalimat terakhir Julius Caesar ketika Brutus menghujamnya dengan belati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Second
Mystery / ThrillerBUKU harian peninggalan Eyang Kakung menyimpan banyak rahasia. Semula hidup Aryo baik-baik saja, hari berikutnya gara-gara tinggal satu atap bersama Profesor Abdul rahasia demi rahasia di masa lalu kembali terkuak, serta beberapa kali mengalami peri...