[[ ꧑꧖ : Ciri Khas Manusia Indonesia ]] ✅

33 16 3
                                    

16. Ciri Khas Manusia Indonesia.

SEJAK berlibur di Malang Profesor Abdul dan Aryo malah berjauhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEJAK berlibur di Malang Profesor Abdul dan Aryo malah berjauhan. Mereka seperti tidak ada waktu mengobrol empat mata padahal sering bersama. Apalagi kejadian-kejadian aneh yang menimpa Aryo membuat jarak keduanya semakin terasa jauh, mereka sibuk dengan urusan masing-masing hingga tidak terasa dua belas hari nyaris usai. Mau tidak mau mereka kembali menyusun agenda untuk mengganti momen yang sudah terbuang. Aryo harus menelan kekecewaan lantaran pergi ke Bromo kemungkinan tidak akan terlaksana.

Sampai pada akhirnya, mereka seakan melupakan arca oplosan dan mesin waktu lantaran pikiran dan tenaga seolah terkuras habis mengurusi masalah yang bertubi-tubi selama berada di kota ini, bahkan perasaan tidak suka Aryo terhadap Profesor Abdul lambat hari semakin menipis malah lupa kalau dalam benak sempat terbersit perasaan benci kepada sahabat mendiang Eyang Kakung ini.

Angkringan Mbak Mila yang berdiri di depan rumah Ahmad tampak sepi, jelas saja karena malam ini Mbak Mila menutup warung. Alhasil angkringan tersebut dijadikan tempat untuk mengobrol dua lelaki berbeda zaman ini, sementara Lintang diajak Mas Ibra pergi ke acara bazar di desa sebelah. Aryo berjanji akan segera menyusul setelah selesai berbincang dengan Profesor Abdul.

Suasana desa Sumberasih benar-benar tenteram dan damai, Aryo suka. Apalagi melihat bangunan di sini nyaris diseragamkan.

Sejarah mengatakan, bahwa tahun 2011 Pemrov Jawa Timur melakukan pembangunan rumah-rumah warga dengan bangunan khas zaman kerajaan Majapahit, sebagai bentuk restorasi kerajaan Majapahit yang menjadi kekayaan kultular di Mojokerto.

Lima belas menit sudah mereka duduk pada bangku panjang angkringan Mbak Mila dan saling bungkam, pikiran mereka menerawang ke mana-mana.

Aryo tengah membayangkan andai kata semua orang di negeri ini memiliki jiwa ambisi yang sangat kuat dan kental untuk melestarikan budaya bangsa, tentu mereka tidak akan terpengaruh oleh arus ragam budaya asing yang terus masuk merong-rong jiwa, hingga acapkali lupa kalau budaya sendiri juga perlu diperhatikan.

"Kamu bisa melihat bangunan di sini rata-rata berbentuk Joglo, bahkan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY identik dengan joglo, tetapi mereka memiliki ciri khas masing-masing. Bisa kamu lihat atap joglo Jawa Timur memiliki ciri khas dengan bentuk atap yang lebih sederhana dibandingkan joglo Jawa Tengah dan DIY," kata Profesor Abdul memulai obrolan. "Sayang, zaman sekarang tidak banyak orang yang tahu sejarah rumah joglo atau seperti bangunan yang berdiri kokoh di depan kita sekarang ini. Atau sebenarnya sudah tahu, tetapi lantas tidak ikut melestarikan secara terus menerus dengan anggapan untuk apa ikut serta kalau sudah ada segelintir orang yang melestarikan budaya."

Terdengar Aryo mengembuskan napas pelan, lalu menunduk dalam seraya mencerna baik-baik ucapan Profesor Abdul. Tidak dipungkiri Profesor Abdul memang suka bicara melantur, sehingga kadang Aryo ikut terbawa alur. Benar saja pikiran kembali menerawang tentang isi hati beberapa tahun lalu, tentang kritik yang masih tersimpan rapi karena terlalu malas melontarkan. Namun, entah mengapa malam ini Aryo berani ketika Profesor Abdul menyinggung sedikit.

The Last SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang