20. Bukan Kamu Yang Kumau.
HALAMAN belakang rumah di Kemusuk dengan luas tanah 10×12 meter ini menyajikan panorama yang cukup elok untuk dipandang.Sisi barat menampakkan deretan berbagai macam sayuran seperti, sawi, kangkung, tomat, timun, cabai, daun bawang yang ditanam menggunakan metode hidroponik. Semua tanaman tersebut dirawat oleh Ibu yang kadang-kadang Bapak juga ikut membantu kalau sedang tidak banyak pekerjaan di Kasongan.
Sementara sisi timur menampakkan kolam yang diisi oleh jenis ikan konsumsi seperti, bawal, nila, mujair, dan lele, di atas kolam terdapat rak dari bambu yang digunakan untuk menanam bumbu dapur seperti jahe, kunyit, kencur, lengkuas. Sama ditanam menggunakan metode hidroponik. Lalu di sebelah kanan kolam terdapat sebuah kandang yang baru satu tahun lalu dibangun sebagai tempat unggas peliharaan Mas Yudis.
Entah mendapat wahyu dari mana Mas Yudis tiba-tiba gemar memelihara ayam hias seperti poland, cemani, brahma, dan kalkun. Kesibukannya mengajar di sekolah tak menyurutkan tekat untuk mengerjakan pekerjaan sampingan tersebut.
Malah Ibu sempat berpikir, kalau Mas Yudis berkeinginan untuk pensiun dini menjadi seorang guru melihat hobi mendadaknya tersebut sudah menghasilkan pundi-pundi uang yang lebih besar dari gaji menjadi seorang guru. Ketika ditanya Mas Yudis hanya tersenyum dan menegaskan kalau memelihara unggas-unggas itu bukan sebagai sumber penghasilan utama, hanya sekadar untuk menyalurkan hobi semata yang secara tidak langsung justru mengundang rezeki tidak terduga.
Disyukuri saja, begitu katanya suatu hari.
Jumat sore itu Mas Yudis baru saja selesai memberi pakan unggas. Kini, dia tengah duduk pada gazebo yang sengaja Bapak bangun untuk bersantai bersama keluarga apabila letih dengan rutinitas sehari-hari. Acapkali keluarga Bapak mengadakan makan bersama di gazebo ini. Pemandangannya pun langsung mengarah pada tanaman hidroponik yang menambah suasana menjadi lebih hangat serta harmonis.
Matahari masih bersinar terang padahal hampir pukul lima. Angin yang bergerak lambat ini membuat Mas Yudis terdiam menikmati hamparan keindahan pemandangan halaman belakang rumah.
Perasaan tidak lagi membuncah padahal biasanya hati akan sangat senang ketika mendengar kabar kalau Aryo akan pulang. Untuk kali ini Mas Yudis tidak lagi ingin membohongi diri malah berharap agar Aryo menghilang saja dibawa makhluk tak kasatmata yang pernah membawanya sampai ke Tumpak Sewu.
Mas Yudis juga pernah berharap seharusnya Aryo jangan pernah ada dan tidak dilahirkan. Kalaupun dilahirkan bukan dari rahim Ibu, Mas Yudis berharap Aryo mati dan terlahir kembali di zaman berabad-abad silam.
Obrolan dengan Bapak beberapa waktu lalu masih melekat dalam memori. Sampai saat ini pun masih merasa kalau semua yang dikatakan Bapak hanya sebuah ilusi. Mas Yudis selalu berharap kalau niat ingin menjodohkan Ayana dan Aryo tidak akan pernah teralisasi. Mas Yudis tidak akan pernah sanggup melihat perempuan yang sangat dia cintai setelah Ibu bersanding dengan lelaki lain, terlebih lelaki tersebut adalah adik tirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Second
Mystery / ThrillerBUKU harian peninggalan Eyang Kakung menyimpan banyak rahasia. Semula hidup Aryo baik-baik saja, hari berikutnya gara-gara tinggal satu atap bersama Profesor Abdul rahasia demi rahasia di masa lalu kembali terkuak, serta beberapa kali mengalami peri...