12. Sugeng Rawuh ing Sumberasih.
TIDAK mudah bagi Aryo memahami apa yang baru saja dikatakan oleh Profesor Abdul. Dia tidak sadarkan diri selama tiga hari setelah mengunjungi situs umpak tempat gajah milik Mahapatih Gajah Mada diikat. Bagaimana bisa Aryo memercayainya begitu saja terlebih dia sadar seratus persen kalau beberapa saat lalu masih berada di situs tersebut bersama Pak Sosro, dia masih mengingat bagaimana Pak Sosro memapahnya ketika rasa pening tiba-tiba melanda. Namun, apa? Dia tidak sadarkan diri selama tiga hari?Akan tetapi, setelah menelisik dengan baik mengenai waktu dan tanggal hari ini, tubuhnya tegak tersentak ketika mendapatkan fakta kalau memang benar dia tidak sadarkan diri selama tiga hari. Tidak mungkin Profesor Abdul memanipulasi, selain tidak berguna untuk apa lelaki tua itu melakukan hal seperti itu.
Mulutnya bergerak-gerak hendak berbicara, tetapi bingung harus melontarkan kalimat seperti apa.
“Awalnya saya ingin membawamu ke rumah sakit, mungkin di sana kamu akan ditangani secara medis. Namun, Pak Sosro mencegah karena medis tidak mungkin bisa menjelaskan tentang apa yang terjadi kepadamu.” Profesor Abdul kembali berucap tanpa memandang wajah pemuda di hadapannya ini.
“Pak Sosro juga mengatakan kalau energi di sana terlalu kuat, sehingga tubuhmu belum mampu untuk menerimanya. Pak Sosro berpesan kepada saya, bahwa kamu harus lebih eling kepada Gusti Allah karena hanya Dia sebaik-baiknya penolong bagi seluruh umat-Nya.”
Aryo mendengarkan dengan baik wejangan Profesor Abdul. Kendati belum bisa memercayai sepenuhnya, baginya hal tersebut masih terlalu dini dan asing mengingat selama ini dia selalu baik-baik saja. Apakah perubahan suhu tubuhnya ketika sedang mengunjungi Pendopo Agung awal mula dari semua ini, mengingat Pak Sosro tidak merasakan apa yang dia rasakan meskipun menunjukkan gelagat seolah beliau jua kedinginan.
Aryo sempat berpikir apa yang menimpa ada hubungannya dengan kodam yang melindunginya, tetapi untuk apa hal tersebut terjadi sementara Aryo merasa tidak berbuat kesalahan. Sepertinya dia harus segera menyelesaikan segala urusan di sini agar segera pulang ke Jogja dan mempertanyakan hal tidak masuk akal ini kepada Bapak.
“Saya ingin bertemu dengan Pak Sosro. Saya ingin mendengarkan penjelasan tersebut dari mulut Pak Sosro sendiri.” Aryo hendak beranjak setelah mengatakan kalimat tersebut, tetapi spontan dicegah oleh Profesor Abul.
Profesor Abdul menggeleng, lalu menepuk pundak Aryo. “Jangan sekarang. Pak Sosro sedang pergi ke Sragen, lima hari mendatang baru pulang. Kamu masih memiliki cukup waktu kalau ingin bertemu dengan beliau.”
Aryo tampak kecewa, sudah dijelaskan secara singkat, padat, dan jelas, tetapi tetap masih kebingungan. Merasa aneh saja karena hal yang mungkin tidak masuk di akal malah menimpa dirinya. Terlebih energi apa yang dimaksud apakah hawa dingin yang tiba-tiba masuk atau ada sesuatu yang telah dia lewatkan sampai bisa tidak sadarkan diri selama tiga hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Second
Mystery / ThrillerBUKU harian peninggalan Eyang Kakung menyimpan banyak rahasia. Semula hidup Aryo baik-baik saja, hari berikutnya gara-gara tinggal satu atap bersama Profesor Abdul rahasia demi rahasia di masa lalu kembali terkuak, serta beberapa kali mengalami peri...