SGC||20

34.9K 1.9K 15
                                    

Bijaklah memilih untuk sesuatu yang menurutmu baik!

Happy reading🌺


Suasana tempat Camp  yang semula riuh dengan suara-suara siswa yang kesal karna di bangunkan tengah malam, tiba-tiba senyap setelah kedatangan Regan dengan seorang yang tidak mereka kenal. Semua mata tertuju pada Regan yang masih basah kuyup beserta gadisnya.

"Dia siapa?"

"Kelas berapa, tuh?

"Cakep ya, Gusti!"

"Regan gak dapet penghuni hutan, kan serem!"

"Wah, Regan pasti masuk isekai. Nemu yang bening."

Bisik-bisik beberapa siswa dan siswi mulai memenuhi indra pendengaran. Semuanya nampak kagum kepada gadis yang kini berada di gendongan Regan. Saat ini, dua orang itu nampak begitu serasi tanpa sekat.

"Bening cocok buat jadi yang ke-9," ucap Alfa seketika suasana menjadi hening semua mata beralih menatap Alfa cengo.

Wajah Klara memerah menjadi pusat perhatian teman-temannya, ia segera menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Sembunyiin Klara, tolong," bisik Klara pada Regan. Regan tersenyum miring dan terus melangkahkan kakinya ke tenda milik Klara dan Sisil. Disana sudah ada Dion dan Robit yang sedang menenangkan Sisil.

"Klara!" pekik Sisil dengan mata berkaca-kaca. Regan segera menurunkan Klara dari pangkuannya dan memilin jaket Hoodie-nya hingga siku.

"What?"

"Klara, Klara siapa?"

"Woii itu si culun anjir!" teriak salah satu siswa dengan lantang.

Klara tak menghiraukan teriakan-teriakan tentang dirinya, ia memilih memeluk Sisil erat. Dion pun cengo menatap Klara dari samping, sedangkan Robit ia hanya diam memperhatikan kejadian mengharukan di hadapannya.

"Ekhem! udah pelukannya?" tanya Robit seraya merentangkan tangan-tangannya ke depan.

"Udah kok!" ucap Sisil seraya mengelap ingusnya. Robit bergidik ngeri. Dion diam-diam mencolek pipi kanan Sisil menggunakan jari telunjuknya. Sontak yang lain menatapnya bingung.

"Ngapain lo?" ucap Robit sambil menahan tawanya.

"Nggak, takutnya pakai foundation juga."

Gubrak!

Regan melemparkan botol air mineral pada wajah Dion sehingga Dion meringis kesakitan.

"KDRT lo sama gue," kata Dion sambil mengusap pelipisnya yang terkena sabitan botol Regan.

"Gue bukan suami lo."

Regan menatap Dion tajam. Sedangkan yang lain hanya diam, hanyut dengan pikiran masing-masing. Sisil menoleh ke arah teman-temannya yang lain, yang menatap Klara dengan sorot mata takjub.

"Tega kamu mas." Regan bergidik ngeri mendengar ucapan Dion yang diluar dugaan.

"Anjir, diem gak lo atau gue gibeng!" ucap Robit kesal. Semenit kemudian mereka semua tertawa. Mata Regan menatap Klara yang tertawa lepas, Klara yang menyadari sedang diperhatikan seketika diam.

"Klara ganti baju dulu," pamit Klara tanpa menatap mata hitam legam yang tengah memperhatikannya. Secepat kilat ia memasuki tenda, dan tak lupa menutup pintu tenda.

Kini, di luar tenda berwarna hitam itu hanya tiga orang saja. Dion, Sisil, dan Robit.

Sedangkan Regan, laki-laki itu juga memilih mengganti pakaiannya yang basah kuyup.

"Sebenarnya siapa yang lakuin ini ke Klara?" tanya Robit menatap Dion serius.

"Sil, lo liat gak siapa pelakunya?" lanjut Robit. Sisil menggelengkan kepalanya pertanda tidak tau.

"Gue ke tenda bentar, ngambil cemilan, enak sambil menyelidiki kasus kita sambil makan." Dion beranjak pergi dari tenda Klara. Robit menghela nafasnya kesal, bisa-bisanya Dion memikirkan urusan makan dalam situasi seperti ini.

.

Setelah mengambil cemilan Dion berniat kembali ke tenda Klara namun diurungkan, setelah mendengar suara Michell dan Natusya panik.

"Gagal semua gagal, kenapa gak mati aja sih tuh anak!" ucap Michell seraya melemparkan tas-nya ke dalam tenda.

"Sekarang dia jadi lebih deket sama Regan," lanjutnya.

"Harus kalian tau, Klara ternyata cantik," sambung Soffi yang duduk memangku laptop.

"Lain kali harus berhasil!" kata Natusya. Gadis berambut sepunggung itu nampak ketakukan kala bayangan Regan terpampang nyata.


"Selebihnya jika kalian ketahuan sama pak Guru jangan bawa-bawa gue, gue gak ikut-ikutan," ucap Soffi seraya menunjuk kedua sahabatnya.

"Pengkhianat lo, Sof!" Natusya dan Michell menatap Soffi tajam, namun dihiraukan oleh gadis itu.

Dion mengucek telinganya, seakan ia tengah salah dengar. Namun, tidak! Itu benar adanya, Natusya dan Michell yang melakukannya. Jahat sekali!

"Ngapain lo di sini?" Regan menepuk pundak Dion, seketika laki-laki berjaket kulit itu terjingkat kaget.

Dion segera membungkam mulut Regan, takut-takut Regan membuat Natusya dan Michell tau keberadaan mereka di sekitar tendanya.

"Kenapa?" tanya Regan yang menaikkan salah satu alisnya.

"Dalang dari semua ini, Natusya sama Michell!"

"Lo serius?" tanya Regan memastikan dengan tatapan tidak percaya. Ia sungguh tidak menyangka dua orang itu melakukan hal yang nekat untuk memenuhi sikap ambisnya.

"Iya, gue tadi denger sendiri," ucap Dion membenarkan. Regan maju satu langkah ingin pergi ke tenda Michell namun diurungkan karna Dion menahannya.

"Apa?" tanya Regan dingin, Regan nampak sangat menyeramkan. Dion menelan salivanya susah payah.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Dion melihat Regan semarah ini. Terakhir di saat Regan tau Fini menduakannya dengan pria lain. Regan membuat kekasih gelap Fini kritis di rumah sakit.

Dengan segala bujuk rayu Fini, akhirnya Regan kembali menjalin hubungannya dengan Fini. Hingga akhirnya Fini dan keluarganya pindah ke Amerika, keduanya tidak saling mengabari, setau Dion hubungan mereka belum putus.

"Tahan!" cegah Dion.

"Mereka harus diberi pelajaran!"

"Jangan sekarang, kita harus utamain Klara." Dion menepuk pundak Regan dan berjalan ke arah tenda Klara. Regan diam mematung mencerna ucapan Dion.

"Tunggu waktunya," gumam Regan.

Laki-laki itu berlalu pergi, sambil menekan semua emosinya. Tunggu saat ia benar-benar meledak.

.




"Tenda Klara yang mana sih?" ucap Rehan menggaruk kepalanya bingung. Cakrala sudah mengadukan semua kejadian yang menimpa Klara pada seluruh guru. Mereka semua kaget begitu pula Rehan.

"Itukah?" Rehan berlari mendekati tenda Klara yang dipenuhi tawa karna Robit melawak.

"Ini udah malem, sebaiknya kalian tidur, biar kami tidur di luar jaga-jaga," ucap Robit dan dibalas anggukan Klara dan Sisil.

Rehan menghentikan langkahnya setelah melihat keberadaan Regan di sana. Klara pun sudah nampak baik-baik saja.

"Klara." Rehan memegang dadanya ada sesuatu di dalam sana yang sakit melihat kedekatan Klara dan adiknya.

Padahal tidak ada yang salah di sini, hanya saja perasaan laki-laki itulah yang salah. Menyukai Klara yang sudah dijodohkan dengan Regan—adik kandungnya sendiri.

"Lo,  gapantes cemburu!"

Bersambung...

VOTE+KOMEN❤️




Si Gadis Culun [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang