"Gimana aku mau terima? Terus gimana aku gak sakit, setelah tau kita akan berpisah?" seloroh Klara dengan emosi sudah menguap, kini tinggal rasanya ia ingin menangis sejadi-jadinya.
"B--bukan gitu!" ucap Regan yang hendak menjelaskan namun Klara keburu pergi dari meja makan tersebut. Arkananta pun hanya bisa menghela nafas ntah! Kenapa Klara mirip sekali dengan Istrinya.
"Kejar, Nak!" perintah Sekar dengan wajah nampak muram, sepertinya ia ikut sedih melihat permasalahan rumah tangga Cucunya.
"Iya, Nek!"
*****
"Hiks! Hiks! Aaaaaa, Regan jahat!" teriak Klara yang terhalang bantal yang menutupi wajahnya, kini ia berada di atas ranjang dan tidur tertelungkup. Regan yang berada di ambang pintu menatap nanar punggung istrinya yang terguncang. Sepertinya Klara sangat terpukul akibat berita yang baru saja ia dengar.
Ceklek!
Pintu tertutup dan Regan kunci secara perlahan tanpa Klara sadari. Air mata Regan pun tiba-tiba lirih melihat Klara menumpahkan amarahnya, dengan cara memukulkan tangannya pada bantal dan ranjang.
"Klara benci! Klara nyesel ngingat Regan!" tangis Klara tersengal-sengal akibat kekurangan nafas, matanya membola ketika melihat Regan duduk di sebelah ranjangnya. Kapan Regan masuk? Itulah pikiran Klara saat ini. Tatapan mereka bertemu, Klara kaget melihat mata Regan memerah. Apa Suaminya menangis? Sedetik kemudian Klara menyingkirkan pikirannya lalu kembali tertelungkup kini menghadap kiri, membelakangi Regan.
Hap!
"R--Regan!" ucap Klara yang sesegukan, ketika merasa perutnya di peluk erat oleh tangan besar Regan. Dengan cepat Regan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher belakang Klara, mencari kenyamanan.
"Maafin gue! Gue gak niat buat benci sama gue, tapi itu pantes buat gue!" lirih Regan sesekali menghirup bau badan Klara yang menjadi candunya. Klara bergeming.
"Maafin gue!" kata Regan sedikit keras menyentak kaget Klara yang melamun.
"Hiks! Hiks! Regan jahat kenapa baru bilang sekarang!" tangis Klara semakin kencang kala Regan membalik tubuh Klara menghadap dirinya. Regan terdiam meneliti setiap inci wajah Klara dari alis, mata, hidung, dan berhenti di bibir tipis Klara.
"Tega! Regan tega, ninggalin Klara sen--" ucapan Klara terhenti kala Regan memberikan kecupan di bibirnya, mau tak mau Klara menghentikan ucapannya. Regan tersenyum miring membuat Klara menelan salivanya susah payah.
"Jangan mesum! Klara lagi marah!" cegat Klara ketika Regan hendak menciumnya kembali, dengan cepat Klara mendorong Regan menjauh dari dirinya. Regan yang mendapatkan penolakan tentu saja merasa kesal, tapi setelah mengingat kesalahannya ia kembali terdiam.
"Regan tega! Klara gak suka, kalau mau pergi-pergi aja!" tunjuk Klara kesal menatap Regan yang masih diam dengan ekspresi yang sama.
"Andai lo tau, Kla! Gue juga aja ngerasa sakit hati dengar keputusan, Papa gue!" kata Regan yang sukses membungkam mulut Klara.
"Kalau bisa gue juga pengen kuliah sama lo, tapi Papa gue susah ditentang!" jelas Regan.
"Klara ikut!" Tiba-tiba saja Klara memeluk Regan erat, tentu saja Regan tersenyum senang.
"Nggak bisa!" tolak Regan dengan suara lirih, membuat Klara kembali menangis di dalam pelukannya.
"Hiks! Kenapa?" tanya Klara yang sudah menyembunyikan kepalanya di dada bidang Regan. Regan diam.
"Kenapa?" Klara mendongak melihat Regan yang memejamkan matanya, Klara mendengus kesal ia tau Regan hanya pura-pura tidur.
"Aws! Jangan gigit!" ringis Regan kala Klara menghis*p lehernya dan menggigitnya kuat. Sehingga meninggalkan jejak berwarna merah kehitam-hitaman di daerah sana.
"Tuhkan! Dahlah."
Ceklek!
Blam!
Regan yang kaget atas kelakuan sadis Istrinya memegang lehernya yang terasa sakit. Apalagi pintu yang dibanting sekuat tenaga, membuat sebagian ruangan hendak roboh.
*****
"Loh! Kalian ngapain di sini?" tanya Regan yang melihat sahabatnya dan sahabat Istrinya duduk manis di ruangan keluarga. Klara yang baru saja keluar dari dapur dengan membawa cemilan menatap Regan sinis.
"Keknya Regan ngelakuinnya kasar deh!" ucap Alfa yang melirik wajah sembab Klara, dan diperkuat bekas merah di leher Regan. Ulah siapa? Kalau bukan Klara yang tiba-tiba menjadi tawon.
"Ngelakuin apa?" sambung Sisil yang masih kelewat polos, Sisil memegang kacamatanya dan melirik fokus teman-temannya.
"Lo masih kecil! Gaboleh ikut-ikut ini urusan orang dewasa!" cibir Alfa yang mendapatkan tatapan aneh Sisil.
"Udah Sil, nanti lo tau sendiri pas kita nikah!" serobot Dion membuat Alfa tersedak ludahnya sendiri.
"Yeee, main nikah-nikah aja lo! Buang ingus aja belum bisa!" sindir Robit yang duduk di bawah Michell. Dengan cepat Michell menjambak rambut Robit kuat, hingga empunya mengaduh kesakitan.
"Kalau ngomong mohon disaring!"
"Lagian benerkan? Lihat tuh leher Regan habis disengat tawon!"
Plak!
"Duh!" Natusya menampar pipi Alfa cukup keras sehingga bekas tangan mungil Natusya tercetak jelas di pipinya.
"Kalian minum ya, Klara mau ambil P3K dulu." Klara pergi tanpa menatap Regan yang sedang menatapnya. Beberapa menit kemudian Klara kembali membawa P3K dan baskom berisi air hangat. Setelah itu pula Klara duduk di samping Regan dan memeras kain kompres dan meletakkannya di leher Regan. Mau gimana pun Regan pasti malu.
"Aaaa, So sweet. Pengen!" ucap Daffa yang baru datang dengan Soffi, sepertinya mereka sudah jadian, terbukti tangan Daffa tidak melepas genggaman tangan Soffi. Tentu saja itu membuat Alfa panas, apa mungkin hanya dirinya yang jomblo? Hanya Alfa yang tau.
"Regan kenapa?" tanya Soffi seraya menatap fokus Klara yang mengompres leher Regan dengan lembut.
"Disengat tawon!" ucap Regan dengan senyum miringnya, tentu saja Klara menghentikan aktivitasnya.
"Tawon besar dengan ikat kepala."
*****
Sepulangnya para sahabat mereka, akhirnya Regan dan Klara duduk berdua menikmati acara televisi. Sejak tadi tidak ada percakapan diantara keduanya. Klara menghela nafas jengah ketika Regan meletakkan kepalanya di atas pahanya.
"Sini!" Regan meletakkan tangan Klara di atas kepalanya, Klara yang paham pun langsung mengelus lembut rambut Regan yang mulai panjang.
"Maafin gue, tapi gue janji kita akan bertemu lagi, dan gue gaakan lama di sana!" ucap Regan menatap Klara hangat, setelah itu Regan beranjak lalu mengangkat tubuh mungil Klara, sedangkan Klara mulai pasrah atas apa yang Regan lakukan.
"Janji?" tanya Klara, Regan mengangguk.
"Iya, Culun, iya!" Klara tersenyum lalu meletakkan kepalanya di dada bidang Regan, Regan pun juga tersenyum seraya menaiki anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Gadis Culun [Revisi]
Fiksi UmumKlara-dia merupakan gadis cantik keturunan marga Arkananta. Anak orang kaya, mapan, dan tersohor dikalangan kolega bisnis. Namun, siapa sangka? Klara hidup dalam bayang-bayang kematian Kiara-Ibundanya, yang membuat dirinya dibenci hingga ke tulang o...