Pintar-pintarlah membedakan antara kagum dan cinta, keduanya jelas merupakan dua hal yang jauh berbeda.
°•°•
"Jadi, ini serius? Klara begitu karena Papanya?"Laki-laki berjaket kulit berwarna coklat itu menyugar rambutnya, sambil memperhatikan perapian yang sengaja ia nyalakan untuk melewati malam-malam indah ini. Kini, tersisa dia dan kedua sahabatnya. Regan dan Robit.
Regan duduk di samping tenda, matanya menatap awas sekitar. Kejadian tadi, sungguh membuat dirinya tidak tenang.
"Pelakunya—" Robit membungkam mulut Dion menggunakan tangannya, yang merupakan bekas memakan Cikky.
"Lo taukan, nasib selingkuhan Fini, dulu?" bisik Robit menyipitkan matanya. Suasana menjadi horor, kala tatapan tajam dihadiahkan pada mereka oleh Regan.
Dion mengangguk-angguk, sesekali melirik Regan yang masih diam di tempatnya.
"Bahkan, Fini pun gabisa hentiin Regan waktu itu. Jadi, sebaiknya lo diem. Regan itu diam-diam menghanyutkan!" Tangan Ribut terhempas begitu saja, kala Dion merasakan asin-asin pedas dari tangan sahabatnya.
"Bekas apaan, cih!" Dion meludah ke samping, raut wajahnya panik. Takut-takut Robit habis menyentuh barang yang tidak-tidak. Misalnya, racun mungkin?
"Kolor."
Regan yang mendengar ucapan Robit yang terdengar ngawur dan gamblang seketika tertawa tiba-tiba. Mengundang tawa Robit dan Dion. Walaupun, raut wajah Dion terlihat sangat tertekan.
"Beneran?"
.
"Mampus!" Regan tertawa sambil mengerjai Robit yang sudah terkapar lemah akibat tertawa, dirinya dan Dion berhasil membuat Robit tertawa hingga hampir menangis.
"Ampun!"
Namun, Regan tak tinggal diam. Laki-laki itu menggelitik kaki Robit dengan lemah lembut. Tangan sang korban pun sengaja dipegangi oleh Dion.
Sungguh, Robit sangat tersiksa.
"Ampun, gue mau ngompol!" teriak Robit berhasil menghentikan pergerakan Regan. Laki-laki itu seketika ikut merebahkan badannya di samping Robit yang mengatur nafasnya, diikuti oleh Dion.
"Sebentar lagi, kita gabakalan kek gini lagi," cetus Regan sambil menatap langit malam yang berkilauan, beribu bintang menghiasi angkasa. Laki-laki itu menoleh ke Robit, yang ternyata tersenyum tipis.
"Posisi Preman imut kita bakalan tergantikan, sama anak-anak kita nanti."
"Kuliah dulu, jangan kebelet!" Nasihat Regan sambil menoleh ke arah Dion.
Preman Imut?
Bahkan, Regan pun tidak percaya bahwa jiwa-jiwa kriminalnya sudah melekat dari kecil.
Merebut permen teman perempuannya. Berkelahi, hingga menyeburkan lawannya ke Empang Pak Somad. Tidak jarang, ikan lele-lele di dalamnya mati akibat ulahnya.
Terkadang Pak Somad akan memarahi Lian, dan meminta ganti rugi. Setelah itu, dirinya akan dimarahi habis-habisan oleh Rehan—Kakaknya yang saat itu sudah kelas 4 SD.
Dan, Regan memiliki Partner untuk hal itu. Robit dan Dion. Dion selalu mengompori Regan, sedangkan Robit selalu saja berusaha melerai. Pernah suatu hari, ia pulang dengan hidung penuh darah diantar oleh Regan.
Sungguh, saat itu Regan merasa bersalah karena tidak sengaja memukul hidung Robit. Saat berusaha memisahkannya dengan lawannya yang seumuran Rehan.
"Masa kecil yang kurang ajar, untuk ditiru anak gue. Jantungan gue, nanti."
Note:
Persahabatan yang indah ialah persahabatan yang bisa menghargai kenangan yang sahabat kita buat.
Walaupun tak mewah setidaknya kenangan indah tercetak lepas di dalamnya, karna suatu saat kenangan itulah yang akan kalian rindukan.
Karna di antara kalian pasti akan mendapatkan kesibukan tersendiri, ntah! Itu mengejar cinta atau mengejar cita-cita.
Tidak ada yang lebih indah daripada sebuah persahabatan, tidak ada yang lebih perih dari kehilangan seorang sahabat!
Bersambung...
VOTE+KOMEN❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Gadis Culun [Revisi]
Ficción GeneralKlara-dia merupakan gadis cantik keturunan marga Arkananta. Anak orang kaya, mapan, dan tersohor dikalangan kolega bisnis. Namun, siapa sangka? Klara hidup dalam bayang-bayang kematian Kiara-Ibundanya, yang membuat dirinya dibenci hingga ke tulang o...