"Soalnya cewek kalau udah ngode, rumitnya melebihi rumus Fisika!" Geo Regan Cakrala.
Happy reading.
"Ini semua gara-gara lo!" Natusya menarik kerah baju Rehan kuat. Emosi, khawatir, dan sedih bercampur menjadi satu.
Sedangkan di tempat lain Regan terduduk lemas ditemani Michell, Dion, dan Robit. Sudah lima belas menit Dokter dan Suster tidak keluar dari ruangan Klara.
"Maaf." Satu kata terlontar dari mulut pria berkulit putih tersebut, sedangkan Natusya semakin geram.
Plak!
"Lo gak mikir, orang yang lupa ingatan nggak boleh dipaksa. Harus lo paham!" Natusya menampar wajah Rehan kuat, kini ia tidak memikirkan status Rehan sebagai siapa.
Rehan menunduk menikmati aliran panas di pipi dan darah segar yang keluar dari sudut bibirnya.
"Udah Nas!" Sisil menjauhkan Natusya dari Rehan yang masih mematung.
"Ini masih belum apa-apa, awas aja lo!" ancam Natusya yang semakin menjauhi Rehan.
'Maafin gue, Kla," batin Rehan.
***
"Bagaimana Dok?" tanya Regan pada Dokter yang keluar dari ruangan bernomor, 6 Cempaka.
"Pasien sudah sadar, sebisa mungkin jangan paksa dia untuk mengingat sesuatu. Karena itu bisa berakibat fatal!" peringat Dokter itu seraya pergi meninggalkan Regan.
Dengan cepat Regan memasuki ruangan bercat putih yang di dalamnya, terdapat Klara yang menyandarkan tubuhnya pada bantal.
"Kla!" panggil Regan yang melihat Klara menangis tanpa suara.
"Kenapa kalian nggak jujur dari awal, kenapa harus aku yang ingat sendiri?"
Mata Regan membulat sempurna, beruntung sekarang mereka sudah berdua. Yang lain sedang menemani Natusya yang masih terbakar emosi sedangkan Rehan pergi meninggalkan rumah sakit.
"Karena itu gaboleh dipaksa!" tutur Regan, Klara mulai menoleh pada Regan yang berdiri di sampingnya.
"Apa kamu pikir, aku bakalan baik-baik aja setelah tau yang sebenarnya terjadi?" tanya Klara yang semakin menahan air matanya agar tak tumpah.
"Sebenarnya?" tanya Regan bingung.
"Aku kegugurankan Re?" bentak Klara yang mengagetkan Regan seketika.
"Iya," jawab Regan yang tak dapat berbohong. Klara tersenyum getir lalu menyentuh perut ratanya dengan air mata mulai mengalir.
"Kalau kejadian itu gak terjadi, pasti anakku masih hidup, hiks!" isak Klara. Sedetik kemudian tangisan Klara semakin kencang, membuat Regan memeluk tubuh kurus wanitanya erat.
"Hiks! Hiks! Kalian jahat!" Klara meronta dan memukuli dada bidang Regan keras, Regan hanya diam karena itu pantas untuk dirinya.
"Jahat! Seharusnya aku gapernah kenal kalian!" ucap Klara yang semakin mengecil, ia pun sudah berhenti meronta. Mungkin karena lelah.
"Kla, maafin gue." Regan melepaskan pelukannya, lalu menatap Klara yang juga menatapnya dengan sorot kebencian.
"Ini gara-gara lo, seharusnya gue dulu lepasin dan relain lo buat wanita perebut itu!" ucap Klara dengan suara berat, dengan mata tajam bak pedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Gadis Culun [Revisi]
General FictionKlara-dia merupakan gadis cantik keturunan marga Arkananta. Anak orang kaya, mapan, dan tersohor dikalangan kolega bisnis. Namun, siapa sangka? Klara hidup dalam bayang-bayang kematian Kiara-Ibundanya, yang membuat dirinya dibenci hingga ke tulang o...