Selembut kapas, namun mudah retak seperti kaca, itu hati perempuan.
°•°•
Entah, kemana gadis itu berlari hingga masuk ke tengah-tengah hutan. Tidak jauh di tempatnya berhenti, ada batu besar. Dengan langkah gontai Klara menghampiri batu itu, dan duduk di atasnya. Air matanya terjatuh tanpa aba-aba.
Bibirnya bergetar, tanpa mengeluarkan isakan. Sungguh, hati Klara saat ini tiba-tiba begitu merasa sesak. Bentakan Regan begitu terbayang di ingatannya.
"Gue capek banget!"
Sebuah tangan mengelus rambutnya, itu secara tiba-tiba. Klara terlonjak kaget. Gadis berjepit rambut putih itu menatap sang pelaku.
"Kak Rehan?" Klara membulatkan matanya. Apa Rehan mengikutinya?
"Jangan nangis, ada gue." Rehan berjalan mendekat ke arah Klara dan membangunkan Klara dari duduknya.
"Hei, jangan nangis," tangan Rehan terangkat ke pipi putih bersih itu. Natural, namun cantik.
"Regan, dia..." Klara menghentikan ucapannya dikala Rehan memeluknya erat. Seketika air mata Klara kembali tumpah.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang menatap Klara dan Rehan yang berpelukan. Orang tersebut memegang dadanya dan memilih pergi dari tempatnya berdiri.
.
"Re-Regan!"
Panggil Klara sebelum memasuki bus yang akan mereka tumpangi. Namun, Regan mengabaikan Klara dan segera masuk ke dalam busnya. Klara terdiam mematung, padahal Klara lah yang seharusnya marah.
"Masuk!" ucap Daffa yang berdiri di depan pintu bus.
Di sepanjang perjalanan Klara memikirkan apa kesalahannya. Hanya saja ia tidak mengetahuinya.
"Kla, Klara kenapa?" Sisil mengguncang tubuh Klara khawatir. Klara segera memalingkan wajahnya ke arah kirinya ia mengusap semua air matanya.
"Kla?" panggil Sisil lirih.
"Eh, nggak kok Klara nggak apa-apa," ucap Klara berbohong.
"Sisil tau Klara lagi bohong!" ucap Sisil lirih dengan sedikit ketus. Klara menunduk, ia sedang menimbang-nimbang hendak bercerita atau tidak.
"Eh, Kla, minta nomornya dong!" ucap Alfa yang duduk di belakang kursi Klara. Tangannya menjuntai di depan wajah Klara yang sedang kusut.
"Buat apa?" tanya Klara dengan suara serak.
"Buat PDKT-lah," ucap Alfa lantang seketika semua mata tertuju pada mereka berdua.
"Cieeee!" teriak sahabat-sahabat Alfa yang duduk di kursi belakang. Klara menutup wajahnya yang memerah menahan malu.
"Cepetan!" ucap Alfa tak sabar.
"Klara nggak afal," bohong Klara. Bukannya apa-apa ini semua ia lakukan karna Klara takut terhadap geng yang di pimpin oleh Alfa, ia tidak mau Regan marah karena menambahkan masalah baru.
"Yaudah deh, sini HP lo," Alfa merampas HP yang berada di tangan kiri Klara.
"Kla, kok dikasih!" bisik Sisil kesal.
"Dia rampas!" ucap Klara seraya memutar bola matanya malas.
"Nih!"
Seketika mata Klara membulat, dengan mulut terbuka. Apa ini? Tangan Klara bergetar menatap layar ponsel yang mencantumkan sebuah nama, bukan! Bukan nama Alfa, namun nama yang pastinya tidak pernah Klara sangka.
[My Husband]
Dengan tanda love di bagian terakhir kata.
"Jangan diubah!" peringat Alfa penuh penekanan.
"I--Iya," ucap Klara gugup. Alfa tersenyum sumringah menatap Klara yang menurut padanya.
Mending Klara ubah, kalo Regan tau, marah gak ya?
"Nanti Regan tau, bisa di talak sebelum nikah, Kla," bisik Sisil menakut-nakuti. Gadis berkacamata itu ikut menatap ponsel Klara.
"Ish, bener juga," jawab Klara seraya menelan salivanya yang terasa berat di tenggorokan.
.
"Regan tunggu!" teriak Klara berlari mengejar Regan yang hendak masuk dalam mobilnya.
"Regan, jangan diemin Klara!" Klara menarik lengan Regan yang sudah mengemas tas-tas ranselnya masuk. Ia menahan isakan.
"Regan!"
"Regan!
"Regan!"
Klara mengikuti tiap langkah Regan yang sibuk dengan barang-barangnya. Namun, Regan tak kunjung membuka suara.
Berkali-kali Klara panggil, laki-laki itu hanya diam. Sesekali menghela nafas berat kala berhasil mengangkat barang-barangnya yang sedikit banyak."Sebaiknya lo pulang," ucap Michell yang berdiri di samping Klara yang menangis menatap bahu Regan yang cukup jauh.
"Nyadar diri, Regan nolong lo itu karna dia kasian!" ucap Michell menghujam hati Klara berkali-kali. Apa benar?
Deg!
Regan yang mendengar ucapan Michell tak tinggal diam. Regan mendekati Klara yang duduk di tanah dengan wajah sembab.
"Bukan Klara yang pergi, tapi lo!"
Bersambung...
VOTE+KOMEN❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Gadis Culun [Revisi]
General FictionKlara-dia merupakan gadis cantik keturunan marga Arkananta. Anak orang kaya, mapan, dan tersohor dikalangan kolega bisnis. Namun, siapa sangka? Klara hidup dalam bayang-bayang kematian Kiara-Ibundanya, yang membuat dirinya dibenci hingga ke tulang o...