SGC||19

32.2K 1.9K 9
                                    

Kini, tinggal kamu dan aku. Tidak ada yang bisa melukaimu, karena kamu sudah ada di hatiku.

°•°•

"Cepetan selamatin dia, kalau dia mati gimana?" Robit terlihat panik dengan rambut acak-acakan. Turut prihatin atas apa yang Klara rasakan saat ini, gadis itu begitu pucat.

Tenggorokan Regan seketika menyempit, seakan ada batu besar di tengah-tengahnya. Tiba-tiba, otaknya menjadi kosong.

Cara apa yang bisa membuat Klara sadar? Selain...ah, otak Regan menjadi tidak-tidak. Memberi nafas buatan, merupakan hal yang tidak mungkin Regan lakukan. Tetapi, melihat calon tunangannya seperti ini, ia menjadi tidak tega.

"Waduh, bayaha kalau begini." Robit menjadi panik, kala sahabatnya masih diam sambil memangku Klara yang entah berapa lama tenggelam.

"Kasih nafas buatan?" gugup Regan, sambil menghela nafas gusar.

"Iyalah, dongo!"

Tanpa pikir panjang, Regan melakukannya. Tangan kanannya menutup hidung Klara, tak lupa ia berdo'a untuk Klara.

"Gimana?" tanya Robit walaupun nafasnya sesak melihat apa yang tadi Regan lakukan. Bisa gitu ya padahal Robit yang nyuruh?

Regan menggeleng pasrah. "Satu kali lagi!" ucap Robit penuh penekanan. Regan membulatkan matanya satu kali lagi?

Siapapun yang melakukan ini, awas saja nanti.

Regan memajukan kepalanya lagi, untuk mendekati bibir pucat milik Klara yang masih tetap ada di pangkuannya. Sial, otak Regan mulai tidak waras.

Belum sempat, bibir ranum itu menyentuh bibir Klara, doronganlah yang diperoleh Regan. Sang pelaku, mulai terbatuk-batuk sambil memuntahkan air yang ia telan.




"Re-Regan!" pekik Klara setelah menyadari apa yang Regan lakukan pada dirinya. Regan berusaha mendatarkan ekspresi wajahnya kembali.

"Sebaiknya, kita bawa Klara ke dalam villa, Re." Regan mengangguk dan menggendong Klara tanpa aba-aba, hingga sang gadis terpekik tak tertahan.

"Eh, kuncinya ada di lo?" tanya Robit pada Regan yang sedang saling tatap dengan Klara.

"Anjir, lebih baik gue jemput Pak Cakrala aja, daripada di sini patah hati gue," gumam Robit seraya berlari kecil meninggalkan villa.

"Ternyata foundation?" ucap Regan seraya menatap Klara lekat di pangkuannya. Klara gelagapan menyentuh wajahnya.

"A-nu, itu bisa aku jelasin," ucap Klara terbata-bata. Regan tersenyum miring. Begitu banyak yang harus gadis ini jelaskan.

"Jelasin!"

.


"Dimana, Klara?" ucap Cakrala yang baru sampai di villa. Raut wajahnya panik mencari kesana-kemari dan akhirnya ketemu.

"Regan gimana keadaan, Klara?" Regan menatap datar Papanya jelas-jelas Klara sedang duduk di samping Regan.

"Baik!" ucap Klara menunduk matanya sembap pertanda selesai menangis.

"Regan, sebenarnya apa yang terjadi?" suara Cakrala mulai melunak dan duduk di hadapan kedua Remaja tersebut.

"Besok Regan bakal bawa Klara keluar dari kediaman, Arkananta!" ucap Regan penuh emosi. Ia telah mendengar semua penjelasan Klara dari awal hingga akhir. Kini, di ruang tamu villa tersebut hanya ada mereka bertiga. Robit menyusul Dion yang kelimpungan mengurusi Sisil yang menangis.

"Kenapa?" tanya Cakrala bingung dengan ucapan anak keduanya tersebut. Jelas-jelas kemarin Regan menolak mentah-mentah perjodohan ini, bukan?

"Lihat!" Regan mengangkat dagu Klara sedikit kasar, karna emosinya sudah terkumpul siap meledak kapanpun. Cakrala membulatkan matanya perubahan macam apa ini?

"Ternyata selama ini Klara disuruh memakai foundation dan di paksa mandiri!" emosi Regan sudah tak bisa dibendung. Klara pun sudah merasakan hawa diruangan ini mulai tidak enak.Nada suara Regan dingin dan penuh penekanan.

"Yang lebih parah, ternyata Klara kerja menjadi karyawan di caffe Mama." Cakrala diam ingin mengetahui apa yang selanjutnya apa yang akan Regan katakan.

"Itu semua terjadi karena Mama Kiara meninggal, karna Klara," lirih Klara pandangan Cakrala dan Regan beralih pada Klara yang sudah menangis.

"Kiara meninggal bukan karna kamu nak," Cakrala menatap nanar pada gadis di hadapannya. Yang ia ketahui adalah Kiara meninggal dunia karna kecelakaan di taman depan rumah ke diaman Arkananta.

"Itu semua karna Klara, Mama meninggal karna nyelamatin Klara," lirih Klara hampir tak dapat terdengar.

"Itu semua sudah takdir Klara, hidup dan matinya seseorang sudah ada yang mengatur," ucap Cakrala memberi pengertian.

"Regan akan bawa Klara pergi dan Papa pasti sudah paham apa yang akan Papa lakukan setelah ini," Regan tersenyum dan membawa Klara pergi dari Villa tersebut.

"Hallo, Arkananta apa besok kita bisa bertemu? Iya ini tentang perjodohan Regan dan Klara aku ingin pernikahan mereka di percepat, besok lusa."

.

"Re-Regan mau kemana?" perlahan rasa takut itu menghilang dengan sendirinya.

"Ketempat camp, tunjuk siapa yang ngelakuin ini ke lo!" ucap Regan tanpa menatap Klara di pangkuannya.

"E--eh turunin!" Regan berhenti dan menatap datar wajah Klara yang sudah memerah.

"Kenapa malu?" Klara mengangguk takut. Detak jantungnya sudah tidak beraturan sedari tadi. Wajah Regan sangat tampan dari dekat.

"Turunin," cicit Klara hampir tak dapat terdengar.

"Oke, gue turunin tapi lo harus ngasih itu lagi ke gue," Regan menatap bibir yang sudah tak sepucat tadi. Sontak Klara membekap mulutnya erat.

"Lagi? Jadi Regan beneran udah?" tanya Klara yang masih membekap mulutnya.

"Harusnya lo bilang terima kasih udah gue tolongin!" ucap Regan seraya berjalan perlahan.

"First kiss Klara, Regan!" Regan sontak berhenti dan menatap Klara dengan sorot yang tak dapat diartikan.

"Jadi?" tanya Regan mengangkat sebelah alisnya.

"Regan tanggung jawab!"

__________

VOTE+KOMEN❤️

Si Gadis Culun [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang