16.Bukan Siapa-siapa

49 6 4
                                    

happy Reading ♡

Rindu dan sakit hati, itu aneh ya,
    Bukan siapa-siapa tapi rindu.
   Bukan siapa-siapa tapi sakit
          Hati nya terasa.  

             _Alana Mahendrika

                              

                       ***

Alana merebahkan tubuhnya ke kasur miliknya.Kata-kata Julian terus mengema di kepalanya.

Tidak terasa air matanya jatuh tampa permisi.

Sial! Ia terlalu jauh memikirkan Julian.

"Eh Lo! Yang bener dong barisnya!" Ucap Julian kepada gadis yang baru saja berbaris.

"Nama gue Lana kak, bukan Lo," jawab Alana.

"Bodo amat!" Ujar laki-laki itu.

Alana tidak menghiraukan perkataan laki-laki itu dan memilih menatap laki-lakinya.

Alana mengagumi laki-laki itu.
Sorotan matanya memuat Alana semakin kagum. Julian, laki-laki yang menjabat sebagai ketua OSIS baru di SMP Gatama. Laki-laki yang membuat nya gila dan patah hati sekarang.

"Baris yang bener!" bentak laki-laki itu,

"iya-iya. Ini dah bener," ucap Alana lalu

membenarkan barisannya.

"Non, ada temannya di bawah," ucap  bi Inah membubarkan lamuan Alana.

Alana mengusap air matanya dan menetralkan suaranya yang serak akibat menangis.

"Di suruh kesini aja bi," jawab Alana,

"tapi non, dia cowo," jawab bi Inah.
Alana mengerutkan keningnya.

"Siapa?" Itu yang ada di pikiran nya sekarang.

Brian kah?

"Siapa ni? Bang Brian?" Tanya Alana masih dalam kamar.

"Bukan non," jawab bi Inah,

"Iya udah bi, ntar aku turun," jawab Alana memilih bangun dari tempat tidur dan ke kamar mandi lalu membasuh wajahnya dengan air dan di lap nya dengan handuk ,

ia berjalan cermin dan memakai liptint dan mencepol asal rambutnya.
Alana membuka kenop pintu nya lalu berjalan menuju ruang tamu.

Deg..

Alana kaget saat mendapati Julian di sana, laki-laki yang membuat nya menangis.

"Eh kak Julian?" Panggil Alana.

"hm.." jawab Julian.

Sesingkat ini kah?

"Jalan," ucap Julian dengan nada memerintah,

"em, iya kak. Aku siap-siap dulu," ucap Alana hendak berdiri, tapi..

"Gak usah siap-siap. Pake jaket aja. Noh, di sofa kan jaketnya," ucap Julian sambil menunjukkan letak jaketnya kepada Alana.

Kebiasaan banget, gak mau siap-siap dulu main  jalan aja.

"Em, iya kak. Yuk," ajak Alana sambil memakai jaket.

Mereka pun berjalan menuju gerbang rumah Alana.
Alana menaiki motor itu dan memilih diam.

"Gimana gue mau berhenti nge deketin Lo kak, kalo perlakuan Lo kayak gini. Masa Lo gak ada rasa sedikit pun ke gue. Ini tahun keempat kak." Batin Alana meringis, bibir Alana tersenyum kecil.

JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang