nol - buah batu dan isinya

2.1K 193 130
                                    

Hidup nya enak banget, kata orang sih. Kesana kesini bawaannya santuy terus. Temen nya dimana-mana, humoris juga. Jago banget jaga gawang sampai namanya terpampang jelas di spanduk sebelah piket, yang isinya deretan nama-nama siswa berprestasi milik Sekolah Menengah Atas Binar Lembayung kota Bandung.

Cowok yang punya nama panjang Mahaziel Wiradipoetra, atau sering dipanggil Azil ini sih ya ga gimana-gimana. Bersyukur aja banyak yang seneng sama Azil, walaupun orang-orang gatau aja ternyata se-santuy-santuy nya Azil, ya tetep ada aja masalah hidup nya.

Seperti barusan, Azil yang sedang berusaha menyelesaikan sebuah misi dari game dengan menggerak-gerakkan asik kedua jempolnya di atas layar ponselnya, harus dibuat kesal oleh ibunya sendiri yang tiba-tiba datang ke kosan-nya. Berusaha memperkenalkan pacar barunya —lagi— kepada Azil.

Azil sampai harus beralasan ada kerja kelompok di rumah temannya agar dirinya terhindar dari percakapan basi dengan ibunya.

"Mamah baru dateng ke Bandung loh Zil,,"
Ucap wanita yang mengenakan pakaian formal dengan wajah lesunya, sedikit merayu agar sang bujang tidak jadi pergi dan menghabiskan malam minggu ini bersamanya.

"Gabisa Mah, ini mendadak tugas nya. Azil pamit ya,,"
Azil menyalami sang Ibu setelah jaket denim hitamnya sudah benar-benar membaluti badan bagian atasnya. Kemudian segera mengambil kunci motor yang tergantung di sebelah pintu masuk lalu langsung meninggalkan ruangan itu.

Sudah hampir satu jam Azil mengitari ramainya kota Bandung di malam hari tanpa tujuan. Dari Batununggal, Buah Batu, sampai ke Banda. Dari mulai yang pacaran, sendirian, sampai yang rame-rame dengan temannya, semuanya terlihat begitu hangat di mata Azil saat ia sekilas melewatinya. Sampai-sampai ia tidak sadar sudah kembali lagi ke arah Buah Batu.

Daerah Buah Batu ini seperti daerah yang otomatis pasti akan Azil hampiri. Daerah dimana sekolah kebanggannya yang terletak di jalan kecil, namun punya sangat banyak cerita di masa remaja nya berada. Lampu merah Buah Batu yang tentu saja sering jadi alasan Azil terlambat sampai di sekolah. Tempat tongkrongan bersama teman-temannya yang ada di belokan jalan dekat SD. Dan satu rumah yang selalu berhasil membuat Azil merasa nyaman dan aman. Teduh.

"Keluar cik, neng"
Ucap Azil setelah berhenti di depan sebuah rumah dan mematikan mesin motornya ketika nada sambung di ponselnya sudah tidak terdengar, menandakan panggilannya sudah diangkat.

"(*)Gelo wae wayah kieu"
[*Gila aja jam segini]
Jawab seseorang di sebrang sana saat Azil mendapatinya mengintip keluar dari jendela rumah di lantai dua.

"Cepetaannnn"
Lalu Azil memutuskan panggilan dan menunggu di atas Vario hitamnya sampai si pemilik rumah keluar untuk menemuinya.

"Kenapa sih kalo gabut ga ke Radit aja, atau Raka,, Sabit,, siapa gitu yang lain"
Gerutu cewek yang sedang berjalan menghampiri Azil sambil masih berupaya membenarkan cardigan putih tulang yang ia kenakan di atas dasternya.

"Udah paling pewe rumah Kaleya,,"
Azil tersenyum lebar dibawah bayangan helmnya.

"Hayu kita makan"
Lanjutnya kemudian langsung menekan tombol starter dan rem belakang secara bersamaan.

"Mau diamuk Bunda, maneh teh?"
Tanya cewek yang tadi namanya disebut oleh Azil, Kaleya. Mengingat sekarang sudah hampir jam sebelas malam, bisa-bisa cewek itu dapat ceramah dari sang ibu karena berani meninggalkan rumah diatas jam sepuluh.

"Eh iya.. Oke kita makan di rumah"
Azil mematikan kembali mesin motornya lalu bangkit dan langsung berjalan masuk ke rumah Kaleya dengan helmnya yang masih berpijak di atas kepalanya, melewati Kaleya yang sekarang sedang menarik nafasnya dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Mengumpat pelan dan ikut masuk ke rumahnya.

"Untung masih ada sisa makan malem tadi si Leya ga abis, Zil,,"

"Iya tante,, hehe,,, maaf ngerepotin ya"
Ucap tamu tak diundang itu sambil masih melahap potongan pizza yang ada di tangan kanannya.

Kaleya hanya bisa mengerlingkan matanya ke atas sambil lagi-lagi menghela nafasnya. Kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa dengan tangannya yang ia lipat di atas dadanya.

"Udah biasa Azil mah atuh,,, Tante tidur duluan kalo gitu ya.. Ley, nanti kunci-kunci kalo udah beres"
Ucap wanita paruh baya yang tadi dengan sangat baik hati menghangatkan sisa pizza di microwave hanya untuk Azil kemudian berjalan memasuki kamarnya.

"Semingguuuu,, aja Zil, cobain maneh ga kerumah aing"
Ujar Kaleya tiba-tiba sambil memandang Azil yang masih semangat dengan sisa pizza gratisnya.

Azil menelan makanannya cepat-cepat lalu meneguk satu gelas air mineral dan menatap Kaleya,

"Apa? Mau bilang biar maneh ga diomongin orang cewek murahan lagi gara-gara ga punya temen cewek terus temennya cowok semua?"
Cerocos Azil yang sudah sangat muak dengan alasan Kaleya yang tidak mau terlihat terlalu dekat lagi dengan Azil di mata orang-orang.

Singkatnya sih begini, siapa diantara semua orang diangkatannya yang tidak tahu Kaleya Al Kusumah, ya kecuali anak-anak yang hanya mementingkan tumpukan bukunya dibanding dengan hot news sekolah.
Si cewek yang sering digosipi sebagai cewek centil, murahan, dan caper hanya perkara hubungannya tiba-tiba jadi buruk dengan seorang cewek yang notabenya hanya satu-satunya sahabat cewek yang Kaleya punya.

Bukan klise, tapi faktanya mulai dari situ Kaleya memang lebih nyaman berteman dengan teman-teman cowoknya. Walaupun tidak sedikit juga siswi yang tetap mau berteman dengan Kaleya, atau yang dibelakangnya tetap ikut arus gosip.

Mulai dari situ juga Kaleya sangat sering memikirkan hubungan dengan temannya dulu, kenapa sih harus tiba-tiba jadi rumit begini. Cewek itu juga mau bersikap bodo amat dengan perkataan orang lain. Tapi rasa sakit di hati kecilnya memang tidak bisa ia pungkiri.

"Apa salah nya sih cewek temenan sama banyak cowok? Orang lain mah insecure nya sama berat badan. (*)Sia weh mahiwal, insecure temenan sama cowok"
[*Lo aja yang ngasal]

Azil menghela napas nya,
"Nih, camkan omongan aing baik-baik ya..
Hukum kerja hidup itu ga selalu semua orang harus suka sama maneh,, Benci itu ya alami Kall..
Jadi gausah dipikirin, ada aing, maneh pasti gabakal kenapa-kenapa,,"
Ucap Azil yang terlihat begitu sungguh-sungguh menenangkan sahabatnya ini lalu kembali menyomot satu suapan lagi sisa makanannya.

" Ah,, tuhkan. Jadi aja aing keren gini. Padahal harusnya aing kaya gini di depan cewek euy"
Kaleya yang sudah tersentuh kembali dibuat jengkel oleh Azil yang sekarang sudah menekan tombol power di remote tv Kaleya.

"Kal, minjem sarung"
Ucap Azil tiba-tiba

"Belum solat maneh?"

"Ini bisi aing pulangnya masuk angin"
Azil melirik sebentar ke arah kakinya, berusaha menunjukkan bahwa ia datang kesini hanya mengenakan celana boxer yang panjangnya berhenti tepat di atas lututnya.

Lagi, Kaleya yang sudah terbiasa dengan Azil ini hanya bisa menghela napasnya.

Kalau ditanya sih Azil juga bingung kenapa ia mau berteman dengan Kaleya. Mungkin Azil akan menjawab, karena rumah Kaleya sudah ia anggap rumah sendiri.

Atau, cuma Kaleya yang sudah sampai tahap sangat paham dengan Azil dan kehidupannya.









































































a/n haloooww this is my first story so hope you like it. Also criticism and suggestions are very welcome❤

Shady | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang