Setelah menandatangani semua lembar berkas perjanjian, akhirnya Xiao zhan pun tau siapa nama dari pria asing yang akan menjadi suaminya tersebut. Begitu pun sebaliknya.
"Kau bisa pergi. Ada yang harus aku bicarakan dengannya." Ucap pria asing itu kepada Hao Xuan sembari menunjuk Xiao zhan dengan dagunya.
"Baik, tuan." Gumam Hao Xuan yang bangkit dari duduknya hendak pergi. Namun sebelum itu, dia menyempatkan diri untuk meminta maaf sekali lagi pada Xiao zhan.
"Xiao zhan, maafkan aku."
"Mati saja kau!" Desis Xiao zhan yang menatap tajam ke arah Hao Xuan.
Mendapat respon kejam dari sahabatnya, membuat Hao Xuan sedih. Namun sekali lagi, tak ada yang bisa dia lakukan selain menyesali kebodohannya.
"Jadi.. apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Xiao zhan yang memecah keheningan setelah kepergian Hao Xuan beberapa menit yang lalu.
"Ini tentang pernikahan kita. Aku akan menggelar pernikahan kita secara tertutup dan sederhana. Selain itu, aku juga tak ingin menunda pernikahan ini lebih lama lagi. Jadi besok, kita akan menikah di gereja yang ada di pusat kota. Bagaimana menurutmu?" Ucap Wang Yibo, sang Presdir.
"Terserah. Cukup katakan jam berapa aku harus datang?"
"Jam 10 pagi acara dimulai. Jadi kau harus datang minimal satu jam sebelum acara dimulai."
"Ok. Apa ada lagi?"
"Berikan aku nomor ponselmu sekaligus keluargamu, agar aku bisa menghubungi kalian dengan mudah." Ucap Wang Yibo sembari mengulurkan ponselnya ke arah Xiao zhan.
Sejenak Xiao zhan terdiam, sebelum dia akhirnya mengambil ponsel itu dan mengetikkan beberapa digit angka di sana.
"Ini nomorku." Ucap Xiao zhan sembari mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya.
"Nomor keluargamu? Orang tuamu, mungkin?" Tanya Wang Yibo sembari menyimpan nomor Xiao zhan di ponselnya.
"Tak ada. Aku sebatang kara." Balas Xiao zhan datar yang membuat Wang Yibo terpaku sejenak sebelum dia kembali menatap Xiao zhan tanpa tau harus bicara apa lagi.
"Sudah tak ada lagi kan? Aku harus pergi." Lanjut Xiao zhan yang bergegas pergi meninggalkan Wang Yibo sendiri di ruangannya dengan perasaan yang tak menentu.
Keesokan hari di gereja yang ada di pusat kota Shanghai. Terlihat Wang Yibo sudah berdiri di depan pendeta yang akan menikahkannya hari ini.
Duda beranak dua tersebut terlihat begitu tampan dengan setelan tuxedo berwarna putih yang melekat begitu pas di tubuh proporsionalnya. Wajahnya yang terbiasa datar tanpa ekspresi, kini terlihat sedikit berbeda karena senyum kecil yang terpatri di wajah tampannya tersebut. Bagaimana tidak? Jika dia melihat putri bungsunya begitu antusias dan penuh semangat menanti kedatangan calon ibu barunya yang saat ini tengah berjalan di altar pernikahan.
"Woaaahhh.. mama sangat cantik." Gumam Zhuo Xuan, bocah berusia 5 tahun itu melonjak kegirangan begitu melihat Xiao zhan dengan tuxedo putihnya tengah berjalan tenang di atas altar sembari membawa buket bunga di tangannya. Tak ada senyum atau pun ekspresi kebahagiaan lain yang terpatri di wajahnya. Namun hal itu sama sekali tak mengurangi kecantikannya. Bahkan Wang Yibo sendiri pun mengakui bahwa pria yang berjalan ke arahnya itu terlihat sangat cantik walau hanya dengan make up minimalis yang memoles wajahnya.
Lain Zhuo Xuan, lain pula dengan Ziyi. Putri sulung Wang Yibo itu terlihat tak senang dengan pernikahan ayahnya. Bocah 7 tahun itu hanya cemberut di kursinya sembari memutar kedua bola matanya malas setiap kali mendengar ocehan adiknya yang mengagumi pria asing yang akan menjadi ibu barunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionApa yang akan terjadi jika seseorang yang sangat menyukai uang, harus dipertemukan dengan seseorang yang sangat perhitungan dan menjaga hartanya? Dan bagaimana pula jika kehidupan mereka harus melibatkan dua malaikat kecil yang haus akan kasih sayan...