Xiao zhan mengusap kepala Zhuo Xuan dengan penuh sayang hingga membuat gadis kecil itu terbuai dan kembali terlelap dalam tidurnya.
Drrtt.. drrtt.. drrttttt...
Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Xiao zhan. Dengan segera pria cantik itu mengernyitkan keningnya begitu melihat nama kontak yang tertera di layar ponselnya.
"Ada apa?"
["---"]
"Tapi--"
["---"]
"Baiklah. Aku akan ke sana sekarang juga." Ucap Xiao zhan yang langsung memutus teleponnya dan bergegas pergi dari sana sebelum dia melihat Ziyi yang masih betah berdiri di samping pintu dengan kepala menunduk hingga nyaris separuh wajahnya tertutup poni rambutnya.
Perlahan Xiao zhan menghampiri gadis 7 tahun itu dan berjongkok di depannya agar tinggi mereka sejajar. Dengan lembut Xiao zhan mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Ziyi hingga membuat gadis kecil itu semakin menundukkan kepalanya.
"A-yi.. bisakah kita bicara sebentar?" Tanya Xiao zhan yang memulai percakapannya dan berharap agar gadis kecil di depannya ini bersedia untuk berbicara dengannya.
Perlahan Ziyi mengangkat kepalanya dan menampilkan wajah sembabnya dengan ekpresi wajah yang penuh dengan penyesalan hingga membuat Xiao zhan terenyuh melihatnya.
"A-yi.. dengarkan aku. Aku tau kalau kau sangat menginginkan kelurgamu kembali utuh seperti dulu. Tapi bukan berarti kau harus meminta orang lain melakukan sesuatu yang riskan hanya agar kau mendapatkan apa yang kau mau. Terlebih pada saudaramu. Kau sudah tau, bahkan paling tau apa yang bisa dan tidak bisa A-xuan makan. Begitu pula sebaliknya. Kalian bersaudara, kalian berbagi darah yang sama. Jadi bisakah kalian berusaha untuk saling menjaga satu sama lain?" Lanjut Xiao zhan yang mencoba untuk memberikan pengertian pada putri sulung Wang tersebut sembari mengusap kedua pipi gembil milik gadis kecil tersebut.
"Aku ingin. Tapi aku takut mommy akan marah dan meninggalkan kami lagi. Hiks.." gumam Ziyi yang kembali mengeluarkan air matanya sekali lagi.
"Aku tau. Tapi jika kau merasa hal tersebut membuatmu tak nyaman, bukankah lebih baik kalau kau mengatakan yang sebenarnya pada ibumu? Cukup katakan yang sebenarnya dengan cara baik-baik, aku yakin ibumu pasti mengerti dan dia takkan pernah marah hanya karena kau menolak permintaannya. Kau mengerti?" Ucap Xiao zhan yang berusaha membuat Wang Ziyi mengerti.
"Bolehkah aku memelukmu?" Tanya Ziyi sembari menatap ragu ke arah Xiao zhan.
"Tentu. Kemarilah." Balas Xiao zhan yang merentangkan kedua lengannya untuk menyambut gadis kecil itu dalam pelukannya.
Tanpa membuang banyak waktu, Wang Ziyi langsung memeluk Xiao zhan dengan sangat erat. Bahkan dia menenggelamkan wajahnya di bahu sempit pria cantik itu dengan senyum yang terpatri di wajah mungilnya.
"A-xuan benar. Kau adalah ibu terbaik yang pernah kami miliki. Maafkan aku...
Mama." Gumam Ziyi di dalam pelukan pria cantik itu.
"Eoh?" Mendengar gumaman gadis kecil itu, membuat Xiao zhan terperangah karena dia tak pernah menyangka kalau pada akhirnya Ziyi mau menerima dirinya sebagai bagian dari hidup gadis kecil itu.
Skip
Xiao zhan berjalan si sepanjang koridor rumah sakit dengan senyum bahagia yang senantiasa terpatri di wajahnya. Bahkan dia menyapa orang-orang yang dia temui di rumah sakit dengan begitu ramah hingga membuat mereka memujinya.
Namun ketika Xiao zhan melewati taman rumah sakit, tanpa sengaja sudut matanya melihat siluet dari dua orang yang sangat dikenalnya kini tengah saling berpelukan. Perasaan bahagia serta haru yang menyelimuti hatinya tadi langsung luruh seketika begitu dia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri bahwa di sana, di seberang sana, Wang Yibo pria yang beberapa bulan terakhir ini telah sah menjadi suami pria cantik itu kini tengah memeluk seorang wanita yang tak lain adalah mantan istri sekaligus ibu dari kedua putrinya.
Layaknya sebuah manekin yang tak bernyawa, Xiao zhan hanya bisa terpaku menatap nanar ke arah dua anak Adam Hawa itu. Bahkan setiap kata yang terucap dari bibir pria tampan itu masihlah terngiang jelas di kedua telinganya, dimana Wang Yibo dengan lantang mengatakan kalau dia takkan pernah melepaskan dirinya.
Namun pada kenyataannya, apa yang ada di depan mata Xiao zhan saat ini, sungguh berbeda. Semua tak lagi sama meski Xiao zhan berusaha untuk bertahan dan berharap bahwa nanti Wang Yibo akan datang padanya dan menjelaskan semuanya sembari mengatakan kalau apa yang pria cantik itu lihat hanyalah sebuah kesalahpahaman belaka.
"Kau mengatakan takkan pernah melepaskanku. Tapi sekarang, kau tanpa sadar membuatku pergi menjauh dari hidupmu." Gumam Xiao zhan yang tanpa sadar meloloskan air mata kekecewaannya begitu saja dari sarangnya.
Tak tahan dengan rasa sakit juga perih yang hatinya rasakan, akhirnya Xiao zhan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya yang tertunda dan pergi dari sana.
Tak ada lagi senyuman atau pun sapaan ramah yang dia berikan kepada orang-orang yang ditemuinya seperti tadi. Kini yang ada hanyalah wajah murung serta lelehan air mata yang tak mau hilang meski sudah berkali-kali dia menghapusnya.
Sekelebat bayangan dimana dia dan kedua putri sambungnya menghabiskan waktu bersama mulai berputar di ingatannya.
Bayangan tentang malam-malam panas yang dia lewati bersama Wang Yibo pun semakin membuatnya terlena hingga tanpa sadar hal itu malah semakin melukai dirinya.
Dan terakhir. Bayangan dimana kedua putri sambungnya begitu mengharapkan sosok ibu mereka untuk kembali serta bayangan dimana Wang Yibo memeluk wanita itu membuat Xiao zhan tersadar bahwa sampai kapanpun, dirinya hanyalah sebuah garnish pada sebuah masakan dimana nanti akan disisihkan atau bahkan dibuang saat tak lagi diperlukan.
"Disaat aku mulai bergantung pada perasaan nyaman yang mereka berikan, disaat itu pula Tuhan memukulku dengan kenyataan yang tak bisa ku abaikan. Apa mungkin ini pertanda bahwa aku harus pergi? Meninggalkan semua kenangan yang ku buat bersama mereka dan kembali pada posisiku yang sebenarnya? Haruskah?"_lirih hati kecil Xiao zhan yang terluka.
Skip
Xiao zhan turun dari taksi yang membawanya ke salah satu rumah sakit terbesar di kota Shanghai. Dimana rumah sakit itu merupakan salah satu dari sekian banyak aset yang dimiliki oleh Xiao Lang, yang tak lain adalah ayah kandungnya.
Perlahan Xiao zhan berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan wajah datar tanpa ekspresi yang membuatnya terlihat seperti manekin berjalan. Namun jika mereka jeli melihat ke dalam bola matanya, maka mereka akan mengerti bahwa pria cantik itu tengah menahan luka yang teramat sangat dihatinya.
"Tuan muda, kau sudah datang?" Sapa paman Han yang berdiri di depan pintu salah satu ruang rawat pribadi dimana tuan Xiao dirawat.
Xiao zhan hanya diam dengan wajah datarnya melewati pria paruh baya itu. Namun ketika dia hendak membuka knop pintu, paman Han menggumamkan satu kalimat yang sama sekali tak Xiao zhan mengerti.
"Tuan, tolong berbesar hati." Ucap paman Han yang membuat Xiao zhan mengernyitkan dahinya tak mengerti. Namun dengan tenang pria cantik itu mengabaikan ucapan paman Han dan langsung membuka knop pintu ruangan itu.
Dan begitu Xiao zhan membuka pintu, pemandangan yang Xiao zhan lihat pertama kali adalah sekelompok petugas medis yang membungkukkan tubuh mereka 90° pada sosok yang terbaring di atas ranjang dengan kain putih yang menyelimuti tubuhnya dari atas kepala hingga ujung kaki. Dimana hal itu membuat Xiao zhan hanya bisa terpaku menatap kosong ke arah sosok tersebut.
"Ayah."
Tbc
Terima kasih buat semua temen-temen readersnim yang udah support ff gaje ini😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionApa yang akan terjadi jika seseorang yang sangat menyukai uang, harus dipertemukan dengan seseorang yang sangat perhitungan dan menjaga hartanya? Dan bagaimana pula jika kehidupan mereka harus melibatkan dua malaikat kecil yang haus akan kasih sayan...