D-17

2.3K 314 28
                                    

Satu hari sebelum konferensi pers diadakan.

Terlihat Xiao zhan tengah duduk di balkon kamar miliknya yang berada di lantai 3 mansion keluarga Xiao.

"Setiap sudut di rumah tua ini, semua masih terlihat sama seperti 17 tahun yang lalu. Entah apa yang ada dipikiran pria tua itu sampai membuat setiap sudut rumah ini masih terlihat sama seperti waktu kami bersama. Hhh.. ayah.. ayah.. kau bersikap layaknya bajingan yang haus akan wanita. Tapi hatimu selalu bimbang jika ibu tak ada. Kau bahkan tak menggeser satu centi pun dari foto pernikahanmu dengan ibu. Kenapa sangat sulit mengatakan yang sebenarnya saat kau memang menginginkan ibu kembali? Dasar pria tua keras kepala."_gumam Xiao zhan yang mengedarkan pandangannya ke langit hitam bertabur bintang.

Drrrt.. drrtt.. drrtt..

Suara dering ponsel di meja kecil di samping kursinya membuat Xiao zhan sejenak mengalihkan pandangannya ke arah benda persegi berwarna hitam tersebut.

Nama My daughter A-yi terpampang jelas di layar ponselnya. Ada perasaan bahagia setiap kali melihat nama putri sambungnya itu menelponnya. Namun ada perasaan sedih juga setiap kali mengingat bahwa perannya tak lagi dibutuhkan oleh mereka. Jadi Xiao zhan memutuskan untuk mengabaikan panggilan itu dan kembali menatap langit malam yang kelam berhiaskan kerlap-kerlip bintang.

Tok tok tok

Krieett,.

Suara ketukan pintu serta bunyi pintu yang terbuka membuyarkan lamunan Xiao zhan dari bayang-bayang kenangan tentang kedua gadis kecilnya itu.

"Tuan, tuan muda Jinyang sudah datang." Ucap paman Han yang membuat Xiao zhan sejenak terdiam sebelum dirinya bangkit dan melangkah keluar dari kamarnya diikuti oleh pria paruh baya itu.

Xiao zhan terus berjalan menuju lift yang akan membawanya menuju lantai dua dimana kamar Xiao  Jinyang berada.

"Apa kau sudah melakukan apa yang ku suruh?" Tanya Xiao zhan begitu keduanya berada di dalam lift.

"Sudah tuan."

"Bagus. Kau bisa pulang sekarang. Dan aku mau besok kau mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik. Karena aku tak mau ada satu pun kesalahan. Kau mengerti?"

"Baik tuan."

"Bagus." Gumam Xiao zhan sebelum dia berjalan keluar dari lift menuju kamar Xiao Jinyang.

"Tuan besar sangat beruntung memilikinya sebagai putranya. Dia benar-benar tumbuh menjadi anak yang berwibawa juga bijaksana."_gumam paman Han dalam hati.









Xiao zhan berdiri sedikit gugup di depan pintu kamar bercat putih milik Xiao Jinyang. Bukan tanpa alasan kenapa dirinya merasa gugup seperti ini. Karena pasalnya, ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan adik tirinya itu.

Tok tok tok

Xiao zhan mengetuk pintu tersebut sebelum dia membukanya perlahan. Sejenak Xiao zhan terpaku melihat pria kurus yang duduk di atas kursi roda tengah membelakanginya.

"Xiao Jinyang." Panggil Xiao zhan pelan yang mana hal itu sama sekali tak membuat Xiao Jinyang menoleh atau meresponnya.

Merasa tak dihiraukan, Xiao zhan akhirnya berjalan lebih dekat ke arah Xiao Jinyang agar pria yang sepuluh tahun lebih muda darinya tersebut mengetahui kehadirannya.

Perlahan Xiao Zhan mengulurkan tangannya menyentuh bahu Xiao Jinyang yang mana hal itu membuat remaja 18 tahun itu terperanjat hingga menjatuhkan pouch yang ada di pangkuannya hingga semua barang di dalamnya jatuh berserakan.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang