23

3K 269 2
                                    

Jeno terbangun dengan keadaan kepala yang pening dengan tubuh yang terikat pada sebuah kursi, ia melihat sekelilingnya hingga pandangannya berakhir pada Jisung yang masih tak sadarkan diri disebelahnya dengan kondisi yang tak jauh berbeda dengan Jeno.

Jeno berusaha memberontak untuk melepaskan ikatan pada tubuhnya, ia mendengar beberapa suara lelaki yang ia yakini sebagai orang yang telah menculik mereka. Ia berusaha memanggil Jisung agar ia membuka matanya.

"Jisung." Panggil Jeno perlahan karena tak ingin orang-orang itu mendengar suaranya.

Jisung yang mulai terusik pun akhirnya membuka matanya perlahan. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah, tubuhnya lemas dan dadanya sesak, itu yang ia rasakan saat ini. Ia menoleh pada Jeno yang berada di sampingnya.

"Kak." Panggil Jisung sangat lirih.

"Jisung kenapa? " Tanya Jeno.

"Da-da Jisung kak, se-sak akh. "

"Kamu napas pelan-pelan ya, kakak bakal nyelametin kamu dan bawa kamu keluar darisini, kakak janji. " Ucap Jeno kemudian kembali memberontak agar ikatan pada tubuhnya terlepas.

Setelah percobaan membutuhkan waktu cukup lama, akhirnya Jeno berhasil melepaskan ikatan pada tubuhnya, kini ia telah berhasil membuka ikatan pada tubuh Jisung.

"Jisung bisa tahan kan? Kita cari jalan keluar ya? " Jisung mengangguk lemah.

Setelah berhasil melepaskan semua ikatan pada tubuh Jisung, Jeno menggendong tubuh Jisung pada punggungnya, ia segera berdiri dan mencari celah untuk keluar dari ruangan tersebut.

Namun sebelum ia berhasil keluar, para penjahat itu masuk keruangan tersebut.

"Hei!! Mau kemana kalian? " Tanya orang tersebut dan berhasil menghentikan aksi kabur Jeno.

"Sebenernya apa mau kalian? " Ucap Jeno.

"Mau saya? Mau saya adalah balas dendam kepada kalian! "

"Apa salah kami! "

"Yang salah adalah orang tua kalian yang bodoh itu! "

"Maksudnya? "

"Ayah kamu, Lee Donghae. Dia musuh bisnis terbesar saya, dia juga yang membunuh istri dan calon anak saya! "

"Ga mungkin ayah kaya gitu! "

"Delapan tahun lalu, istri saya mengandung calon anak saya, dia pergi untuk menemui Donghae sialan itu, dan setelah pertemuannya dengan Donghae, istri saya mengalami kecelakaan mobil karena ada yang menyabotase rem mobil istri saya, dan saya yakin itu adalah perbuatan ayah sialan kamu! "

"Ga mungkin ayah berbuat sejahat itu! Ini salah paham! Kalo memang ayah kaya gitu, kenapa harus kami yang kalian culik? "

"Dengan aku membunuh kalian, aku akan puas dan Donghae akan kalah dariku! Delapan tahun aku menunggu hal ini, dan akhirnya sebentar lagi akan terwujud mimpiku! "

Orang itu mendekat kearah Jeno dan Jisung, hal itu reflek membuat tubuh Jeno mundur.

"JANGAN PERNAH SAKITIN JISUNG! KALAU MAU BUNUH AKU AJA JANGAN JISUNG! "

"Kak, jangan. " Lirih Jisung yang masih berada dipunggung Jeno.

"Kamu tenang aja ya. " Ucap Jeno.

Orang itu semakin mendekati Jeno, dan tanpa pikir panjang akhirnya Jeno menendang alat vital orang tersebut dan terus berlari menjauhinya.

"ANAK KURANG AJAR! AWAS KAMU!"

Beberapa orang lainnya yang notabene nya sebagai anak buah orang tersebut segera membantu orang tersebut untuk bangun, sedangkan Jeno telah menjauh dari tempat itu.




















***

Jeno berhenti pada sebuah ruangan dan ia bersembunyi dibalik pintu ruangan itu. Ia mengunci pintu ruangannya dan memastikan bahwa Jisung masih baik-baik saja.

"Jisung tahan ya? "

"Kak Jeno jangan tinggalin Jisung. "

"Kamu tenang aja, kakak disini buat kamu. "

Jeno mencoba merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Ia mencari-cari nomor beberapa orang dan menelfonnya.

Orang pertama yang ia telfon adalah Haechan, karena nomor Haechan berada diurutan paling atas diriwayat panggilannya. Jeno berusaha menelfon Haechan namun nomor Haechan tidak aktif. Jantungnya berdegup sangat kencang, kalau ditanya apakah Jeno takut maka jawabannya adalah iya, traumanya kembali datang, kejadian delapan tahun lalu kembali menjadi bayang bayang Jeno, namun Jeno segera menipis nya karena saat ini yang terpenting adalah Jisung.

Tak ada jawaban dari Haechan, akhirnya Jeno menelfon Jaemin, tak butuh waktu lama, Jaemin telah mengangkat panggilan dari Jeno.

"Na kamu dimana? Plis bantu aku, aku dan Jisung diculik, aku gatau aku dimana sekarang. " Tak ada jawaban dari Jaemin disana namun panggilan masih tersambung. "Na plis. " Masih tak ada jawaban dari Jaemin. "Aku kirim lokasi aku sekarang, tolong dibaca Na. " Ucap Jeno sebelum akhirnya ia mematikan panggilannya dan segera mengirim lokasinya pada Jaemin.

Setelah menelfon Jaemin, akhirnya Jeno menelfon ayahnya. Satu kali, dua kali sampai yang ketiga kali akhirnya panggilan Jeno diangkat oleh ayahnya.

"Ayah dimana? " Ucap Jeno.

"Ayah sibuk. " Ucapnya dari sebrang sana.

"Ayah plis bantu Jeno, Jeno sama Ji. -" Belum saja Jeno menyelesaikan kalimat nya, ayahnya telah mematikan panggilannya.

Kini Jeno menyerah, ia melihat kearah Jisung yang semakin melemas. Ia meraih tubuh Jisung dan mendekapnya erat. "Maafin kakak, dek hiks. " Jeno menangis sembari mendekap Jisung.

"Kak, jangan nangis. " Ucap Jisung dengan suara yang semakin melirih.

"ANAK SIALAN CEPAT KELUAR ATAU AKU AKAN DOBRAK PINTU INI! " Ucap penjahat itu dari luar ruangan itu.

Keduanya dibuat ketakutan dengan datangnya orang tersebut dengan tiba-tiba.

Jeno kembali membawa tubuh Jisung ke tempat yang lebih aman. "Kamu disini aja, jangan keluar dan jangan bersuara. Biar kakak yang keluar ya. " Bisik Jeno

Jisung menggeleng kuat, air matanya telah mengalir deras, ia menggenggam tangan Jeno kuat. "Kakak tetep disini sama Jisung. "

"Engga, kakak ga mau kamu kenapa-napa. "

"Jisung ga mau kakak kenapa-napa, kalo pun mati, kita mati barengan kak! " Sentak Jisung dengan lirih.

"Engga, kamu tunggu sini ya, kakak ga bakalan kenapa-napa, percaya sama kakak, kakak bakal selametin kamu, kakak janji. " Ucap Jeno kemudian berlalu dari tempat Jisung.

"Kak." Panggil Jisung, namun terlambat kini Jeno telah keluar menemui para penjahat itu.














***

"Mana adik kamu? " Ucap penjahat itu.

"Ga ada, kalo kalian mau bales dendam, ayo bales dendam sama aku, jangan Jisung! " Bentak Jeno.

"Kamu nyerahin diri kamu buat adik kamu itu? "

"Apapun, tapi jangan sentuh Jisung sedikitpun. " Ucap Jeno.






Dari arah lain, Jisung berharap takut didalam ruangan tersebut, ia takut akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Jeno, ia dapat mendengar jelas umpatan dan beberapa suara seperti tubuh yang bertabrakan dengan dinding ataupun lantai. Ia terus berdoa agar tak terjadi apapun pada Jeno.

Brak...

Itulah suara terakhir yang Jisung dengar sebelum akhirnya suara sirene polisi tiba dan kesadaran merenggut dirinya.















Tbc.

Mau ingetin lagi intinya jangan berekspektasi banyak sama endingnya, takut banget kalian kecewa endingnya ga sesuai harapan😭🙏

Satu atau dua part lagi tamat nih😭🙏

OMNIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang